"Jadi, kau berencana untuk perang dengan kami?!" tantang Angra Mainyu, pria itu sama sekali tidak takut dengan gertakan dari Evan.
"Jika itu satu-satunya cara menyelamatkan rakyatku yang tertindas, maka akan kulakukan!" erang Evan, tidak terima dihina dan direndahkan oleh Angra Mainyu.
Angra tidak tertawa, tidak juga takut. Ekspresi menyeringai yang ia tunjukan benar-benar menakutkan, ia penasaran dan ingin mengulang pertarungan dengan Evan yang sempat terhenti tempo hari.
Suasana tegang hadir di antara dua kubu, baik bangsa Elf atau pun manusia. Masa depan tempat ini ditentukan dengan perbicaraan antara Evan dengan Angra, jika kedua orang itu tidak mendapatkan kesepakatan, maka pertumpahan darah mau tidak mau harus terjadi.
"Kau meremehkanku, Evan!" ungkap Angra, dingin.
Tangan pria itu mulai bergerak, mengarah ke pedang yang terikat menyambung di pinggangnya. Melihat gerak gerik Angra yang mencurigakan, Evan mulai mengambil ancang-ancang untuk merapalkan mantra pertahanan.