"Biar keliatan wajah nangisnya," ujar cowok itu. Karina semakin mengerutkan wajahnya. Apa-apaan cowok ini? Orang-orang ingin menyembunyikan tangisan mereka, bukan memperlihatkan nya.
Rain terkekeh pelan melihat wajah Karina yang benar-benar berantakan. Ia mengusap lembut pipi gadis itu, namun tidak menghapus jejak air matanya seperti di novel-novel yang sering ia baca.
"Nangis aja biar lega. Sini, gue pinjemin bahu gue."
"Apaa—"
"Sshhtt! Udah udah ... ga usah ngomong, cukup luapin aja," ujar Rain lembut. Cowok itu kini sudah memeluk erat tubuh Karina, ia mengusap lembut punggung gadis itu seperti menyalurkan kekuatan.
Karina terdiam. Perkataan itu benar-benar membuatnya ingin menangis. Tidak ... Karina sudah benar-benar menangis sekarang. Meskipun begitu, gadis itu terbiasa untuk menangis dalam diam. Ia tidak bisa meluapkan semua perasaannya lewat tangisan keras seperti bayi, sehancur apa pun perasaannya.