Marta duduk di sebelah Alan dengan memakan satu buah cub es krim rasa vanila yang diberikan oleh Alan untuknya sebagai sebuah sogokkan agar Marta tidak malah kepadanya lagi setelah mereka bertengkar.
Sementara itu, Alan hanya bisa memandang isi dompetnya yang tiba-tiba menjadi beberapa uang receh, padahal tadi ia masih memiliki satu lembar uang berwarna biru.
"Hah ... jika saja aku tidak mau traktirmu, mungkin nanti malam aku tidak akan makan mie instan!" gumam Alan, mendenguskan napasnya kasar beberapa kali.
"Sudahlah, jangan mengeluh! Aku seperti ini karena hari ini merasa sangat tidak mood."
"Kamu yang sedang tidak mood, tapi marahnya kepadaku. Hah ... sepertinya aku memang selalu menjadi pelampiasan amarahmu, Marta! Yah, untung saja kamu sudah menjadi temanku. Jika tidak mungkin aku tidak akan memedulikanmu sama sekali!" ucap Alan, kembali mendengus napas kasar.
Marta yang mendengar itu langsung menoleh ke arah lelaki tersebut dengan tatapan tajam.