Tepat pukul tujuh lebih tiga puluh menit mobil yang bisa dipakai Papi melaju meninggalkan garasi rumah.
Tujuannya tentu kediaman rumah Rio.
Kali ini Arkan yang duduk santai di kursi penumpang, menemani Liona.
Sepuluh menit berkendara, tidak ada satupun pembicaraan yang dibahas.
Ketiganya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai mobil yang dikemudikan Pak Ahmad berhenti tepat di depan rumah tetangga Rio.
"Tuan, sudah sampai." ucap Pak Ahmad memberi tahu.
Papi balas mengangguk, lalu menoleh ke belakang. Liona lantas membuka pintu, perlahan keluar. Kini dia bisa berdiri tegak tanpa harus duduk di atas kursi rodanya.
Arkan menyusul dari bagian kiri lalu Papi dan terakhir Pak Ahmad.
Setelah semuanya turun, mobil itu kembali dikunci ditambah pengaman lain yang sengaja di pasang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Papi," cicit Liona pelan.
Papi yang hendak melangkah, menoleh, "Kenapa sayang?" tanya Papi.
"Gandeng," sahut Liona sambil menjulurkan tangan kanan.