"Gak Pah, aku gak mau." Sudah pasti Peyvitta akan menolak apa yang sudah Papahnya ucapkan.
"Bertunangan saja terlebih dahulu, kalau kamu tidak mau langsung menikah."
Herman memberikan sebuah saran yang menurutnya jauh lebih baik, jika Peyvitta belum mempunyai keinginan untuk menikah.
"Gak mau Pah, aku gak mau sama Om Santosa."
Permasalahan yang menjadi alasan kenapa Peyvitta menolak apa yang sudah Herman katakan mengenai dirinya yang disuruh menikah dengan Santosa, bukan semata-mata karena Peyvitta tidak ingin langsung menikah.
Alasan yang sebenarnya adalah Peyvitta yang sama sekali tidak ingin bersama dengan Santosa, terlebih sampai ke jenjang yang menurutnya adalah jenjang yang sangat serius. Peyvitta tidak bisa lagi memaksa dirinya untuk menerima semua ini.
Menurutnya pernikahan bukanlah sebuah fase yang bisa dia manipulasi seperti sekarang, Peyvitta tidak ingin main-main dengan zona yang sakral seperti pernikahan, karena bukan hanya hati saja yang terlibat, melainkan agama Tuhan juga masuk ke dalamnya.
"Kenapa sih kamu gak mau, apa susahnya kamu tinggal bertunangan sama dia. Kamu nantinya tidak perlu kerja cape-cape kayak sekarang saat kamu sudah menikah sama dia, kamu tinggal duduk manis jadi Nyonya Santosa!" jelas Neli menggunakan nada akhirnya yang begitu tinggi.
Di sini Neli merasa begitu heran dan juga gereget dengan keputusan dari Peyvitta yang terus-terusan menolak bersama dengan Peyvitta dari awal Santosa menginginkan Peyvitta sampai sekarang, selalu saja Peyvitta mengatakan kalau dirinya tidak mau bersama dengan Santosa.
"Mah, menikah itu bukan hanya untuk aku gak kerja. Aku gak mau kalau aku harus menjalin hubungan sama orang yang sama sekali tidak aku sukai, aku gak mau menjalaninya."
Memang bukan hanya sebuah status saja, ada hal yang menyangkut dengan psikis serta kepuasan yang nantinya harus terpenuhi dan Peyvitta tidak ingin jika dirinya harus memenuhi keinginan panas dari orang yang sama sekali tidak dia sukai.
Pemikiran Peyvitta itu dijalankan dengan cukup jauh, di mana Peyvitta memikirkan hal lain selain uang di dalam pernikahan yang nanti dijalani.
Memang kebutuhan serta keinginan Peyvitta akan dengan mudah Santosa penuhi, tapi tidak dengan sebaliknya.
Kebutuhan rohani serta keinginan duniawi yang Santosa miliki menjadi hal yang sulit untuk Peyvitta penuhi, sebab tidak mungkin jika Peyvitta mau dengan suka rela melakukan hal yang sangat menyangkut dirinya hanya untuk memenuhi orang yang sama sekali tidak dia inginkan.
Pikiran Peyvitta terlalu jauh?
Cukup bagus saat Peyvitta mempunyai pemikiran yang jauh sampai memikirkan hal tersebut, dibandingkan dengan pemikiran pendek yang hanya berpikiran bahwa dengan menikah bersama dengan orang yang kaya raya akan hidup enak, tapi tidak memikirkan hubungan yang lainnya.
"Jadi perempuan itu jangan terlalu realistis deh, kali-kali kamu harus matrealistis. Kamu lihat apa yang Pak Santosa punya, terus kamu mau menikah dengan siapa? Mamah udah pengen nimang cucu." Neli beralasan agar Peyvitta menyetujui untuk menikah dengan Santosa.
"Kalau Mamah alasannya pengen nimang cucu, kenapa gak suruh Vetta aja yang menikah? Dia Kakak aku, udah sewajarnya kalau dia menikah lebih dahulu."
Cukup masuk akal. Meskipun mereka kembar yang mana umur mereka pasti sama, tapi setidaknya Pelvetta berstatus sebagai Kakaknya.
"Waktu itu Om Santosan menginginkan Vetta bukan, kenapa Mamah larang dan malah menyuruh aku yang menggantikan Vetta?" tanya Peyvitta sambil menatap Neli.
Peyvitta masih ingat dengan jelas awal mula sebelum Papahnya menjadikan dirinya sebagai bayaran dari hutang-hutang yang mereka miliki, Santosa sudah menginginkan Pelvetta.
Waktu itu Neli malah menyuruh Peyvitta untuk berpura-pura menjadi Pelvetta.
Sejak kejadian itu Peyvitta menjadi sering ada hubungan dengan keluarga yang dulu sangat-sangat membenci dan juga mengabaikannya, meski hal ini terjadi, Peyvitta sama sekali tidak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan dan juga kasih sayang.
Sepertinya sampai kapan pun kedua orang tuanya akan begitu sayang pada kembarannya. Sampai kapan pun mereka tidak akan mempunyai sebuah perasaan sayang antara orang tua dan juga anak, seperti halnya yang kembarannya dapatkan.
"Kenapa Mah? Karena Mamah sayang sama Vetta iya? Karena Mamah gak mau kalau Vetta nikah sama Om Santosa?" tanya lanjut Peyvitta setelah beberapa saat Neli terdiam, tidak menjawab pertanyaan yang sudah dirinya ajukan.
Bola mata Neli membulat besar dan juga berubah memerah dengan sorot mata yang tajam, deru napas Neli juga menjadi cukup cepat. Neli merasa sangat-sangat tidak suka dengan sikap Peyvitta.
"Kamu gak perlu menyudutkan saya dalam masalah ini!Kamu tinggal menuruti apa yang sudah kita dan juga Pak Santosa rencanakan, lagi pula kamu itu udah beruntung bisa mendapatkan Pak Santosa."
Alis Peyvitta dengan seketika berkerut, Peyvitta tertawa dengan begitu ringan. Tawaannya berisikan sebuah perasaan yang sulit untuk dideskripsikan, tapi yang jelas alasan yang membuat dia tertawa bukan ada hubungannya dengan kebahagiaan.
"Beruntung? Dari segi mananya aku beruntung Mah?" tanya Peyvitta yang memang dirinya sama sekali tidak merasa beruntung saat dirinya bisa diinginkan oleh Santosa.