"Saya bilang mereka sudah pergi. Artinya itu sudah pergi. Apa kamu bodoh sampai-sampai harus bertanya untuk kedua kalinya? Atau telingamu tuli?" Kali ini ucapan Halua terdengar begitu menyakitkan.
Esya tak berani menjawabnya. Dia hanya terdiam dan termangu seraya tanpa sadar duduk di kursi taman.
"Dia sama …." gumam Esya, kini matanya mulai berair. Sorot matanya yang rapuh membuat Esya semakin terlihat ingin menjerit.
Entah insting dari mana, mungkin dari tubuhnya yang tahu bahwa kini dia berada di alam bebas yang bahkan tidak ada seorangpun di sini. Kecuali Halua.
Dia bangkit dengan dada yang sudah kembang kempis.
"Kenapa semuanya jahat banget!!!! Kenapa??? Aku salah apa???!! Ayah!!! Halua!!! Yagi!!!! Kalian jahat!!!! Nggak adakah cowok baik-baik di dunia ini??!!!" maki Esya pada langit yang sunyi. Padahal cuacanya begitu cerah, sangat bagus untuk penyembuhan rohaninya. Namun waktu ini dipakai olehnya untuk mengeluarkan unek-unek di hatinya. Ya, itu tidak begitu buruk.