Mama Selyn nampak sedang membereskan rumahnya untuk persiapan acara tujuh hari kematian Selyn. Semenjak kematian Selyn, wanita itu lebih suka menyibukkan dirinya supaya tidak teringat lagi dengan mendiang putrinya. Mama Selyn masih sering menangisi kepergian Selyn yang begitu mendadak.
Tak jarang juga ia merenung sendirian di dalam kamarnya karena merasa kesepian.
Setelah semua pekerjaan rumahnya beres, mama Selyn duduk di ruang tengah. Ia bersandar di sofa depan TV. Entah kenapa bayangan Selyn datang menghampiri pikirannya. Bagaimanapun juga Selyn adalah anak satu-satunya yang ia punya.
"Mama..."
Suara itu terdengar menelisik di telinga Shanty. Shanty terkejut dan segera mendekatkan ke arah sumber suara. Ia mencoba mempertajam lagi pendengarannya. Siapa tahu ia hanya sedang berhalusinasi karena merasa rindu dengan Selyn. Suara itu sama persis dengan suara Selyn jika sedang memanggil mamanya.
"Mama..."