"Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau roti ini milikmu," jawab Evan, meletakkan roti hangat yang tersisa setengah potong di atas meja.
"Tidak apa-apa, saya juga tidak keberatan dengan hal itu. Justru saya yang merasa terhormat bisa makan bersama satu meja denganmu, Tuan Presiden," ungkap wanita paruh baya, tersenyum sembari menyantap sampai habis tak bersisa roti yang sebenarnya miliknya.
"Aku akan menggantinya segera," jawab Evan.
"Tidak perlu, Tuan Presiden. Saya tidak merasa—"
"Aku harus. Aku tidak suka berhutang kepada siapa pun," sela Evan.
Ucapan pemuda itu segera menghentikan wanita paruh baya untuk terus menimpali ucapannya. Wanita itu segera berjalan ke sisi lain dari dapur dan mengambil dua buah gelas untuk mereka, tentu dengan jenis gelas yang berbeda.
"Kemana pelayan yang lain?" tanya Evan, penasaran.
"Kebanyakan dari mereka sedang pulang, mungkin rindu keluarga akibat dari serangan penyusup tempo hari," jawab wanita tersebut.