Chereads / The Kingdom Of Zen William / Chapter 12 - 12.Tentang Thruv dan Sofia

Chapter 12 - 12.Tentang Thruv dan Sofia

Sofia mendekat ke arah Syehrazat, ia tentu merasa tidak enak dan takut jika sang sahabatnya mengira yang tidak-tidak tentang dirinya dan Thruv Niramon jika terlalu lama berbincang.

Syehzarat menatap sedikit curiga ke arah sahabat dan lelaki yang dia cintai. Di dalam benaknya mulai menerka, apakah keduanya saling mengenal? Mereka berkenalan di mana?

"Maaf ya, temanmu sepertinya sangat khawatir jika saya adalah seorang penyusup," kekeh Sofia saat jaraknya sudah dekat sang sahabat.

Syehrazat mengangguk kaku mendengar penjelasan Sofia. Ia ingin percaya, namun gerak-gerik keduanya tampak seperti seseorang yang tengah mendebatkan sesuatu.

Kini  muncul satu prasangka di hari Syehrazat, keduanya tampak canggung saat berjumpa. Lalu, sikap Thruv yang tampak tak biasa saat memperlakukan orang asing, dan yang paling membuatnya curiga adalah mantel tebal dengan bordil bunga sakura yang ia yakini sebagai buatan tangannya.

"Syehrazat? Apakah sesuatu sedang mengganggu pikiranmu?" tanya Sofia dengan nada yang terdengar sangat khawatir.

Syehrazat mengerjap beberapa kali, ia sampai tidak menyadari bahwa sedari tadi dirinya hanya menatap ke depan tanpa berkedip sama sekali.

"Tidak! Ah, bagaimana Tuan Thruv, apakah sahabat saya mencurigakan?" canda Syehrazat.

Thruv tersenyum tipis sembari melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah dua wanita di depannya.

"Tidak ada, hanya saja saya sangat mengkhawatirkan keadaan temanmu ini. Tidak bisakah dia tinggal di tenda saja, saya akan mengambilkan sedekah untuknya?" ujar Thruv mencoba untuk menahan Sofia agar tidak ikut pergi bersama-sama dengan mereka.

Netra Syehrazat langsung bergulir ke arah Sofia, ia takut Sofia tersinggung karena perkataan Thruv.

Ia melihat mata Sofia mulai berkaca-kaca, wanita itu menunduk dalam.

"Jika kalian takut terbebani dengan kehadiran saya, maka kalian bisa pergi berdua terlebih dahulu. Saya bisa sendiri, saya sudah terbiasa melakukan apa pun sendirian," ucap Sofia sebelum berpaling dan pergi menuju ke arah tendanya.

"Tuan Thruv, harusnya Anda tidak boleh berkata seperti itu pada wanita hamil. Mereka itu sangat sensitif," ketus Syehrazat tanpa sadar.

Sedangkan Thruv sendiri, netra pria itu terus mengekori kepergian Sofia sampai tubuh wanita itu tak terlihat lagi.

"Bisakah, saya berbicara pada temanmu lagi? Saya akan meminta maaf padanya?" tanya Thruv.

Syehrazat menggeleng, kali ini ia tidak setuju dengan ide Thruv. "Tidak, saya takut Anda semakin membuat Sofia sedih. Biarkan saya yang membujuknya."

"Saya mohon?" pinta Thruv dengan wajah penuh kesedihan, yang mana membuat Syehrazat tidak kuasa untuk menolak.

"Hah, jangan lama-lama!"

Setelah mendapatkan persetujuan dari Syehrazat, pria itu tersenyum lebar dan langsung berlari tanpa ia sadari.

Sedangkan Syehrazat yang melihatnya menjadi semakin yakin dengan apa yang ia pikirkan. Wanita itu melepas alas kakinya, berjalan pelan menuju ke arah tenda. Ia harus tahu apa yang terjadi di antara mereka.

"Saya tahu ini salah, tapi saya tidak bisa jika harus diam saja," gumam gadis itu.

Saat Thruv sudah memasuki tenda, ia melihat Sofia mulai membereskan bekal yang wanita itu bawa. Ia dapat melihat jika Sofia tengah menangis, mungkin hatinya memang sedang sensitif.

"Sofia," panggil Thruv sembari mendudukkan diri di sebelah Sofia. Pria itu mengusap punggung tangan wanita itu degan lembut.

Sedangkan Sofia langsung menepisnya karena merasa apa yang Thruv lakukan sama sekali tidak pantas.

"Maaf, saya tidak nyaman saat orang lain menyentuh saya," jelas Sofia.

Thruv bisa mengerti dengan apa yang coba wanita itu jelaskan. "Maafkan saya, saya merasa sangat bertanggung jawab dengan bayimu. Dia anak dari adikku, maka saya juga ingin menjaganya. Biarkan saya saja yang membantumu, saya mohon!"

Sofia tak bergeming, ia tidak peduli mau berapa kali pun Thruv membujuk, ia tidak akan pernah luluh.

Hidupnya adalah tanggung jawab Sofia dan Zeno, bukannya Thruv. Pria itu tidak memiliki tanggung jawab apa pun pada Sofia.

"Anda tidak perlu merasa tidak enak dan merasa bertanggung jawab, saya tidak akan menyalahkan Anda jika terjadi sesuatu di kemudian hari. Lebih baik sekarang Anda keluar, sangat tidak pantas jika Anda berada di sini lebih lama lagi."

Thruv memejamkan matanya erat, harus dengan cara dan alasan apa lagi ia harus membujuk Sofia agar tidak hadir dalam acara pernikahan Pangeran Mahkota.

"Di sana berbahaya Sofia, saya hanya tidak ingin kamu terluka!" ucap Thruv dengan nada tinggi, pria itu sudah sangat frustrasi.

Sofia tersentak, tentu saja ia merasa sangat terkejut mendengar nada keras dari Thruv. Hal itu mengingatkannya pada kejadian di kedai saat Thruv murka kepada peramal tua tempo hari.

"Tolong pergi, saya takut! Kenapa Anda marah kepada saya? Ini hidup saya!" ucap Sofia dengan nada yang bergetar.

Tubuh wanita itu beringsut mundur dan terus menjauh dari sang kakak ipar. "Pergi!" teriaknya.

Thruv langsung berdiri, ia tidak ingin membuat Sofia lebih takut lagi terhadap dirinya. "Maafkan saya, saya sama sekali tidak bermaksud membentakmu. Saya frustrasi, saya takut kamu terluka. Saya mencin—"

Ucapan Thruv terpotong begitu saja saat ia sadar dengan hal apa yang akan dia katakan. Pria itu meremas rambutnya dan berbalik lalu pergi begitu saja.

Setelah Thruv keluar, Syehrazat bergegas masuk untuk menemui sahabatnya. Ia tahu di dalam sedang tidak baik-baik saja.

"Sofia? Sebenarnya ada apa ini? Saya seperti orang bodoh saat berada di anatara kalian berdua," tanya Syehrazat sembari mengusap bahu sahabatnya.

Sofia hanya diam, ia menyembunyikan wajahnya pada kedua telapak tangannya. Wanita itu menangis tanpa Syehrazat tahu apa yang sesungguhnya terjadi.

"Apa pria itu, Thruv?" tanya Syehrazat tiba-tiba. Entah mengapa hal itu terlintas begitu saja di benak Syehrazat.

Sofia langsung mendongak dengan cepat. "Pria itu? Siapa yang kamu maksud? Jika yang kamu pikirkan adalah suami saya, maka kamu salah. Bukan dia."

Sedikitnya Syehrazat merasa lega, ternyata tebakannya salah. "Lalu, kau sepertinya mengenal Thruv. Bisakah kau jelaskan hubungan apa yang terjalin di antara kalian berdua?"

Sofia mulai menatap lurus ke depan, wajahnya datar namun sorot matanya tampak penuh kekecewaan.

"Saya tidak mengenal banyak tentang Thruv. Yang saya tahu, dia adalah kakak dari suami saya. Dia yang datang melamar saya untuk adiknya."

Tubuh Syehrazat menegang, ia dibuat semakin bingung dengan cerita Sofia. Adik Thruv adalah Pangeran Mahkota, bukan? Lalu adik yang mana lagi maksud Sofia?

Syehrazat menatap sendu ke arah Sofia. "Sofia, sebaiknya kau beristirahat terlebih dahulu. Saya tidak akan meninggalkanmu sendirian, nanti kita akan tetap pergi bersama."

Wanita itu mengusap rambut sahabatnya, lalu meninggalkan wanita hamil itu begitu saja.

"Saya tidak bisa diam saja seperti ini, saya harus menanyakan ini pada Tuan Thruv Niramon."