Pintu terbuka lebar menampakkan wajah dua manusia beda usia, beda gender, beda kepribadian.
Hati Liona mencelos nyeri saat melihat salah seorang dari keduanya yang hanya bisa duduk di atas kursi roda dengan selang infus menancap di punggung tangan kanan, lalu selang oksigen menempel di hidung.
Rasa sakit itu datang kembali, menghajarnya sampai-sampai dia hanya bisa duduk, tidak berkutik apalagi menyapa.
"Selamat pagi, gimana keadaan kamu, sayang?" tanya wanita setengah baya yang menjabat sebagai wakil kesiswaan di sekolah tempat Liona belajar.
Bukan hanya itu, dia juga tetangga terbaik Liona, ibu sambung yang dia harapkan bisa menjadi ibu kandung.
Dia Bunda Lion, berdiri tepat di belakang kursi roda yang susah payah dia dorong masuk lalu berhenti tepat di samping ranjang Liona sebelah kiri.
"Pagi Bunda. Kabar Liona baik, cuma masih agak lemes dan panas aja," jawab Liona.
Seulas senyum dia tampakkan. Senyum yang sangat singkat dan kaku.