"Hah?" Peyvitta merasa begitu kaget mendengar penuturan dari Pelvetta. "Lo? Terus kenapa lo gak sama Kak Bima aja?" tanya Peyvitta yang benar-benar kebingungan saat mengetahui kenapa kembarannya tidak bersama saja dengan Bima.
"Nih, gue ceritain semuanya dari awal."
Memang kalau Pelvetta langsung menceritakan hal tersebut langsung ke akhir, rasanya akan kurang baik sebab ada sebuah kemungkinan kalau Peyvitta akan kebingungan dan ujungnya tetap saja dia yang harus menjelaskan lebih panjang.
"Iya, silakan." Rasanya Peyvitta mendadak menjadi penasaran dengan pertemuan kembarannya dengan Bima, tapi mereka tidak sampai bersama.
"Waktu itu Papah ketemu sama Ayahnya Kak Bima, terus sampai akhirnya gue sama Kak Bima ketemu. Di sana Kak Bima manggil gue Peyvitta. Singkat cerita dia gak suka sama gue, karena dia udah pernah bertemu dengan lo dan dia lebih suka sama lo."
Memang cerita Pelvetta dari awal, tapi Pelvetta menceritakannya dengan cukup singkat. Tidak bisa dibohongi dan juga Pelvetta tidak ingin berpura-pura menjadi Peyvitta saat itu, sehingga Pelvetta mengatakan kalau dirinya adalah orang yang berbeda dengan orang yang Bima kira.
"Gue gak tahu kapan dia ketemu sama lo, tapi yang jelas kalau dia suka sama gue—ya, gue gak bakalan nolak dia, cuma ya dia-nya suka sama lo, mau gimana lagi kalau udah kayak gitu?"
"Jadi, karena Papah tahu kalau Kak Bima suka sama lo, maka Papah mendekatkan lo berdua dengan tujuan akhir yang sudah pasti lo sendiri ketahui apa."
Tidak akan.
Pelvetta tidak akan menolak laki-laki seperti Bima kalau memang Bima menginginkan dirinya, hanya saja orang yang Bima inginkan adalah Peyvitta. Pelvetta tidak mau hidup dalam sebuah kepura-puraan.
"Harta?" tanya Peyvitta yang memang dirinya merasa cukup yakin kalau tujuan akhir dari Papahnya mendekatkan dirinya dengan Bima adalah karena harta yang Bima miliki.
Pelvetta menganggukkan kepalanya. "Yup. Kekayaan yang Kak Bima miliki gak jauh berbeda dengan Om Santosa. Eh—kekayaan keluarga Bagaskara gak bakalan jauh berbeda dengan kekayaan keluarga Santosa, bedanya kalau Kak Bima masih di bawah Papahnya, sedangkan Om Santosa udah pemiliknya."
Mendengar penjelasan yang baru saja Pelvetta ucapkan membuat sebuah perasaan dalam hati Peyvitta bergejolak sekarang, rasanya dia sudah begitu muak dengan hal tersebut.
"Harta, harta, harta! Kenapa semuanya karena harta? Percuma bersama dengan orang yang punya banyak harta kalau kita gak punya rasa sama orang itu, maka kita nantinya tidak akan bahagia, dan gak menutup kemungkinan kalau kita akan tersiksa dalam menjalani semuanya."
"Ya, lo benar. Cinta gak bisa dipaksakan dan gak bisa dibeli sama harta," jawab Pelvetta yang memang dirinya merasa setuju dengan apa yang baru saja Peyvitta ucapkan.
Harta itu tidak bisa membeli sebuah kebahagiaan, mereka yang hidupnya bergelimang dengan harta saja belum tentu hidupnya dipenuhi oleh sebuah kebahagiaan. Bisa saja mereka tersiksa dengan harta yang mereka punya.
"Ya gitu lah," jawab Peyvitta lemas.
"Oh ya Vitt, lo gak menerima mereka sebab lo gak ada rasa ya?" Mendadak Pelvetta merasa penasaran dengan sesuatu hal.
Peyvitta menganggukkan kepalanya dan menyetujui hal tersebut. "Iya."
"Pertanyaan gue cuma satu Vitt," ucap Pelvetta sambil menatap kembarannya dengan tatapan yang sangat serius.
"Apa?" Peyvitta menjadi penasaran dengan satu pertanyaan yang Pelvetta miliki.
"Rasa cinta lo untuk siapa?" tanya Pelvetta yang memang di sini merasa begitu kebingungan dengan perasaan yang Pelvetta miliki, terlebih beberapa waktu yang lalu mereka sempat membahas tentang masa lalu Peyvitta dan terlihat ada sebuah rasa yang masih tersimpan di hati Peyvitta untuk masa lalunya.
"Leo," jawab Peyvitta dengan enteng, bahkan tanpa sebuah pemikiran.
Mendengar jawaban dari Peyvitta membuat Pelvetta menatap kembarannya dengan tatapan yang merasa tidak yakin dan juga tidak percaya dengan apa yang sudah Peyvitta ucapkan sekarang, rasanya ada sesuatu hal yang masih Pelvetta ragukan dan ingin dia tanyakan.
"Leo? Yakin kalau rasa cinta lo itu untuk Leo?" Benar-benar Pelvetta merasa begitu ragu dengan hal ini.
Alis Peyvitta mengernyit sebab dia bingung kenapa kembarannya seolah tidak percaya kalau rasa cinta yang dia miliki adalah untuk Leo—pacarnya.
"Kalau bukan untuk Leo, lalu untuk siapa?" tanya Peyvitta yang kembingungan.
"Masa lalu lo?"
Dengan seketika Peyvitta terdiam dengan sebuah perasaan yang merasa kaget dan juga tidak percaya saat Pelvetta ternyata malah mengatakan kalau rasa cinta yang dia miliki adalah untuk masa lalunya.
"Bener kan? Lo itu sebenarnya masih cinta sama Reynard?" tanya Pelvetta yang penuh dengan keseriusan. Hal ini adalah hal yang sangat Pelvetta yakini.
Deg
Mendadak ada sebuah perasaan yang mengganjal saat dia mendengar pertanyaan yang sudah Pelvetta ucapkan. Mendadak ada sebuah perasaan yang hatinya rasakan sekarang saat mendengar nama Reynard.
Apa mungkin kalau gue masih cinta sama Reynard, padahal dia adalah masa lalu gue?
SEE YOU JUNI!
UP tiap hari.