Lingkup kecemasan itu mulai mereda, tepat sebelum adzan isya terdengar di masjid besar yang ada di sekitar rumah sakit, Liona sadar dari pingsannya.
"Eughhh!" lengguhan yang keluar dari bibir ranumnya.
Matanya mengerjap-ngerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.
Silau, itu yang terjadi. Dan Liona perlahan menutup matanya. Retina indah itu terasa terbakar karena cahaya lampu yang begitu terang.
Mami yang melihat pergerakan jemari tangan Liona buru-buru melipat sajadah dan mukena yang baru saja dia pakai.
"Liona," cicit Mami dengan senyuman yang mengembang di bibir.
Dia lega, akhirnya Liona sadar. Kini dia benar-benar leluasa menumpahkan kerinduan.
Sekali mendekap, tubuh Liona terkurung tangan lembutnya.
Rasa bersalah itu menyeruak. Mengingat kembali momen-momen pahit yang pernah Mami berikan pada Liona.
"Lepas!" teriak Liona.
Saat dekapan itu sempurna melilit tubuhnya Liona belum menyadari jika itu Mami.
