Tanpa mempedulikan Lion dan Bagas, Liona terus berlari membelah jalanan di pesisir pantai yang sepi, gelap gulita langit malam ini sama sekali tak dihiraukannya. Hembusan angin laut yang kencang tak sedikitpun menghentikan langkah kakinya.
Belum lagi hawa dingin yang menusuk tulang. Sungguh yang terlintas di pikirannya saat ini hanyalah berlarian sejauh mungkin, sekencang mungkin sampai rasa sesak yang ada di dadanya berkurang.
Beberapa orang yang kebetulan lewat tampak kebingungan. Seorang gadis berlari di jalanan yang sepi di jam rawan.
Apa mungkin dia korban pelecahan atau mungkin ada hal buruk lain yang terjadi padanya?
"Hei nona!" teriak salah seorang penjual rokok di pinggir jalan yang kebetulan warung kecilnya belum tutup.
Liona tentunya mengabaikan teriak pria penjual rokok. Dia tetap tidak ingin berbelok atau bahkan berhenti.
Air mata yang sedari tadi mengenang di pelupuk mata tumpah ruah, semakin banyak, semakin deras seiring langkah kakinya yang kian cepat.
