Aku was-was menunggu hari ini . Entah kenapa aku merasa hari ini akan ada peristiwa penting di rumah ini. Perang dunia mungkin. Yang jelas setelah membaca status WA Ika aku jadi tidak tenang.
"Mbak, pinjam tas ini, ya?" Intan nyelonong masuk kamar tanpa izin dan mengambil tas baruku yang ada di cantolan paku dekat lemari.
"Enggak boleh! Pakai saja tasmu!" Kurebut tas yang sudah bertengger cantik di bahu Ika.
"Pelit banget sih, Mbak!" teriaknya.
"Emang, kan, kamu sendiri yang bilang aku pelit. Jadi, sekalian aja deh!" jawabku santai.
"Ibuuuuu!" Nah, kan, mulai lagi ngadunya. Kalau dulu akan segera aku berikan, tapi tidak untuk hari ini dan selanjutnya. Cukup sudah aku baik hati pada mereka yang tidak punya hati.
"Ada apa, si, Intan! Pagi-pagi sudah teriak-teriak tidak jelas!" sahut ibu sewot.
"Aku mau pinjam tas itu, tapi enggak dikasih sama Mbak Fatki! Hanya tas itu yang matching dengan baju dan sepatu yang aku pakai, Bu," rengek Intan.