Yaitu sosok yang tengah di peluknya. Yang bisa kapan saja merenggut nyawanya.
"Hey, kamu benar-benar bodoh, ya?" tanyanya, lalu terkekeh geli. Dia semakin kesenangan karena dapat menang banyak malam ini.
Bau tubuh Esya yang sangat khas seperti bau wanita yang dahulu adalah wanita yang paling dia cintai. Halua semakin betah untuk berlama-lama di area pundak Esya.
"Ihh! Geli, tahu!" Esya meronta-ronta kesekian kalinya untuk melepaskan pelukan erat dari seorang Halua. Bahkan saking eratnya, sekarang dadanya terasa sangat sesak. Sepertinya ajaknya tak akan lama lagi.
"Kamu … uhuk! Mau .. buat, saya mati, ya?!" tanyanya dengan suara tercekik.
Halua tertawa dan langsung meregangkan pelukannya. Dengan secepat kilat dia mengambil alih lagi. Dia memimpin Esya untuk mengikuti permainan panasnya lagi.