Waktu terasa cepat berlalu, kini jam menunjukkan pukul sembilan malam dan Papi baru saja tiba.
"Malam sayang, maaf ya Papi telat datangnya," sapa Papi.
Dengan masih mengenakan pakaian kantornya, Papi mendekati Liona, mengecup singkat keningnya dan terakhir mendekapnya erat.
Papi juga merasa bersalah pada Arkan, pekerjaan putranya jadi terganggu karena dia yang terlambat datang dan tidak menepati janji.
"Papi minta maaf ya," ucap Papi sekali lagi.
Liona mengangguk singkat lantas merubah posisinya jadi berbaring. Dekapan Papi sontak melonggar.
Tidak cukup sampai di situ, Liona juga memiringkan tubuhnya, menghadap ke kiri, membelakangi Papi.
Kentara sekali Liona sedang kesal pada Papi. Namun, apa boleh buat. Papi hanya bisa menarik ujung sudut bibirnya, menarik napas, pasrah.
Dia tidak lagi memiliki kesempatan untuk menjelaskan. Liona pasti tahu alasan kenapa Papi terlambat.
Apalagi jika bukan pekerjaan. Hal yang selalu Liona keluhkan.
