Chereads / SAHABAT SAMPAI MATI / Chapter 14 - Masih Penasaran

Chapter 14 - Masih Penasaran

Dani mencoba untuk menenangkan Rizal yang masih panik dan ketakutan itu.

Terlihat sangat jelas di benak Rizal sosok Yoga yang wajahnya setengah hancur itu menyeret badannya hingga ke tepi jurang tadi.

Dani memberikan minuman kepada Rizal agar dia bisa lebih tenang.

"Udah tenang? Tarik nafas... Buang pelan-pelan. Sekarang ceritain ke gue apa yang sebenarnya terjadi tadi? Kenapa kalian bisa terjebak di sini dan didatangi arwah Yoga?" tanya Dani karena dia ingin mendengar cerita versi Rizal.

"Yoga datang, dia menyeret gue dan mau melempar gue ke jurang. Gue takut banget..." sahut Rizal masih dengan badan yang gemetar.

"Kayanya kita harus segera menyelesaikan masalah Yoga deh. Arwahnya gentayangan seperti ini karena konon dia punya masalah yang belum diselesaikan di dunia ini. Dan kata dukun tadi, memang benar kan. Ada masalah yang belum terungkap dan ini berkaitan dengan orang terdekat Yoga. Gimana kalau kita sekarang pergi ke rumah orang tua Yoga?" ucap Bimo sambil menyetir mobilnya.

Dani semakin cemas, dia takut semua orang akan tahu kalau dia adalah penyebab kematian Yoga yang selama ini dia tutupi.

"Gue rasa jangan hari ini ya. Rizal kayanya masih shock dan butuh istirahat. Biarkan dia tenang dulu," ucap Dani melirik ke arah Rizal.

Bimo mengangguk dan setuju dengan usul Dani tadi. Akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing. Rizal sengaja tidak pulang ke rumahnya karena dia masih parno jika harus di rumah sendirian. Orang tuanya masih ada urusan di luar kota. Rizal akhirnya meminta untuk menginap di rumah Bimo.

Selama ini Bimo belum pernah cerita kalau dirinya juga pernah didatangi arwah Yoga. Jadi Rizal pikir, rumahnya pasti akan aman, dan dia bisa tidur nyenyak malam ini.

Namun ternyata Rizal salah, ketika Bimo sedang mandi, Rizal menunggu di kamar Bimo sambil membaca komik koleksi Bimo yang sangat banyak itu.

Namun tiba-tiba dari kaca jendela kamarnya, Rizal melihat bayangan yang lewat dengan begitu cepat.

Bulu kuduk Rizal mulai merinding, tengkuknya mulai dingin.

Rizal langsung mengetuk pintu kamar mandi dan meminta Bimo agar lebih cepat lagi.

Sambil terus mengedarkan pandangannya ke Arab kaca jendela itu, Rizal terus berdiri di depan pintu kamar mandi Bimo.

"Bim... Cepetan dong mandinya, gue mau buang air nih," kata Rizal sengaja berbohong agar Bimo bisa lebih cepat keluar.

Namun tidak ada sahutan dari dalam dalam kamar mandi. Suara percikan air layaknya orang mandi juga tidak terdengar dari dalam sana.

Hal ini memicu kecurigaan Rizal, dia jadi berpikir telah terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu.

"Bim... Lo nggak kenapa-kenapa kan di dalam sana? Jangan bikin gue takut deh," kata Rizal terus mengetuk pintu kamar mandi itu.

Suasana semakin mencekam, ditambah dengan hembusan angin yang cukup kencang dan membuat jendela kamar itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya.

Rizal semakin bergidik ngeri, dia menggedor pintu kamar mandi lagi namun masih belum mendapat jawaban dari Bimo.

Karena masih belum mendapat jawaban, akhirnya Rizal mendobrak pintu kamar mandi itu secara paksa.

Dan betapa terkejutnya ketika Rizal mendapati sahabatnya sudah tergeletak di lantai dengan badan yang masih telanjang. Bimo hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.

"Bim... Bangun Bim... Lo kenapa?" tanya Rizal mengguncang kepala Bimo dengan keras. Namun Bimo masih belum sadarkan diri juga.

Rizal mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar mandi ini, namun dia tidak melihat apapun di sana.

Dengan dibantu Rizal, Bimo akhirnya berbaring di atas ranjangnya. Rizal terus mencoba untuk menyadarkan Bimo yang pingsan.

Namun tiba-tiba angin kembali berhembus dengan kencang, jendela kaca kamar Bimo kembali terbuka dengan sendirinya.

Terpaksa, Rizal harus menutupnya lagi. Dengan memberanikan diri, Rizal mendekat ke arah jendela itu untuk menutupnya lagi. Namun dengan cepat, sosok arwah Yoga yang berwajah setengah hancur muncul di depan jendela itu.

Rizal kaget bukan main, dia ketakutan dan melangkahkan kakinya mundur ke arah Bimo yang masih terbaring pingsan.

"Bim... Bangun Bim! Ada Yoga, please... Bangun!" suara Rizal yang panik kembali mengguncang badan Bimo.

Bimo masih belum sadarkan diri juga. Sementara Yoga semakin berjalan mendekat ke arah Rizal.

"Pembunuh... Harus mati! Pembunuh!" suara Yoga dengan mata melotot dan darah yang sudah mengering di wajahnya.

Rizal semakin ketakutan, wajahnya pucat pasi. Tangannya gemetar dan lemas.

"Please, jangan ganggu gue. Gue minta maaf kalau punya salah sama lo," ucap Rizal pelan sambil memejamkan matanya.

Merasa tidak tahan lagi dengan penampakan Yoga yang sudah berada di hadapan Rizal, akhirnya Rizal juga jatuh pingsan di samping tubuh Bimo.

***

Kini mereka sudah kembali ke kampus.

Seperti biasa, Rizal selalu menjadi anak yang paling heboh karena selalu didatangi oleh arwah Yoga. Bukan hanya di rumahnya saja, di rumah Bimo juga Yoga masih menghantui Rizal.

"Btw, lo kenapa kemarin pingsan? Apa lo juga lihat hantunya Yoga?" tanya Rizal kepada Bimo.

Bimo nampak kebingungan, dia sendiri tidak ingat apa yang terjadi kemarin padanya.

"Yang gue ingat, ada bayangan dari kaca yang melintas dengan cepat. Terus dia masuk ke kamar mandi pas gue mau keluar dari sana. Dan setelah itu gue nggak ingat lagi. Gue juga nggak tau bayangan apa yang gue lihat itu."

"Fix. Kita harus segera menyelesaikan masalah ini. Gue nggak mau hidup gue jadi nggak tenang karena setiap hari arwah Yoga datangin gue. Kita harus ke rumah orang tua Yoga untuk menanyakan hal ini. Siapa tahu mereka bisa bantu kita kan," ucap Rizal melirik ke arah Dani yang sengaja tidak menghiraukan cerita Rizal dari tadi.

Dani sengaja memasang earphone di telinganya namun dia masih bisa mendengar semua cerita Rizal dan teman-temannya.

"Oke. Sepulang kuliah, kita langsung ke sana ya. Dan, lo ikut kan sama kita? Kan cuma lo yang tahu rumah orang tua Yoga? Kita nggak ada yang tahu," ucap Bimo dengan keras sambil menyenggol bahunya agar Dani mendengarnya.

"Apaan sih?"

"Kita semua mau ke rumah orang tua Yoga, lo ikut ya. Cuma lo yang tahu rumah orang tua Yoga."

"Nggak ah. Kalian aja, nanti alamatnya gue share lokasi. Gue hari ini ada urusan," ucap Dani sok sibuk. Padahal bukan karena sibuk, melainkan karena dia takut semua rahasia ini akan terungkap.

Bimo dan Rizal hanya menganggukkan kepala, meskipun mereka sudah mulai curiga dengan Dani yang seakan bersikap aneh dan mencoba untuk menghindar setiap kali mereka ingin menyelidiki masalah ini.

Kuliah telah selesai hari ini.

Bimo dan Rizal pun pergi ke rumah orang tua Yoga yang telah dikirimkan oleh Dani tadi.

Mereka berniat untuk menyelesaikan masalah Yoga yang belum terselesaikan di dunia ini agar arwah Yoga bisa tenang di sana.