Pagi itu, Peter merubah perannya sebagai suami yang serba bisa. Dimana ia harus mencuci piring, mencuci baju, mengepel lantai, menyapu, membersihkan dan membereskan rumah sudah menjadi tugasnya. Peter tak marah sama sekali pada kondisi Anne yang seperti sekarang.
Ia justru iba dan setiap malam ia hanya bisa menangis menatap istrinya yang sudah tak waras.
"Arghhh!!!" teriakan itu seketika mengejutkan Peter yang tengah menyapu lantai.
Buru-buru, ia pun bergegas menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Dan saat Peter membuka pintu, ia melihat istrinya sudah melemparkan berbagai jenis barang. Ia tampak stres sekali.
Tangis dan jeritannya terus melengking memekakkan telinganya. Peter langsung mendekap erat istrinya. Mencium kening wanitanya yang sudah tak kuat lagi menghadapi ketidak adilan dunia.
"Dimana anak-anak kita, sayang? Dimana? Dimana?!!!" serunya seraya memukul bahu Peter keras.