Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi Dani masih belum pulang ke rumahnya. Orang tua Dani terutama ibunya sangat cemas dan mengkhawatirkan Dani. Apalagi akhir akhir ini putranya itu sangat aneh dan sering berperilaku yang di luar nalar. Seperti berbicara sendiri, tertawa sendiri, bahkan sampai kerasukan tak sadarkan diri.
Wati mulai bolak balik di ruang tamu melihat ke arah jendela. Ia mulai cemas, perasaannya jadi tidak enak.
Wahyu, suaminya datang membawakan secangkir teh hangat untuk menenangkan pikiran istrinya.
"Minum dulu Bu, tehnya!"
"Iyo Pak, suwun yo Pak!"
"Dani masih belum bisa dihubungi ya Bu?"
"Belum Pak, HP nya juga nggak aktif. Ibu jadi khawatir deh Pak. Takut anak itu kenapa-kenapa," jawab Wati setelah menyeruput teh hangat buatan suaminya.
"Ibu sudah coba hubungi Sandi?"