"Baik, Mas. Sekarang temannya sudah selesai di periksa, ya." Sang dokter keluar bersamaan dengan Suter yang tadi. Kini Halua bebas menemui Esya yang sedang terbaring lemah di ranjangnya. Sepertinya sang dokter telah memberikan obat yang membuat gadis mungil itu memejamkan mata..
"Dia tidur, ya." Perlahan-lahan Halua menutup pintu itu, takut-takut kalau Esya akan terbangun oleh suara decitan pintu. Karena entah mengapa, suasana di sore hari ini sangatlah sepi sehingga suara-suara yang biasanya tersamarkan kini terdengar cukup jelas.
Halua duduk di kursi penunggu pasien, tepat di depan Esya yang sedang terbaring lemah. Bunyi-bunyi mesin suara detak jantung dan kestabilan dirinya berbunyi stabil. Halua tampak menata tangannya dan langsung ambil posisi ternyaman. Dia tidur di pangkuan tangan Esya.
Sesaat dia juga mulai berani menggenggam tangan gadis yang telah menjadi tanggung jawabnya itu.