Di kamar ruang rawat Liona, Arkan dan Mami saling bungkam. Menatap pilu ranjang yang di tempati Liona.
Sungguh pilu hati keduanya. Melihat Liona berbaring tak berdaya.
Andai saja posisi itu bisa digantikan mungkin kondisinya akan jauh lebih baik.
Pendingin ruangan semakin terasa dingin menusuk kulit, tapi Liona juga gak kunjung sadarkan diri.
Membuat gelisah di hati semakin membesar. Sungguh Arkan ingin segera lari dari tempat ini. Ingin menenangkan diri. Namun, dia tidak bisa meninggalkan Liona seorang diri.
"Liona," cicit Mami pelan.
Rintih Mami terdengar jelas di telinga Arkan, semakin bertambah saja beban di pundaknya.
"De, sadar!" ucap Arkan dalam hati.
Mengapa hari ini begitu sulit dilalui. Satu jam serasa satu tahun. Mengapa harus seperti ini?
Biasanya Liona yang akan menemani keseharian Arkan. Bertengkar bersama, bersenda gurau, sampai akhirnya memilih terlelap di ranjang yang sama.