Belum sempat Bunda masuk ke dalam ruang praktek dokter umum yang tadi memeriksa Liona, Papi dan Arkan datang tergesa-gesa. Mencari Liona, kalap.
"Liona di mana?" tanya Papi. Deru napasnya terdengar kencang, irama jantungnya juga tak kalah kencang.
Arkan juga sama, dia kaget. Panik. Khawatir, entahlah campur aduk jadi satu. Dia benar-benar tidak tenang.
"Di ruang rawat, chat Nando. Aku gak sempet tanya. Atau kamu mau denger penjelasan dokter dulu? Kalau iya, aku balik ke ruangan Lion dulu," jelas Bunda.
Bunda sampai lupa menanyakan ruang rawat yang dipakai Liona. Dia juga sama paniknya, apalagi setelah mendapatkan pemeriksaan Liona tak kunjung sadarkan diri.
"Biar aku," jawab Papi lugas.
Liona anaknya, biarkan dia yang bertanggung jawab.
Bunda balas menganggukkan kepalanya, ada batasan yang tidak bisa dia langgar. Papi tetap orang tua Liona. Dia yang jauh lebih berhak. Setidaknya Bunda tahu Liona di rawat di rumah sakit yang sama dengan Lion.