Chereads / TRAPPED IN PAST LOVE / Chapter 37 - TIPL - Perawan dengan Perjaka

Chapter 37 - TIPL - Perawan dengan Perjaka

"Aku sama sekali tidak suka sama dia, dia udah berumur dan jauh di atas aku Mah. Perbedaan umur aku sama dia lebih dari 10 tahun."

Peyvitta berusaha untuk membeberkan unek-unek yang ada dalam pikirannya sekarang yang semakin lama semakin bertambah dan membuat dia memiliki sebuah beban yang banyak.

"Ok, kalau dikatakan umur bukan suatu halangan dalam sebuah hubungan, tapi masalah terbesarnya aku tidak mempunyai rasa apa pun sama Om Santosa Mah."

Peyvitta sudah begitu kebingungan bagaimana menjelaskan perasaan yang tengah dia rasakan sekarang, Peyvitta sama sekali tidak ingin mempunyai pasangan yang umurnya begitu jauh di atasnya, terlebih Peyvitta sudah tahu kalau status Santosa adalah Duda.

Di sini Peyvitta tidak ingin rugi. Di mana dirinya masih perempuan lajang, tapi dirinya harus bersama dengan seorang Duda.

Keinginan Peyvitta adalah dia bersama dengan laki-laki yang mempunyai status yang sama dengan dirinya, sehingga tidak ada sebuah perbedaan yang jauh.

Perawan dengan perjaka.

Kasarnya seperti itu.

Peyvitta ingin bersama dengan laki-laki yang tidak pernah menjalin sebuah hubungan rumah tangga sebelumnya, agar sama-sama belum mempunyai pengalaman dalam menjalin hubungan rumah tangga.

Pola pikir setiap orang berbeda-beda, tapi hal itu yang Peyvitta pikirkan. Memang banyak orang yang tidak mempermasalahkan hal tersebut, tapi untuk Peyvitta hal tersebut cukup penting.

"Terus mau kamu apa? Kenapa dari dulu kamu tidak pernah menuruti apa yang orang tua kamu katakan? Sebenarnya kamu itu maunya apa sih? Jadi anak nyusahin aja!" bentak Neli.

Gue sedari dulu tidak pernah menuruti apa yang kalian bilang? Kurang apa gue? Sekarang saja gue masih terus-terusan menuruti keinginan kalian, padahal kalian tidak pernah peduli pada gue.

Sebenarnya hati Peyvitta sekarang tengah merasakan yang namanya sakit saat dirinya mendapatkan sebuah pernyataan yang tidak baik dari orang yang seharusnya bersikap lembut pada dirinya dan juga memanjakannya.

"Gini deh Mah, Mamah bayangin Mamah ada di posisi aku. Di saat umur Mamah masih 23 tahun, kemudian Mamah dipaksa menikah dengan orang yang sudah berumur 35 tahunan, apa Mamah mau?" Peyvitta ingin tahu jawaban yang akan Mamahnya keluarkan.

Sebenarnya sekarang Peyvitta sudah mau OTW 24 tahun, tapi Peyvitta tidak ingin mengatakan kalau dia 24, sebab dia belum berulang tahun.

Agak curang, tapi tidak masalah.

"Mamah mau-mau saja, apalagi orangnya mempunyai kekayaan yang melimpah seperti Pak Santosa." Sungguh sifat matrealistis yang ada dalam diri Neli begitu terpancar.

"Kalau Mamah mau, kenapa Mamah malah menikah sama Papah yang bedanya gak lebih dari 4 tahun?" tanya Peyvitta lagi.

Memang beda usia antara Neli dan juga Herman adalah sekitar 4 tahun. Perbedaan usianya masih begitu normal, tidak seperti Peyvitta dan juga Santosa.

Neli terdiam, rasanya dia begitu terpojok dalam kalimat yang sudah dia ucapkan sekarang.

"Kenapa Mah? Bukannya Mamah mau? Kenapa Mamah juga tidak mencari orang yang mempunyai umur di atas Mamah?"

Plak

"Kamu banyak tanya!"

Rasa sakitnya double. Ada rasa sakit yang panas di pipinya dan juga ada rasa sakit yang disertai dengan rasa nyeri di hatinya. Semuanya bercampur menjadi satu.

"Papah kasih kamu pilihan," ujar Herman saat dirinya teringat akan sebuah hal dalam permasalahan ini.

"Apa?" Peyvitta tanda tanya saat mendengar Papahnya yang mempunyai sebuah pilihan.

"Mau bertunangan dengan Pak Santosa atau bersama dengan Bima?"

Deg

Dengan seketika Peyvitta terdiam begitu saja. Mendengar nama Bima membuat pikiran Peyvitta yang semula begitu menolak serta menentang apa yang Herman katakan menjadi begitu diam membatu.

Ada sesuatu hal yang membuatnya sulit di sini.

Gak, gue gak bisa milih Kak Bima. Gue gak mau jadiin dia pelarian dari semua ini.

Benar-benar Peyvitta begitu menghargai Bima, sehingga Peyvitta tidak mau begitu saja lari dari semua ini pada Bima.

Peyvitta tidak ingin menjadi orang jahat untuk laki-laki baik seperti Bima, Peyvitta tidak ingin membuat Bima mempunyai pandangan yang buruk tentang cinta.

"Kamu tadi bahas soal umur bukan?" tanya Herman setelah beberapa saat Peyvitta terdiam tidak menjawab.

Peyvitta semakin dibuat tenggelam dalam pemikirannya yang sulit. Memang tidak bisa dibohongi kalau Bima itu masih muda, Bima jauh lebih segalanya di mata Peyvitta, jika dibandingkan dengan Santosa.

"Bima masih muda. Karir dia cerah, jabatan dia tinggi, kamu mau menolak dia karena apa?" tanya Herman yang berusaha untuk menyudutkan Peyvitta sebab semula dia selalu membahas umur.

Dari semua yang Bima miliki dan Bima pegang, cukup tidak ada hal yang menjadi alasan kenapa dirinya menolak Bima, tapi tetap saja ada sebuah hal yang dirasa begitu mengganjal yang membuatnya tidak bisa menerima Bima.

Karena hati.

Peyvitta tidak sampai jatuh hati pada Bima, bahkan Peyvitta merasa tidak pantas jika laki-laki yang dipandang oleh banyak perempuan dengan kata yang sempurna, harus dia jadikan sebagai pelarian dari masalahnya.

Ingat ya, dipandang sempurna oleh perempuan.

"Gimana? Apa yang ingin kamu pilih?" tanya Herman.

Benar-benar di sini Herman begitu menunggu siapa yang akan Peyvitta pilih, keduanya akan cukup memberikan sebuah keuntungan untuk kehidupan sselanjutnya, karena mereka berada dalam hal harta.

"Aku gak pilih keduanya," jawab Peyvitta lemah dengan penuh kejujuran.

"Pilih salah satu!" ujar Herman. Tatapan Herman begitu serius saat menatap Peyvitta sekarang.