Malam yang tenang di hutan Elf, Satu tim ekspedisi luar kerajaan Elf sedang mendirikan camp mereka di sebelah pohon berukuran besar, awalnya area hutan tersebut adalah bagian dari kerajaan Riftguard, tetapi sekarang wilayah itu dicuri oleh para elf yang memasang banyak jebakan di sana.
.
Elf 1 "Hey apa kau tau? ada rumor tentang undead cerdas yang memegang trisula berkeliaran di luar sana, mereka bilang makhluk itu sangat kuat"
Elf 2 "Apa kau gila? semua undead itu bodoh, tidak ada satupun dari mereka yang bisa bertarung"
Elf 3 "Tetaplah waspada.. jangan dulu mengobrol sampai supplier datang"
Elf 1-2 "Baik kapten!"
Tim ekspedisi elf (Scout) bertugas menjelajahi area luar untuk memperluas wilayah kerajaan Elf dengan cara memasang banyak jebakan, saat ini mereka menunggu supplier bahan pembangunan menara jaga.
Electro Demon "Camp yang lain huh..? jika mereka tidak menyimpan barang yang ku cari mungkin aku harus mencarinya dengan cara lain"
Dari kejauhan Electro Demon mengawasi gerak-gerik tim ekspedisi yang sedang menunggu supplier, ia berharap item yang ia cari ada di camp tersebut.
Electro Demon "Die.."
Tiga trisula melesat tepat kearah jantung mereka bertiga, dua dari tiga trisula tersebut perlahan memudar dan hilang.
Setelah membunuh tim ekspedisi, Electro Demon mencari item yang ia inginkan dari mereka bertiga, tidak menemukannya di setiap jasad ia lanjut mencarinya ke dalam camp dan hasilnya sama saja.
Electro Demon "Sial.. tak ada cara lain, akan ku lakukan"
Electro Demon pergi dari sana setelah membakar camp tersebut dan memindahkan jasad tiga Elf ke dalam camp yang terbakar, tak lupa ia mencabut trisula miliknya sebelum pergi ke tempat lain.
Tak lama kemudian supplier datang dan terkejut saat melihat camp yang mereka tuju sudah terbakar habis, setelah memadamkan api dengan sihir air mereka menemukan tiga jasad elf yang hangus terbakar.
Supplier Elf "Sial! Pasti ulah manusia.. Semuanya, cepat angkat 3 jasad ini ke kereta kuda, kita kembali"
•~•~•~•~•~•~•Destined For Disaster•~•~•~•~•~•~•
"Hoam..."
Saat aku terbangun, hal pertama yang ku rasakan adalah hawa dingin yang berasal dari luar, badai salju sudah selesai tetapi salju masih terus turun.
Sebelum aku mendirikan badan, ada benda aneh yang ku pegang di tangan kanan ku, teksturnya lembut.. kenyal.. dan..
"...!?"
Orphim "Hoaaaamm... Pagi Itsuki"
Aku mencoba untuk tenang saat anak kecil yang sepertinya tidur dan berada di sampingku sepanjang malam menyebut namaku.
"Kau.. K-kau Orphim!?"
Orphim melihat lengannya dan sedikit kebingungan, lalu ia sadar saat ini ia sudah berevolusi dan mendapatkan tubuh manusia nya.
Orphim "Evolusi.. Evolusi!! Aku berevolusi Itsuki!!"
"Heii pelan kan suara mu!"
*Ketukan Pintu*
Saat pemilik Inn mengetuk pintu kamar, Orphim dengan cepat masuk ke dalam tubuhku.
Orphim "Dasar pengganggu.."
"Masuk.."
Pemilik Inn "Permisi tuan, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda"
"Panggil mereka ke sini saja"
Pemilik Inn "Baik tuan"
Setelah bangun dari tempat tidur aku langsung merapikan rambut ku yang berantakan dan mengganti baju ku dengan cepat.
*Ketukan pintu*
Viola "Ini aku.."
"Viola kah.. Masuklah"
Saat membuka pintu, Viola memasang ekspresi kesal padaku, ia membawa kabar buruk dari desa yang Airi dan dirinya tempati.
Airi menghilang ditengah hutan pagi ini, banyak monster buas tiba-tiba menyerang desa dan ditemukannya beberapa serpihan batu obsidian.
Awalnya ia meminta bantuan kepada seorang prajurit untuk pergi ke desa yang ku ekspedisi, namun ditengah jalan ia diserang oleh serigala salju dan baru ditemukan pagi ini dengan keadaan tak bernyawa.
Mendengar itu aku pun bergegas pergi untuk mencari Airi di hutan, mengingat mereka juga menemukan serpihan batu obsidian aku khawatir jika Airi berhadapan langsung dengan makhluk itu.
"Viola, mendekat lah.."
Aku memperkuat fisik dan tenaga ku lalu melempar batu teleportasi ke arah desa yang dituju untuk mempersingkat perjalanan.
"Teleport!!"
Masih belum, lebih jauh!!
"Teleport!!!"
Aku melempar dan melempar lagi hingga aku sampai ke desa yang di ekspedisi oleh Viola, dan benar saja para prajurit dan petualang sedang bertarung melawan monster hutan untuk mempertahankan desa ini.
"...!? Para penduduk.. mereka.."
Viola "Mereka sudah aman di bunker bawah gudang persediaan.. banyak prajurit berjaga di sana"
"Baguslah.. Viola, apa kau masih punya tenaga?"
Viola "Masih.. tapi kurasa aku tidak bisa bertahan lebih lama.."
"Enchant Physical Ability 2"
Aku memberikan boost pada Viola agar bisa bertahan disini lebih lama melawan para monster.
Viola "Itsuki.."
"Minum potion ini, bantu mereka melawan monster!"
Potion yang ku berikan pada Viola adalah potion unik yang bisa memulihkan mana dan kesehatan secara instan dengan beberapa peningkatan fisik dan skill, akan tetapi potion ini memiliki efek samping jika si pengguna menguras habis mana yang ia punya, ia akan pingsan.
Setelah memperingatkan Viola tentang itu aku pun kembali melempar batu teleportasi ke tempat Airi hilang, yaitu di hutan.
"Orphim, apa kau merasakan ada Neflem di sekitar sini?"
Orphim "Hmm.. tidak, aku hanya merasakan beberapa monster berkeliaran di sana"
"Begitukah.. jaga kesadaran mu Orphim, aku harus mencari Airi"
Selagi aku berlari ke dalam hutan, Orphim akan terus mengawasi area sekitar dengan batas jarak beberapa meter dari tempatku berlari.
Tak hanya berlari aku juga harus berhadapan dengan monster-monster yang kebetulan bertemu denganku dan langsung mengejar seperti serigala salju, goblin salju bahkan undead yang semestinya tidak muncul di area hutan.
Setelah sekian lama akhirnya Orphim mendeteksi keberadaan Airi.
Orphim "Itsuki! Ke arah utara cepat!!"
"Ada apa di sana?"
Orphim "Cepatlah!! Aku merasakan mana milik Airi di sana!"
Orphim menuntunku ke arah goa yang menurutnya Airi ada di dalam goa tersebut dan saat aku masuk kedalam goa tiba-tiba sebuah jebakan aktif saat aku menginjakkan kaki di dalam goa.
Rune trap, sebuah jebakan pijak yang terbuat dari sihir elemental, Jebakan yang tak sengaja ku pijak terbuat dari elemen angin dimana yang menginjak jebakan ini akan terpental ke atas dengan kecepatan tinggi, tentu dengan langit-langit goa yang berbatu tajam itu akan membunuh siapapun yang menginjaknya.
Aku beruntung sesaat sebelum jebakan aktif sihir teleportasi ku aktif dan membuat mana ku terkuras lebih banyak dibandingkan teleportasi menggunakan batu teleportasi.
Di ujung goa aku melihat api unggun, tetapi aku tidak melihat Airi di manapun.
"Airi apa kau disini? Ini aku.."
Orphim "Dia bersembunyi di balik batu, kurasa dia mengira kita penyusup"
Airi "... Itsuki kah... syukurlah.."
Setelah berwaspada, Airi kembali terduduk lemas dengan luka-luka di sekujur tubuhnya.
"Fast Heal.."
Setelah melihat Airi penuh luka, aku langsung menyembuhkan nya dengan sihir heal dan menutup luka-luka yang tak bisa disembuhkan dengan heal menggunakan kain.
Airi "Aku terbantu.. makasih"
Aku bertanya pada Airi kenapa ia bisa ada disini dan kenapa ia mendapatkan banyak luka di sekujur tubuhnya.
Airi "Neflem.. neflem yang ku temui berbeda dari yang pernah ku temui sebelumnya.."
Neflem yang Airi hadapi lebih kuat dari yang pernah ia dihadapi sebelumnya, saat terpojok dan tak bisa apa-apa Airi memutuskan untuk mundur dan tak sengaja menjatuhkan buku item miliknya.
Sepanjang malam ia tersesat di hutan ini dan langsung berlindung di goa ini saat menemukannya.
Setelah membicarakan apa yang terjadi Airi memintaku untuk setidaknya menjauhkan Neflem itu dari desa yang ia ekspedisi.
.
Viola "Akhirnya.. tak ada monster lagi"
Sore harinya para prajurit, petualang dan Viola berhasil mempertahankan kedua desa dari serangan monster yang datang dari hutan.
Tetapi, beberapa saat setelah mereka beristirahat Neflem datang dengan sisa pasukan monster nya dan berniat untuk membunuh semua orang yang ada di kedua desa.
Viola "... Yang benar saja.. apa-apaan makhluk itu.."
Para petualang bangkit kembali untuk bertarung dan tak sedikit dari mereka memilih untuk melarikan diri, dengan terpaksa prajurit menggunakan sisa persediaan bertarung mereka untuk melindungi desa.
Viola bangkit dari istirahat nya dan memberikan boost level menengah untuk para prajurit dan petualang yang masih ingin melindungi desa, tentunya itu tidak mudah dikarenakan desa yang harus mereka lindungi tidak hanya satu.
Pedang dan armor milik Viola sudah semakin rapuh, tetapi ia tidak mempedulikan hal itu dan langsung maju ke hadapan Neflem yang sedang di lawan oleh 3 prajurit.
Viola "...!? Buku itu.."
Sebuah buku inventory tergantung di pinggang Neflem dan Viola yakin buku itu milik Airi setelah melihat pisau yang digunakan Neflem sama persis dengan pisau yang Airi gunakan.
.
Di sisi lain, Itsuki sedang menggendong Airi kembali menuju desa, ia mengandalkan sensor yang Orphim miliki agar tidak tersesat.
Aku berusaha menghindar sergapan monster saat aku berlari menuju desa, dan semakin aku dekat dengan desa semakin banyak pula monster yang hendak menyerang dan menyergap ku.
Setibanya di desa kami dikejutkan dengan serangan monster yang begitu banyak, dan membuat beberapa titik di kedua desa terbakar.
Tiba-tiba, Airi turun dari punggung ku dan meminum dua mana potion yang ku berikan padanya.
Airi "Silent Slash.."
Satu persatu monster yang ada di dekatku dan yang sedang di hadapan oleh prajurit terbunuh seketika, dengan kecepatan nya Airi membunuh banyak monster dengan satu pisau tajam yang ia perkuat dengan elemen angin hingga saat pisau itu tertancap di tubuh monster, darah monster tersebut akan langsung keluar mengikuti arah angin dari pisau tersebut.
"Orphim, kau lihat itu?"
Orphim "Tak diragukan lagi.. skill itu mengerikan.."
Setelah semua monster yang ada di desa terbunuh, kini kami pergi ke desa yang di ekspedisi oleh Viola,
Kami berlari secepat mungkin sambil menghindari serangan monster dan berharap Viola masih bertahan di sana.
.
Kini mana yang Viola miliki sudah sangat sedikit, ia pun mencoba menghemat nya dengan bertarung menggunakan pedang, energy shield yang ia bentuk berukuran sedang di tangan kiri nya dan sisa durasi boost yang Itsuki berikan.
Tiga prajurit yang bertarung bersamanya sudah tidak sanggup melawan Neflem dan terluka parah, sekarang Viola harus berjuang seorang diri sampai Itsuki dan Airi kembali.
Neflem "Kau manusia.. dasar makhluk primitif.. Musnahkan!!"
Neflem menembakkan obsidian lancip ke arah Viola berkali-kali sambil berjalan ke arahnya, merasa terdesak Viola hanya bisa menangkis semua obsidian lancip yang mengarah padanya menggunakan energi sihir.
Viola "Sial!!"
Tiba-tiba seorang petualang berlari ke arah Neflem dan hendak menyerangnya dengan dua bilah pedang.
Petualang "Takkan ku biarkan!! Fatal Slash!!"
Petualang itu melompat ke arah Neflem dan langsung menyerang nya di sisi kanan dengan dua bilah pedang sekaligus, namun pedang tersebut hancur setelah Neflem menangkis serangannya dengan memanipulasi obsidian sebagai pelindung.
Petualang "Apa!? pedangku..!?"
Neflem "Blow!"
Seketika itu ia syok karena pedang yang ia gunakan patah, dan Neflem menggunakan kesempatan ini untuk langsung meninju nya di bagian perut sampai membuatnya terpental.
Viola "Mati!!"
Dengan cepat Viola melontarkan pedang miliknya seperti tombak yang diperkuat dengan sihir listrik ke arah Neflem saat Neflem itu lengah.
Neflem "Eargh.."
Sayangnya, pedang tersebut tidak mengenai bagian kepala Neflem melainkan pundak, listrik yang mengalir dari pedang Viola mulai melumpuhkan Neflem walau hanya beberapa saat.
Akan tetapi Neflem tidak mempedulikannya, ia mengarahkan lengan kiri nya ke Viola dan hendak memanjangkan obsidian di tangannya hingga menusuk Viola.
Neflem "Obsidian Thrust.."
Melihat ini Viola sudah pasrah dan hanya bisa menutup matanya sambil ketakutan.
"Shield Barrier!!"
Merasa tidak ada dampak apapun Viola membuka matanya dan melihat serangan Neflem terhalang energy shield milik Itsuki.
Airi "Itu.."
"Apa Neflem itu yang kau maksud?"
Airi "Tidak.. bukan dia, tapi.. kenapa buku inventory ku ada padanya!?"
"Sepertinya dia menemukan itu saat kau berhasil kabur, apa kau mau menghabisinya?"
Airi "Serahkan padaku... Neflem ini jauh lebih lemah dari yang ku temui"
Setelah melakukan boost, Airi bergerak cepat ke sisi Neflem dalam keadaan melayang, lalu dengan penuh kemarahan ia menendang kepalanya hingga terpental jauh ke arah bangunan desa.
Airi "Takkan ku biarkan kau melukai Viola lagi.."
Viola "Kak Airi!?"
Dengan perasaan lega Viola melihat kebadasan Airi saat menendang Neflem itu hingga terpental.
Aku yakin Airi bisa mengurus Neflem sendirian, di saat itu juga aku melompat ke arah Viola dan memberikan mana potion padanya.
"Fast Heal.."
Viola "*glup *glup.. ah.. syukurlah kalian kembali.."
"Maaf kami terlambat, banyak halangan untuk bisa kembali.."
Viola memaklumi keterlambatan kami saat kembali menuju desa, setelah selesai menyembuhkan Viola aku ikut membantu para prajurit dan petualang membunuh monster-monster yang tersisa.
Dengan kombo kail pancing dan pedang aku lebih leluasa menargetkan monster yang jauh hanya dengan memancing dan menusuk mereka walau tidak mudah.
Airi "Ini yang terakhir.. ... ... Mati!"
Hasrat membunuh Airi sampai di puncaknya, sebelum membunuh Neflem dengan memenggal kepalanya, ia tertawa layaknya seorang yandere dan memotong lengan kiri Neflem dilanjutkan dengan pemenggalan kepala.
Aku yang melihat itu dari jauh dengan ekspresi takut langsung berpikir dua kali jika ingin bercanda atau sekedar mencela nya saat mengobrol.
.
Desa sudah aman, dan tidak ada monster yang datang dari hutan lagi. Airi dan Viola membantu para petualang dan prajurit yang terbaring lemas untuk berkumpul di satu rumah desa yang bisa dibilang masih utuh untuk dijadikan tempat beristirahat.
Tak sedikit dari para petualang yang meninggal akibat pertempuran tadi, begitu juga para prajurit.
disaat Airi dan Viola mengumpulkan prajurit dan petualang ke dalam rumah, aku terus menerus melakukan heal pada mereka yang terluka, tak hanya itu aku dibantu oleh seorang remaja perempuan desa untuk menutup luka yang tak bisa disembuhkan dengan sihir heal menggunakan kain sambil membagikan health potion yang tersisa.
.
Setelah dirasa semuanya selesai, aku memutuskan untuk duduk di sebuah bangku dan beristirahat sejenak melepas pegal karena gerakan sihir yang ku lakukan berulang-ulang.
??? "Kau sudah bekerja keras ya petualang.."
Tiba-tiba sebuah pijatan lembut dari dua bilah tangan ajaib membuat pundak ku rileks, dan orang yang memijat ku itu tidak lain dan tidak bukan adalah gadis yang sama yang sudah membantuku merawat para prajurit dan petualang yang terluka.
"Ahh.. nnhh.."
Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku mendapatkan pijatan seperti ini, yang jelas ini sangat membuatku rileks.
Viola "Itsuki.. ini yang terak.. hir.."
Airi dan Viola masuk membawa seorang petualang yang terluka dengan cara menggandengkan lengan nya ke pundak mereka sambil berjalan.
Airi "Apa yang kau lihat Viola cepat sandarkan orang ini di sana"
Viola "Eh!? iya iya maaf.."
Airi "*Phew.. Akhirnya"
Viola "Hei Kak.. Apa sihir heal itu tidak membutuhkan banyak mana?"
Airi "Hmm.. apa yang membuatmu berpikir begitu?"
Viola "Pertanyaan itu terlintas saat aku melihat banyak orang yang Itsuki sembukan"
Airi "Begitukah.. dengar Viola, konsumsi mana untuk sihir heal tergantung seberapa parah luka yang ingin disembuhkan"
Viola "...!? Itu berarti.."
Airi "Yaa.. dia sudah kelelahan saat ini"
Airi memanggil dua health potion miliknya dari buku inventory, dan meminumkan nya ke petualang terakhir yang mereka selamatkan.
.
Malam harinya, aku tidak merasakan pegal lagi berkat pijatan lembut yang ku dapat waktu itu. dan sekarang aku sedang memasak makanan untuk para pejuang yang tengah terbaring dan terduduk lelah setelah bertempur dengan para monster.
Tentunya dengan bantuan para ibu di desa ini yang pintar memasak aku tidak perlu terlalu banyak mengarahkan mereka untuk memasak makanan yang ingin ku masak. tak perlu waktu lama kami sudah bisa menyajikan masakan kami, dengan dibantu para penduduk desa, para petualang dan prajurit akhirnya bisa menyantap semangkuk makanan hangat dan lezat.
Airi dan Viola terlihat tengah menyuapi para petualang yang tidak bisa menggerakkan tangan mereka yang belum pulih.
Disaat itu juga aku membawa satu porsi makanan sambil mencari gadis yang waktu itu memijat pundak ku.
Saat aku melihat keluar, gadis itu tengah berjalan kembali ke sini sambil memeluk sebuah lukisan, saat sudah dekat aku menyapa nya.
"Hei.."
??? "Hmm? tuan petualang.."
"Itu terlalu formal.. Itsuki aja"
Kami duduk di teras rumah sambil mengobrol.
"Ini.. makanlah"
??? "Uhm.. makasih, Itsu..ki"
Aku melihat lukisan yang ia bawa dari reruntuhan sebuah rumah, lukisan abstrak bergambar bulan sabit dengan tambahan dua buah bulan lain yang berjajar membentuk segitiga miring dengan ukuran yang berbeda.
"Lukisan ini.."
??? "Itu lukisan milik ibuku, bagus kan?"
"Sangat bagus.. ibumu pasti sangat suka melukis"
??? "Yaa kan? kau tahu.. itu lukisan terakhir yang ibuku buat, aku bersyukur lukisan itu tidak rusak di reruntuhan rumah kami"
Dengan kata lain ibunya sudah tiada, dan lukisan itu adalah lukisan terakhir sebelum beliau meninggal.
"..."
Disaat yang tidak tepat perut ku bersuara karena sejak awal hari ini aku belum memakan apapun, dan suara itu jelas-jelas terdengar olehnya.
??? "... Itsuki"
Ia sedikit tertawa setelah mendengarnya dan menyebut namaku.
"Ahahaha.. maaf"
??? "Petualang juga perlu makan, ini.. aaaa"
Ia menyuapi ku sambil tersenyum.
"Aaaa"
Apa ini.. aku merasakan kepedulian yang tulus dari hatinya, tetapi..
Orphim "Ho ho.."
Aku sedikit kesal karena dia juga merasakannya.
"Makasih.. emm.."
Clara "Clara.. namaku.."
"Clara.. yaa"
Viola "Disini kau rupanya.. Ini maka... .. nanmu"
Dengan wajah datar, Viola berjalan ke tengah-tengah kami sambil membawa dua porsi makanan lalu duduk ditengah-tengah agar memisahkan ku dengan Clara.
Setelah ia duduk seporsi makanan di tangan kirinya ia berikan padaku dan memakan makanannya sendiri.
"H-hei Vio.."
Viola "Diamlah dan makan"
Melihat ini Clara hanya bisa tertawa kecil lagi, dan lanjut menyantap makanannya.
Viola dalam hati "Dasar.. aku sendiri belum dapet ciuman gak langsung dari calon suamiku"
Airi "*menyantap makanan* Mmm.. Itsuki apa kau punya resep khusus untuk memasak ini?"
"...!? Hey.. sejak kapan kau ada di situ"
Aku baru menyadari kehadiran Airi saat ia berbicara, rasanya tiba-tiba saja dia sudah ada di sana dan bersandar di pintu masuk.
.
Malam ini di istana Ratu mendapatkan surat balasan yang ditulis oleh Airi, dan dengan surat itu juga para penduduk desa mau tidak mau harus pindah ke kerajaan untuk sementara waktu, dikarenakan ada satu makhluk berbahaya yang masih dicurigai berkeliaran di hutan sana.