"Wajahmu yang tampan sudah kukembalikan. Kini giliranmu untuk membayar," jelas Angra Mainyu, duduk dengan menyilangkan dua kakinya.
"Kau melakukannya tanpa persetujuan dariku. Kenapa aku harus membayar semuanya?"
"Karena aku sudah mewujudkan keinginanmu. Tidak murah mendapatkan impian dari si Agung Angra Mainyu," jelas pria tersebut.
Seketika prajurit berzirah hitam mulai tiba ke ruang aula Istana Solomon, mereka masuk melalui tiga pintu yang terbuka lebar. Evan membelalakkan kedua matanya, tersentak kaget tatkala mendapati dirinya sudah dikepung oleh ratusan prajurit berkemampuan tinggi.
Angra Mainyu terlihat mengangkat tangan setinggi bahu sembari mengepalkan telapak tangannya bulat-bulat, meminta prajuritnya untuk tidak memulai penyerangan tanpa perintah darinya. Sosoknya yang duduk di atas tahta berlapiskan emas membuat semua mata sontak mengarah kepadanya.