Tepat pukul 4 sore, Damian, Kana, serta rombongan pelayan dan pengawal berangkat menuju pelabuhan yang terletak tidak begitu jauh dari mansion mereka. Hanya memakan waktu sekitar 15 menitan.
Setibanya di pelabuhan Kana tidak bisa menutupi kekagumannya ketika melihat Yacht atau kapal pesiar pribadi milik suaminya. Dengan bentuk yang cukup besar, didalamnya terdapat 2 kolam renang, beberapa restoran, bar, tempat bersantai, ruang pijat, spa, sauna, gym, salon, bioskop, bahkan tempat helikopter mendarat. Dengan logo G Group yang diberi mahkota berwarna emas dibagian sampingnya, membuat kapal pesiar itu tampak semakin mewah.
" G Group itu apa, Dami?" tanya Kana ketika mereka bersantai di rooftop kapal.
" Ganendra Group, sayang. " jawab Damian dengan tangan sibuk membaluri sunblock ke tubuh istrinya yang kini mengenakan hotpants dan kaos.
" Ah, jadi hotel tempatku bekerja itu hanya salah satu hotel milik perusahaan kamu ya. "
" Benar, mall yang kemarin kita kunjungi, beberapa universitas, hotel, restoran, dan gedung apartement kota ini dikelola oleh perusahaanku. " jelas Damian.
" Dulu aku selalu berpikir ingin memiliki uang yang banyak, tapi ternyata disaat kamu kasih banyak uang aku juga gak tau mau ngapain. " ungkap Kana sambil bersandar di dada bidang suaminya.
" Kamu tidak perlu berpikir, asal beli saja apapun yang kamu lihat "
" Kalau aku melihat kapal pesiar seperti ini dan membelinya bagaimana? " tantang Kana.
" Beli saja, tapi untuk menyempurnakan kapal pesiar seperti ini butuh waktu 5 tahun. Kamu akan lelah menunggu, sayang. " kekeh Damian.
" Berapa harga kapal pesiar ini?" tanya Kana iseng.
Damian hampir lupa harganya berapa, " aku sedikit lupa, tapi seingatku harganya hampir sama dengan Yacth Eclipse saat itu. "
" Aku pinjam ipad kamu sebentar." pinta Kana. Damian menyodorkan, tiba-tiba ia teringat Kana yang tidak memiliki ponsel. Gadis itu hanya memiliki laptop dan ipad yang Damian berikan kemarin untuk menonton.
Tangan gadis itu dengan lincah mengetik di layar ipad, ketika hasil penelusurannya muncul mulutnya menganga kaget.
" Dami, harganya 5 triliunan!" pekik Kana.
" Ya, sekitar segitu sepertinya. " angguk pria itu setuju.
" Mahal sekali " desah Kana. Matanya melirik sekitarnya dan menyadari bahwa memang harga segitu sangat sesuai dengan fasilitas yang diterima.
" Aku bisa membelikanmu sebanyak puluhan buah jika kamu mau " ungkap Damian yang merasa lucu dengan ekspresi shock Kana.
" Gak, gak, terima kasih. Satu saja seperti ini sudah cukup. " potong Kana. Damian menggenggam tangannya, " kapal pesiar kita bukan hanya satu ini, sayang. " bisik pria itu serak.
" Gak mau tau deh, pusing mikirnya. " balas Kana cepat.
Damian menunjuk sebuah cahaya dikejauhan yang lumayan terlihat dari sini, " itu Elle Island."
" Mana? Cahaya kecil itu?" Kana berdiri dan matanya memicing berusaha melihat tempat yang Damian tunjuk.
Lama kelamaan tempat yang hanya seperti cahaya kecil itu mulai terlihat, dengan lampu besar yang membentuk kata ' Welcome to Elle Island, Heaven to feel free '. Pulau itu cukup besar dengan berbagai pertokoan, taman, bar, bahkan banyak rumah dan villa. Benar-benar seperti sebuah kota ditengah laut.
" Tuan, saatnya pindah dengan speed boat menuju dermaga. " celetuk Raven.
" Ayo, sayang. " ajak Damian pada Kana.
Para pengawal dan pelayan terpisah menjadi banyak bagian dengan speed boat, begitu juga dengan Kana dan Damian. Hanya mereka berdua di speed boat itu, Damian yang mengendarainya. Pria dengan kemeja putih dan kancing yang sedikit terbuka itu tampak keren sekali dimata Kana.
" Mengagumi suamimu, heh?" ledek Damian dengan senyum miring.
" Iya, tapi kenapa kamu selalu memakai kemeja dan celana kantor begini sih, Dami?" tanya Kana bingung. Ia sudah memperhatikan suaminya yang selalu mengenakan kemeja dan celana kantor, kadang lengkap dengan jas. Hanya saat akan tidur baru pria itu mengganti pakaian santai.
" Karena sudah terbiasa, sayang." jawab Damian.
" Nanti setelah kita pulang, kamu coba pakaian santai ya? Aku yang pilih. " tawar Kana dengan antusias, ia tidak sabar melihat suaminya yang tampan dan bertubuh atletis itu mengenakan pakaian-pakaian santai.
" Baiklah, aku tidak sabar menantikan baju pilihanmu, sayang. " jawab Damian menyetujui.
*****
Perjalanan menuju dermaga dengan speed boat memakan waktu 15 menit, Kana diam menikmati angin dan air yang sesekali menerpa wajahnya disore hari. Benar-benar menyenangkan.
Mereka tiba di dermaga dan disambut oleh banyak orang,
" Selamat datang, Tuan dan Nyonya. Saya Loah, pengurus sekaligus ketua keamanan Elle Island. " sapa seorang pria dengan tubuh besar dan kulit kecoklatan khas masyarakat pantai. Dibelakangnya banyak pria dan wanita berumur 20 hingga 30 tahun awal yang mengikutinya.
" Halo, Loah. Senang bertemu denganmu. Halo semuanya yang di belakang Loah, saya Kana. " balas Kana dengan senyum mempesona. Gadis itu diarahkan oleh Lily menuju villa yang akan mereka tinggali.
Semua orang mengawasi Kana, penasaran apa yang membuat Tuan mereka tergila-gila pada gadis muda dan kecil ini.
" Sudah cukup melihatnya?" tegur Damian dingin.
" Sekali lagi saya lihat kalian menatap istri saya seperti itu, siap-siap saja menjadi santapan hiu dilaut ini. " desis Damian lalu menyusul Kana.
*****
Kana merebahkan dirinya, ia senang karena ini liburan pertama dalam hidupnya. Damian yang baru saja memasuki kamar ikut menidurkan dirinya disebelah Kana, tangannya bergerak merengkuh pinggang istrinya.
" Capek, hm?"
" Enggak, cuma mau rebahan aja. Habis ini kita ngapain?" tanya Kana.
" Aku akan membawamu keliling tempat ini dan melihat sunset nanti. " jawab Damian.
" Sekarang saja, aku penasaran. " pinta Kana antusias. Gadis itu segera bangun dari posisi rebahannya dan menarik tangan Damian untuk mengikutinya.
Lampu-lampu kecil dipulau itu mulai menyala, Damian mengajak Kana berkeliling dan memberitahu berbagai tempat. Mulai dari pertokoan, club, gym, salon, rumah, villa, hingga peternakan, masih banyak yang belum mereka jelajahi karena matahari mulai bergerak menggelamkan dirinya secara perlahan.
" Semuanya keren.. " gumam Kana ketika menatap keramaian di pulau itu dari jauh karena sekarang mereka sedang duduk di pinggir pantai.
" Kamu suka?" tanya Damian. Kana mengangguk cepat, " kita sering-sering kesini ya kalau ada waktu" pintanya.
" Tentu saja, kita akan pergi kemanapun yang kamu mau, sayang. " ujar Damian.
Pasangan suami istri itu menatap matahari yang sebentar lagi akan tenggelam total, semburat oranye dilangit dan semilir angin membuat mereka semakin menikmati momen ini.
" Damian?" panggil Kana pelan.
" Ya, sayang?"
" Terima kasih. " ucap Kana tulus.
" Untuk apa, sayang?" tanya Damian bingung.
" Semuanya. Semua yang aku dapatkan dari kamu dan semua usaha terbaik yang kamu kerahkan untuk aku. Hidupku berubah total sejak ada kamu, banyak perasaan dan pengalaman baru yang aku rasain karena kamu. Aku benar-benar berterima kasih sama kamu, karena udah pungut aku yang gak ada apa-apanya dan bawa aku jadi wanita yang punya banyak hal. " jelas Kana menatap Damian yang duduk disampingnya.
" Aku yang harusnya berterima kasih sama kamu, sayang. Terima kasih sudah mau menjadi istriku. Terima kasih karena mau bersama pria sepertiku. " balas Damian.
" Enggak, justru aku yang berterima kasih karena kamu memilih aku untuk jadi istri kamu. "
" Kamu bukan pilihan, memang kamu satu-satunya wanita yang akan menjadi istriku, Kana. " ucapan yang terlontar dari Damian membuat Kana ingin bertanya,
Namun baru saja ia hendak membuka mulutnya, sebuah benda kenyal dan dingin menempel pada bibirnya dan bergerak perlahan. Ah, Damian menciumnya.
Mereka larut dalam ciuman disore hari dengan semilir angin sejuk dan matahari yang malu hingga menyembunyikan dirinya.