Melati Indrayani gadis yatim piatu yang diadopsi oleh keluarga Mahendra, Melati masuk dalam keluarga salah satu orang terkaya di Negara A. Dia harus terseret dalam persaingan hak waris yang di tulis dalam wasiat Tuan Gio Mahendra sebelum ia meninggal.
Isi wasiat Tuan Gio meminta Cucu pertamanya Victor Artama Mahendra menikah dengan Melati jika ingin mewarisi semua aset kekayaan keluarga Mahendra, tapi Victor menentang pernikahan itu sebab dia memiliki kekasih yang amat sangat ia cintai.
"Sayang, kamu harus menikah dengan Melati!" perintah Nyonya Rena pada putranya.
"Tidak bisa Ma, aku tidak menyukai gadis itu," tolak Victor.
"Apa kamu mau sepupumu yang lain yang menikah dengan gadis yatim piatu itu, lalu mendapatkan aset kekayaan keluarga kita. Apalagi kakekmu menulis namamu sayang berarti dia memilihmu."
"Arghh!" teriak Victor sembari meremas rambutnya dengan kuat.
Dari awal Melati datang ke kediaman keluarga Mahendra Victor sudah tidak menyukainya dan tidak pernah berbicara padanya, dia sangat membenci gadis yang berumur dua puluh tahun itu.
Melati duduk di ayunan yang berada di taman belakang kediaman, dia tampak melamun memikirkan isi wasiat Tuan Gio yang telah mengadopsinya saat berumur tujuh tahun.
"Apa yang di pikirkan Kakek, aku dan kak Victor tidak pernah berbicara kenapa beliau menulis bahwa aku dan kak Victor harus menikah," batin Melati.
Seorang pria menghampiri Melati yang masih melamun hingga tidak menyadari kedatangan Hiro, saat tangan mengacak rambutnya Melati langsung kaget mendapati Hiro pria yang sifatnya hangat padanya berdiri disampingnya.
"Kak Hiro."
"Apa yang sedang gadis cantik ini pikirkan, hingga tidak menyadari jika pria tampan ini datang?" tanya Hiro lalu duduk di salah satu ayunan.
"Aku berpikir kenapa Kakek menulis wasiat seperti itu?"
"Mungkin Kakek punya alasan sendiri, jadi jangan memikirkannya lagi. Jika kak Victor menolak pernikahan ini biar aku yang menggantikannya menikah denganmu," ucap Hiro seraya tersenyum manis membuat Melati tersipu malu.
Di jendela kamar, Nyonya Rena melihat Melati tengah bersenda gurau bersama dengan Hiro di taman belakang, jika putranya menolak pernikahannya bersama Melati kandidat yang berpeluang besar untuk menggantikan Victor adalah Hiro Dwi Mahendra.
"Bagaimanapun caranya hanya putraku Victor yang boleh mewarisi kekayaan keluarga Mahendra," gumam Nyonya Rena.
Melati dan Hiro masuk ke dalam rumah tanpa sengaja mereka bertemu dengan Victor yang baru turun dari lantai dua, tatapan dinginnya membuat tubuh Melati menjadi kaku.
"Kakak hari ini aku tidak kekantor, aku ada urusan," ucap Hiro namun Victor masih menatap Melati dengan tatapan dingin.
"Melati, ayo pergi biar aku mengantarmu," ajak Hiro dan langsung diangguki oleh Melati.
Tatapan mata Victor tak lepas dari tubuh gadis mungil itu hingga hilang di balik pintu utama, Victor mengepalkan kedua tangannya ucapan mamanya kembali terngiang di kepalanya.
Sebuah pesan masuk ke gawai miliknya. 'Bos kita sedang di club.' Isi pesan dari salah satu sahabat Victor.
Victor langsung pergi setelah membaca pesan dari Exel sahabatnya. Tidak lama mobil berhenti di depan club langganan Victor, hanya menunjukkan kartu member VVIP satpam langsung mengijinkannya masuk.
Pintu ruangan terbuka, disana sudah ada ketiga sahabatnya dan dua wanita malam yang siap melayani para tamu.
Dengan wajah tak bersahabat Victor duduk di sebelah Enoch yang tak kalah dinginnya dengan Victor. Enoch menoleh ke arah sahabatnya yang baru saja bergabung dengan mereka, "Ada apa dengan wajah tampanmu itu?" tanyanya pada Victor.
"Kakek sudah gila!" jawab Victor dengan nada kesal.
"Tuan Gio? Bukannya beliau sudah meninggal dua minggu lalu?" tanya Frans yang ikut penasaran pada sahabatnya.
"Kakek menulis wasiatnya yang tidak masuk akal, dia meminta aku menikah dengan gadis yang di pungutnya di panti asuhan jika ingin mendapatkan aset kekayaannya," jawab Victor dengan menjelaskan apa yang membuatnya kesal.
"Jadi apa sekarang yang akan kamu lakukan?" tanya Enoch.
"Aku belum tahu," jawab Victor.
Untuk menghilangkan beban pikirannya Victor ikut minum bersama sahabatnya hingga larut malam, pukul dua dini hari ia pun sampai di rumah. Suasana sudah sepi dan lampu sebagian sudah padam, ketika Victor ingin naik tangga ia berpapasan dengan Melati yang dari dapur.
Saat Melati ingin pergi Victor dengan cepat menarik tangannya naik ke lantai dua, Melati mencoba melepaskan cengkraman Victor tapi tidak bisa karena tenaganya sangat kuat.
"Kak Victor," lirih Melati.
'Bamm!' Victor menutup pintu kamarnya dengan membantingnya.
"Kakak sakit."
Victor tidak menghiraukan Melati yang masih berusaha melepaskan cengkeramannya di lengan gadis mungil itu, entah apa yang akan ia lakukan pada Melati.
"Ah!" rintih Melati saat tubuhnya di hempaskan di atas kasur.
Melati bangun dan berusaha keluar dari kamar Victor tapi di cegah oleh Victor, kewarasan Victor saat ini sudah hilang disebabkan oleh alkohol dan amarah pada Melati.
"Bukannya kita akan menikah, aku akan mengeceknya sendiri sebelum aku menikahimu," bisik Victor membuat tubuh Melati kaku.
"Me-mengecek? Apa yang kak Victor ingin lakukan padaku?" tanya Melati dengan jantung berdetak kencang.
Victor langsung mencium bibir Melati dengan kasar, Melati mendorong tubuh Victor karena dia tidak bisa bernafas.
"Kau berani mendorongku?!" hardik Victor dengan tatapan tajam.
"Ti-tidak."
Seringai licik terukir di bibir Victor dengan cepat ia membawa Melati ke atas kasur, "Aku tidak akan melakukannya dengan kasar, jadi tahanlah!" bisik Victor.
Tubuh Melati tidak bisa bergerak karena Victor sudah menguncinya dengan kedua kakinya, Melati terkejut saat melihat Victor membuka ikat pinggangnya lalu pakaiannya.
"Kita belum menikah Kak, ini tidak boleh terjadi."
Victor tidak menghiraukan ucapan Melati, ia sudah di kuasai oleh nafsu gilanya pakaian gadis mungil itu langsung di lucutinya tanpa sisa dan terjadilah olahraga malam diantara mereka.
***
Mata Melati terbuka saat tubuh bagian bawahnya terasa perih, ia mencoba bangun dengan perlahan agar Victor tidak terbangun dari tidurnya.
"Aku harus pergi sebelum kak Victor bangun," batin Melati.
Setelah keluar dari kamar Victor, Melati langsung pergi ke kamarnya yang tidak jauh dari kamar Victor, dengan cepat ia menutup pintu dan menguncinya.
Air matanya jatuh mengingat kejadian semalam yang membuatnya kehilangan kesuciannya sebelum menikah, "Sekarang apa lagi yang harus aku pertahankan, kesucian, kehormatan, sudah tidak ada lagi!" lirihnya sembari menangis.
Semua keluarga sudah berkumpul di meja makan termasuk melati dan Victor. Hiro yang duduk di sebelah Melati terlihat perhatian membuat Victor tersenyum licik, "Aku ingin mengatakan keputusanku pada kalian semua, mengenai isi wasiat Kakek yang menginginkanku menikah dengan Melati."
"Apa kamu menolaknya Kak?" tanya Hiro penuh harapan.
"Tidak! Aku akan menikah dengan Melati Minggu depan," jawab Victor sembari menatap Melati yang sedang menundukkan wajahnya.