"Aawww!" teriak Liona kencang dari balik beton rumah dengan cat yang mulai pudar.
"Waduh! Perasaan seumur gue di urut di sini gak pernah deh teriak sampe segitunya. Kasian banget tetangga rumah Nek Ira. Bisa tuli kalau tiap hari denger suara teriakan Liona yang histerisnya melebihi pas nonton film horor," ucap Arkan dalam hati. Tangannya refleks mengelus dada.
Kaget, kok bisa Liona berteriak histeris. Padahal pijatan Nek Ira itu lembut tapi, ampun untuk mengurangi rasa sakit akibat keseleo.
Sudah hampir 5 menit Liona mendapatkan pijatan Nenek Ira. Arkan sendiri menunggu di depan rumah.
Dia sebenarnya ingin dipijat juga tapi, waktunya tidak memungkinkan. Dia dan Liona harus sesegera mungkin ke sekolah.
"Nek, udah?" tanya Arkan dari balik pintu yang tertutup.
"Udah Kan. Ini, pacar kamu lagi pake sendal," sahut Nenek Ira.
Syukurlah. Masih ada 45 menit lagi sebelum bel ujian berbunyi. Setidaknya mereka tidak akan datang terlambat.
Ceklek