Tidak satu katah katapun keluar dari mulut Liona. Saat sampai di rumah dia langsung masuk ke kamar.
Sempat berpapasan dengan Papi lalu izin tidur duluan. Hal itu jelas membuat Papi kebingungan.
Tadi sebelum berangkat Liona tampak ceria dan antusias kenapa saat pulang justru wajahnya tertekuk lemas.
Sambil menatap punggung Liona yang menghilang dari pandangan mata, Papi berucap, "Kenapa Liona?" tanya Papi pada Arkan yang berdiri di sampingnya. Sama-sama memperhatikan Liona.
Arkan balas mengangkat bahunya, "Kurang pasti. Tapi, kayaknya kepikiran soal Mami," jawab Arkan.
Dalam hatinya Papi mengeluhkan tindakan Liona, "Kenapa kamu sampai kayak gini Liona. Apa yang Mami perbuat itu sangat menyakitkan buat kamu?" ucapnya lirih.
Papi pikir semuanya akan selesai setelah hasil putusan persidangan itu terucapkan. Tapi, justru itu titik balik kehidupan Liona.
Putrinya berubah, lebih banyak diam. Mengurung diri di kamarnya jarang menceritakan apa isi hatinya.
