***
"Selamat datang, Alexander."
Pria peniru Evan menyambut kedatangan para keluarga kerajaan yang telah diputuskan akan menetap di Ibukota sebagai seorang bangsawan. Alexander tentu senang dengan keputusan Evan, tetapi agak aneh menurutnya karena keputusan ini muncul setelah beberapa bulan dirinya diasingkan.
Mereka tiba dengan jemputan menggunakan kapal laut dan dibawa menuju kota menaiki kereta kuda. Perlakuan yang berbeda ditunjukan oleh rakyat di ibukota, mereka tidak ada yang menyambut dengan suka cita justru banyak di antara mereka memilih diam sembari memandang dengan sinis.
"Kau banyak menata kota menjadi lebih indah dari sebelumnya," puji Alexander, menikmati keindahan arsitektur kota hasil perbaikan.
Ia juga menyaksikan bagaimana orang-orang yang dulu menjadi rakyatnya kini berbalik membencinya. Pria itu tidak membenci Evan dengan alasan doktrin terhadap mereka, kebencian yang mereka tunjukan murni kesalahan fatal dari Alexander.