Chereads / TRAPPED IN PAST LOVE / Chapter 17 - TIPL - Bisa Bersikap Porfesional?

Chapter 17 - TIPL - Bisa Bersikap Porfesional?

"Saya ingin melihat-lihat karyawan yang kerja," ujar Bima dengan santai.

"Untuk apa?" Peyvitta menjadi penasaran mendengar hal yang diinginkan oleh Bima.

"Tidak usah banyak tanya." Rasanya Bima begitu malas kalau dia harus menjelaskan apa tujuan dia ingin melihat karyawan yang sedang bekerja.

Peyvitta menatap Bima dengan tatapan yang penuh dengan kekesalan. "Baru juga tanya sekali," ujar Peyvitta malas.

Memang Peyvitta kan baru menanyakan hal ini, tapi Bima sudah melarang Peyvitta agar tidak banyak tanya.

Kenapa gue harus dihadapkan dengan orang seperti dia?

"Terserah," acuh Bima yang sama sekali tidak ingin tahu bahwa Peyvitta itu sebenarnya baru bertanya.

"Hm!" ketus Peyvitta yang memang benar-benar dirinya merasakan yang namanya kekesalan.

Bima mengukirkan senyumannya yang terlihat begitu ringan, betapa santainya Bima sekarang melihat Peyvitta yang terlihat tidak suka dengan semua ini.

Alasan yang membuat Bima tersenyum bukan sebab dia melihat Peyvitta yang tertekan, tapi karena dia melihat ekspresi Peyvitta yang terlihat menggemaskan saat marah.

"Ingat, kamu harus melayani saya."

Memang sebelumnya Peyvitta sudah disuruh untuk melayaninya, bukan untuk menemani atau membantu dirinya.

Sedari awal tidak ada yang salah, hanya saja ada hal yang dirasa tidak seharusnya seperti itu. Apakah Bima benar-benar ingin pada Peyvitta sampai seperti ini?

"Kalau saya tidak ingat harus melayani Bapak, mungkin sekarang saya sudah tidak ada di sini. Saya akan pergi dari Ruangan ini dan meninggalkan Bapak, terserah Bapak mau ngapain."

Peyvitta menjelaskan hal yang kemungkinan dia lakukan kalau sampai dia tidak ingin bahwa sekarang dirinya harus melayangi Biima dengan baik.

"Bisa bersikap profesional?" tanya Bima sambil menatap Peyvitta dengan tatapan yang penuh dengan keseriusan.

Glek

Mendadak Peyvitta merasa terdiam saat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Bima, terlebih dengan ekspresi yang terlihat begitu serius.

Peyvitta menarik napasnya dalam-dalam mencoba untuk menetralkan sebuah perasaan kesal dan juga emosi yang sedang dia rasakan sekarang.

"Baik Pak, mari saya antar ." Akhirnya Peyvitta memilih untuk menghilangkan emosinya.

*****

"Saya sekarang ada janji dengan klien, sekarang kamu temani saya bertemu dengannya." Bima memberi tahu Peyvitta apa yang nantinya akan dia lakukan.

"Kenapa jadi saya?" Peyvitta kebingungan dong, karena Peyvitta itu tidak bekerja untuk Bima, lagi pula itu sama sekali bukan tugasnya.

Posisi Peyvitta sama sekali tidak ada hubungannya dengan klien-klien yang akan Bima temui, bahkan yang ditemui oleh Boss-nya saja dia tidak ada urusan seharusnya, apalagi sekarang.

"Terserah saya," ucap Bima dengan nada yang begitu enteng.

Alis Peyvitta benar-benar mengernyit dengan sebuah tanda tanya. "Lah, kan Bapak juga punya sekretaris sendiri bukan? Kalau gak sama sekretaris ya sama Asistent pribadi Bapak? Kenapa jadi sama saya?"

Cukup wajar jika Peyvitta menanyakan hal ini, karena memang hal seperti itu sudah biasa. Hal yang tidak biasa adalah hal yang sekarang, di mana Bima malah ingin ditemani oleh Peyvitta yang jelas bukan siapa-siapanya.

"Banyak tanya, sekarang ikut bersama dengan saya." Sama sekali tidak ada niat untuk menjelaskan semua itu.

Melihat Bima yang sudah terlihat begitu malas, membuat Peyvitta tidak bisa berbuat apa pun. Peyvitta hanya bisa pasrah menerima kenyataan kalau dirinya harus menemani Bima bertemu dengan klien tersebut.

"Hm."

Peyvitta yang merasa kesal mampu Bima ketahui, karena ekspresi yang Peyvitta pasang sesuai dengan suasana hatinya. "Kalau kamu tidak menemani saya, saya bilang pada atasan kamu, kalau kamu tidak melayani saya dengan baik."

Peyvitta dengan seketika langsung melirik ke arah di mana Bima sedang berdiri sekarang, menatapnya dengan tatapan yang cukup tajam dengan sebuah perasaan kesal yang ada.

"Beraninya ngancam! Gak seru!" ketus Peyvitta yang benar-benar tidak suka dengan apa yang baru saja Bima ucapkan.

Melihat Peyvitta yang merajuk, membuat Bima tersenyum kecil. "Jadi, mau atau tidak?" tanya Bima sambil meminta keputusan yang akan Peyvitta ucapkan.

"Iya, iya. Kapan?" tanya Peyvitta.

Di sini Peyvitta lebih ke arah malas jika nanti dirinya akan mendapatkan sebuah teguran dari atasannya sebab dirinya yang tidak melayani Bima dengan baik.

"Sekarang," jawab Bima santai setelah memperhatikan jam yang melingkar di tangannya.

Jam tangan tersebut adalah sebuah jam tangan rantai warna silver dengan bagian tengahnya yang berwarna hitam, desain jam tangan tersebut cukup simple, tapi merk dari jam tangan tersebut mampu menunjukkan harganya.

"Hm."

Bima kaget saat Peyvitta hanya berdehem saja. "Apa?"

Dengan terpaksa Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Tidak, saya akan siap-siap."

"Saya tunggu di depan," ujar Bima.

"Ya," jawab singkat Peyvitta dengan penuh rasa malas. Memang sebenarnya sekarang dirinya tengah tidak ingin pergi ke mana-mana.

Bima melirik ke arah Peyvitta dengan lirikan yang cukup dalam, Peyvitta membelalak melihat Bima yang menatapnya dengan tatapan yang seperti itu. Beberapa saat Peyvitta memikirkan alasan yang membuat Bima melirik dirinya seperti sekarang.

"Baik Pak Bima, saya sekarang mau mengambil tas saya terlebih dahulu. Kalau Bapak mau berjalan lebih dahulu, silakan. Nanti saya nyusul ke depan, permisi."

Peyvitta memperbaiki caranya berbicara setelah dia mengira kalau alasan yang membuat Bima menatapnya seperti ini sebab Bima tidak sudah dengan cara Peyvitta memberikan respons padanya sekarang.

"Ya."

Hal yang cukup terasa begitu menyebalkan.

Saat dirinya sudah bersikap dengan begitu sopan, bahkan dalam perkataannya dia perbaiki dengan begitu sopan dan juga panjang, sementara lawan bicaranya malah menjawab dengan jawaban yang sangat singkat dan nada yang sangat datar.

Punya dosa apaan gue pagi ini udah dihadapkan dengan orang seperti dia?