Sejak terakhir kali Zen datang mengunjungi kediaman sang istri. Pria tampan itu kini seperti raga yang nyawanya hilang tanpa arah.
Setiap hari Zen hanya diam, berdiri di samping jendela kamar tidurnya. Menatap nanar lalu lalang manusia dari atas kamar pribadinya. Pikiran pria itu selalu tertuju pada Sofia, seberapa banyak dosa yang telah ia perbuat pada wanita itu.
Sofia pergi membawa darah daging Zen, tak sedikit pun pamit. Tak meninggalkan kenangan apa pun. Semua ini salah Zen, entah seberapa besar dosa dan karma yang harus ia tanggung.
"Sofia sayangku, maafkan saya. Berikan saya hukuman, tetapi jangan tinggalkan saya sendirian." Rintihan pilu terus terdengar dari mulut sang pangeran.
Bait sesal yang keluar dari mulutnya, baik itu mimpi atau dalam dunia nyata. Semuanya sia-sia, kekasih hatinya telah pergi. Wanita yang dicintainya memilih untuk menyerahkan hidupnya.