"Niko..." lirih Calvin.
Air matanya Calvin mulai tergenang di Pelupuk matanya, bersamaan dengan tetesan air yang ikut mengalir meski belum ingin di kebumikan tapi, tak bisa membohongi hatinya Calvin bahwa sekarang Calvin benar-benar merasa Takut. Takut, jika Niko meninggalkannya.
Seketika itu, tangannya ikut bergematar, saat Calvin ingin meraih dan menyentuh wajah Niko . Apa, yang barusan Calvin lakukan pada little babynya? Tapi, sungguh! Calvin tak sengaja melakukannya. Calvin tak berhenti merutuki kebodohannya itu, sumpah serepah sudah menjadi makanan buat dirinya sendiri. Apa, dia terlalu kasar sama Niko? Tidak. Calvin tak bermaksud tapi, Ah! Calvin terus saja berbicara dengan dirinya sendiri, bahwa ia tak ingin Niko pergi, Calvin menjadi sangat takut jika nanti terjadi sesuatu dengan Niko setelah ini. Calvin tampak mengacak rambutnya kasar, sekarang apa yang harus Calvin lakukan? ia baru saja melukai kekasihnya.
Calvin berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Niko. Entah, mengapa hati Calvin sangat gelisah dan tidak karuan.
Calvin mulai meraih dan menangkup wajah Niko dengan lembut.
"Niko... maafin aku sayang. Hei? Niko bangun," Calvin berusaha membangunkan Niko dengan menepuk-nepuk pipi Niko. Dia berharap bahwa Niko mau menjawabnya. Tapi, percuma saja Niko tak akan membukanya. Semua ini terjadi karena kesalahan Calvin! Calvin seenggak peduli itu dan jahat banget sama Niko. Tanpa Calvin sadari, Bulir air matanya mulai membasahi pipi Calvin yang tampak mulus. Walaupun, hanya setetes yang keluar dari asalnya. Air mata Calvin menitik pelan dan semakin melumer karena Niko tak kunjung menjawab.
"Niko, please jawab aku sayang. Hei, niko... jangan buat aku takut please. Wake up baby please."
Calvin menepuk pelan pipi Niko sekali lagi, sembari memanggil namanya terus-menerus. Sampai akhirnya Calvin tak sengaja menyentuh tengkuk leher Niko yang basah serta berbau amis. Memikirkanya saja sudah membuat jantung Calvin berhenti berdetak. Perasaan Calvin mulai tak tenang dan buru-buru menilik sesuatu yang tak sengaja terpegang oleh telapak tangannya itu.
Mata Calvin terbelalak saat mendapati darah yang mengalir deras melewati tengkuk lehernya yang sedikit robek walau hanya segaris. "Darah?" Tanpa menunggu lama lagi Calvin membopong tubuh Niko dan mengangkatnya dengan Ala bridal style kemudian membawanya pergi dari dalam kamar mandi.
"Niko, ku mohon bertahan lah! maafkan aku sayang..."
Dengan tergesa-gesa Calvin langsung meletakkan tubuh Niko di atas ranjang kemudian menidurkan kepalanya Niko dengan Alas bantal. Meski darah merah masih saja berceceran dan menetes di tiap lantai.
Calvin mengusap wajahnya gusar, Calvin begitu prustasi, ia tampak bingung harus melakukan apa setelah ini? Sesekali Calvin melirik ke arah Niko yang semakin membuatnya cemas. Demi apapun Calvin tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika nanti terjadi sesuatu lebih kepada Niko. Calvin hanya marah dan tidak bermaksud untuk membuat kekasihnya itu celaka.
Tanpa memikir panjang lagi, Calvin segera mengambil ponselnya yang sempat ia letakkan di atas nakas, demi apapun sekarang Calvin sangat gelisah. Hari ini Calvin tak dapat berpikir dengan jernih dan selalu memikirkan tentang Niko. Calvin berjalan mondar-mandir sembari menunggu jawaban dari dokter kenalan Papanya.
Cukup lama Calvin menunggu panggilan supaya cepat terjawab, beberapa detik kemudian panggilan Calvin terangkat dari yang bersangkutan.
*Panggilan 00:00*
[Hallo, selamat malam om," sapa Calvin dari sebrang telfon.
[...]
[Iya, om. Ini Calvin anak papa demian]
[...]
[Bisa minta tolong buat segera datang ke apartemen Calvin nggak om? soalnya Calvin butuh pertolongan banget]
[...]
[Oh, jadi nggak bisa ya om]
[...]
[Oke,oke nggak masalah. Calvin tunggu ya om, Alamatnya di batu cempaka, Reninggan city lantai 2 nomor kamar 50A paling ujung]
[...]
[Siap, om makasih ya]
Sambungan telfon langsung terputus, Calvin menjadi resah ketika dia harus menunggu beberapa menit dan sampai Dokter kenalan papanya itu datang. Kemudian Calvin meletakkan ponselnya di atas nakas, ia berhenti bergerak ketika terpaku menatap Niko sejenak. Hatinya kembali melunak, Calvin melangkahkan kakinya perlahan dan mulai mendekati Niko yang terbaring lemah di atas ranjang, perasaan amarahnya kini berganti dengan rasa gelisah sekaligus takut.
Kemudian dengan gerakan lambat, Calvin menempelkan bibirnya menyentuh kening Niko yang berlangsung beberapa menit. Tak terasa air matanya ikut luruh ketika ia melihat Niko yang terluka karenanya.
"Maaf sayang," lirih Calvin, Calvin terus saja memberikan kecupan hangat di kening Niko, beralih ke pipi, kemudian bibir manisnya yang sudah lama tak Calvin cicipi. Calvin tak bisa memberhentikan kegiatanya yang sedang mencium bibir Niko dengan sedikit kasar meski Niko tak membalasanya, jujur saja hati Calvin sakit dan sangat merindu, dia hampir gila karena harus menahan semua hasratnya ke Niko. Kini tangannya ikut mengulur dan mengelus rambut Niko penuh sayang.
"I love you little baby," bisik Calvin di telinga Niko. Kok, Calvin jadi sedih ya? Biasanya kalau Calvin bilang begitu sama Niko, Niko pasti senyum dan tak lupa membalas kata-kata manis yang keluar dari mulut Calvin Calvin. Tapi, sekarang? Calvin hanya bisa melihat Niko yang terbaring lemah dan tak sadarkan diri.
Setelah mengatakan itu, Calvin beranjak dari duduknya. Kemudian mengambil kotak p3k, dia membantu membersihkan luka yang ada di tengkuk Niko untuk mengurangi pendarahan yang terus mengalir.
Sebenarnya dari awal Calvin tau tentang penanganan pertama tapi, karena Calvin terlalu khawatir sama Niko, dia jadi lupa kalau dia adalah calon seorang dokter.
Sehabis membersihkan luka Niko, Calvin berganti membersihkan kamar mandi dan juga lantai yang masih terdapat bekas bercak darah yang berasal dari Niko.
Di waktu yang pas saat Calvin sudah selesai membersihkan ruangan, Bell Apartemen nya berbunyi dan membuat Calvin buru-buru membuka pintunya.
Waktu Calvin membuka pintunya, ia mendadak diam dan mematung sembari menatap sosok orang yang baru saja Calvin kenal walau hanya kenal lewat namanya saja tapi, Calvin tau bahwa dia sempat dekat dengan Niko..
^^^
Malam ini Reza butuh istirahat tapi tiba-tiba saja Papinya menyuruhnya untuk pergi ke rumah Pasien berikutnya. Di tambah pasiennya kali ini adalah anak dari sahabat papinya.
Lagian, itu bentuk kecil dari kerjaanya sebagai dokter walaupun sekarang Reza masih kuliah tetapi, papinya sudah mempercayakanya pada Reza. Meski sekarang semua badannya letih, lesu, dan merasa penat, Reza harus profesional apalagi kalau sudah menyangkut pasien yang butuh pertolongan.
Reza membelokan setir mobilnya masuk ke dalam gerbang Apartemen. Sedari tadi Reza seperti tau tentang Aprtemen ini, dia membulat saat mengingat nama Niko yang terlintas dalam benaknya. Benar, saja! kalau Niko juga tinggal di Apartemen mewah ini.
Reza memberhentikan mobilnya di parkiran basemant Apartemen. Kemudian ia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift dan menuju lantai dua sesuai yang tertulis di selembar kertas.
Sesampainya Reza di depan pintu bernomor 50A paling ujung, dia menekan tombol bell di bagian samping pintu. Tidak menunggu lama Reza menunggu akhirnya san empu apartemen membukanya. Tapi, saat Reza membalikkan badannya dia nampak terkejut karena mendapati sosok yang pernah ia jumpai saat bersama Niko.
"Bukannya dia Calvin?" batin Reza bertanya, namun masih diam sampai salah satu dari mereka melempar senyum ramah.
"Anaknya om Saman?" tanya Calvin yang sebenarnya dia juga tau siapa pria di hadapannya saat ini. Dia adalah Reza dan sempat pernah bertemu waktu menyusul Niko di indomaret.
Reza mengangguk pelan, cukup lama menunggu jawaban Calvin berikutnya. Entah apa yang sedang di pikirkan Calvin saat ini. Terlihat dari raut wajah Calvin kalau dia tak menyukai Reza.
"Bagaimana?" tanya Reza membuat Calvin tersadar dari lamunanya.
"O-oh iya. Silahkan," jawab Calvin.
Reza tersenyum, dia melenggangkan kakinya masuk ke dalam apartemen Calvin. Sementara, Calvin kembali menutup pintunya dan mengantarkan Reza menemui Niko di dalam kamar.
Sumpah demi apapun Calvin baru tau kalau selama ini Reza itu adalah anaknya Om Salman sahabat papanya itu. Nggak tau kenapa Calvin keliatan nggak suka waktu tau kalau dokter penggantinya adalah Reza putra sulungnya om Salman. Dari pada Calvin harus menunggu lama lebih baik menerima Reza untuk memeriksa keadaan Niko.
Calvin mengantarkan Reza masuk ke dalam kamar. Namun, sepertinya Reza nampak terkejut saat mendapati Niko yang terbaring lemah di atas ranjang. Tetapi, ada satu hal yang membuatnya lebih terkejut dari yang tadi. Satu pertanyaan yang menetap dalam otak Reza. Kenapa Niko bisa satu tempat tinggal bersama Calvin?Atau jangan-jangan mereka beneran sepasang kekasih?
Kenapa hati Reza sakit saat mengetahui Niko sudah memiliki seorang pacar. Dan Reza baru tau bahwa Calvin adalah pacar Keyla. Apa, selama ini Calvin telah mengkhianati Keyla? Reza yang berpikir nething tentang Calvin sontak melirik dan menatap Calvin penuh curiga meskipun Reza tak mau mempermasalahkan lebih lanjut. Lagi pula Reza tak punya hak atas hubungan rumit mereka.
Dari pada Reza memikirkan hal yang tidak perlu, lebih baik dia cepat memeriksa keadaan Niko. Untung saja Calvin sudah memberikanya pengobatan pertama jadi keadaan Niko tidak terlalu buruk.
"Niko," batin Reza, Reza berjalan mendekati Niko yang berada di atas kasur. Calvin yang melihat Reza terlihat khawatir menjadi agak kesal.
"Niko, apa yang terjadi sama kam—," waktu Reza mencoba untuk menyentuh dan mengelus kepala Niko, sebuah gerakan gesit langsung menampik tangan Reza dengan kasar. Sudah pasti pelakunya adalah Calvin! Enak saja ingin menyentuh Niko, Calvin yang sedang marah saja belum pernah memegang apalagi menyentuh kekasihnya itu. Calvin terlihat marah sekali, ia tidak suka kalau ada yang berani mencoba menyentuh little babynya, apalagi saat Calvin berada di dekat mereka.
"Jangan sentuh kekasihnya aku!" marah Calvin dan matanya mulai menatap tajam ke arah Reza.
Reza hanya menganggukan kepalanya.
Reza menjauhkan tangannya dari Niko. Nggak perlu menjelaskannya, Reza juga tau bahwa Calvin tak menyukainya. Tanpa berlama lagi Reza segera memeriksa keadaan Niko sekarang.
"Sepertinya Niko harus di rawa—,"
"Nggak!" Calvin memutuskan pembicaran Reza yang belum selesai. Reza hanya menghela napasnya pelan, Reza tau kalau Calvin sangat khawatir pada Niko. Dan kalau Niko di rawat di rumah sakit, Niko akan mendapatkan perawatan lebih lanjut. Dan, Calvin juga akan tetap bisa menunggu Niko. Reza melihat Calvin yang sepertinya dia terlalu posesif, padahal Niko juga membutuhkan perawatan intens di rumah sakit.
Aneh? itu yang Reza pikirkan tentang Calvin.