Pagi menyapa dua insan yang masih terlelap di bawah alam sadarnya. Saling berpelukan mesra di bawah selimut hotel. Dering ponsel tidak membuat mereka untuk membuka mata. Saking lelahnya atas permainan tadi malam.
Arum mengeliat di dalam pelukan Arga. Matanya menyipit menatap sekeliling kamar. Kamar hotel yang sudah tidak berbentuk. Sangat berantakan karena ulah mereka. Ia sedikit bergerak, namun area sensitifnya terasa sakit. Arum menatap Arga yang terlelap di sampingnya. Wajah yang sangat tenang seperti bayi. Hidung mancung dengan garis dagu yang tegas. Alis yang tebal membuat Arga terlihat semakin tampan.
"Apakah sudah puas menatapku?" tanya Arga dengan mata yang masih tertutup. Arum terlonjak kaget karena malu. Arga memberikan morning kiss kepada Arum. Dilumat pelan bibir gadis itu. Bibir yang masih terlihat memerah dan bengkak karena ulahnya.
"Terimakasih atas semalam" ucap Arga pelan menatap lekat wajah Arum.
"Kamu sungguh nikmat dan menggairahkan. Bahkan bangun tidur seperti ini, kamu terlihat sangat seksi, sayang" ucap Arga frontal.
Arga bergerak untuk melepaskan bagian tubuh mereka yang masih menyatu. Membuat Arum merintih karena kesakitan.
"Tahan sayang. Kamu jangan menggodaku dengan suara rintihanmu itu" pinta Arga. Arum segera membekab mulutnya agar suara kesakitannya tidak terdengar oleh Arga.
Arga melepaskan pengaman di depan Arum. Tanpa rasa malu sedikit pun.
"Kau memakai pengaman?" tanya Arum sedikit malu.
"Kenapa kau menutup mata. Kamu malu? tanya Arga. "Aku sudah melihat seluruh tubuhmu dan kamu juga sudah melihat seluruh tubuhku, sayang. Kenapa masih malu?" lanjut Arga lagi.
"Aku memakainya tanpa sadar kemarin. Saat setengah sadar aku melihat pengaman ini di atas meja. Langsung aku memakainya" jawab Arga disertai cengirannya.
"Syukurlah" jawab Arum singkat.
Arga mengeryitkan dahi mendengar jawaban Arum, "Aku bahkan tidak suka memakainya, sayang. Akan lebih nikmat lagi jika aku melepaskannya". Arga mendapat tatapan tajam dan pukulan di dada bidangnya.
"Kau tidak berniat untuk mengangkat ponselmu? Benda itu terus berbunyi sejak tadi malam" tanya Arum mengalihkan pembicaraan.
"Biarkan saja. Aku masih ingin menikmati pagi yang indah denganmu" Arga berkata sambil menatap sayu dan mengusap pinggang Arum yang terekspos.
"Apakah masih sakit?" tanya Arga selanjutnya.
"Emm..sedikit. Aku akan mandi terlebih dahulu". Arum hendak beranjak dari ranjang. Namun tangannya ditahan oleh Arga dan membawanya ke dalam pelukan pria ini.
Arga langsung mencium area lehernya. Menggigit kembali bekas kissmark tadi malam. Arum melenguh mendapatkan perlakuan seperti ini.
"Berhenti Arga"
"Kenapa sayang?"
"Aku mau mandi"
"Bersama-sama bagaimana?"
"Aahh...mmpp..aku tidak bisa" desahan pertama di pagi ini akhirnya keluar.
"Kenapa?" tanya Arga di balik senyumannya.
Arum tidak menjawab. Ia sibuk menahan desahannya. Ia tidak ingin menggoda Arga sepagi ini.
Arum melepas pagutan bibir mereka dengan paksa, dan segera berlari ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Arga yang mematung karena kecewa.
Setelah kepergian Arum, Arga segera meraih ponselnya di atas nakas. Ada 17 panggilan tidak terjawab dari Senja. Ternyata sejak tadi malam, Senja berusaha untuk menghubunginya. Arga mengetikkan sesuatu, "Maaf sayang, tadi malam aku langsung tidur karena kecapekan". Send. Sebuah pesan terkirim kepada Senja. Jelas ia berbohong pada pacarnya itu.
Tidak ada balasan dari Senja. Mungkin Senja sedang ada kelas. Karena memang inilah jam untuk kuliah. Dilihatlah arloji yang tergeletak di atas meja. Pukul 9 pagi. Ini pertama kalinya Arga bangun kesiangan. Badannya terasa lelah dan pegal. Ia menatap sekeliling kamar dan menyadari akan buasnya permainan mereka tadi malam. Ia tersenyum simpul mengingatnya. Arga merasa tidak bisa jauh dari tubuh Arum sekarang. Ini seperti candu baginya. Tubuh indah Arum juga bisa mengalihkan Senja darinya.
Arga menatap Arum yang baru keluar dari dalam kamar mandi. Air menetes dari rambut basahnya. Kaki putih yang jenjang terlihat seksi di mata Arga.
"Segera bangun dan mandi" ujar Arum memungut bajunya di lantai.
"Kenapa aku baru menyadari kecantikanmu Rum" Arga berjalan mendekati Arum. Menghirup aroma gadis ini. Dan memeluknya erat. Tangannya mengusap pelan punggung Arum.
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Segera bersihkan tubuhmu" Arum mencoba melepas pelukan Arga. Namun Arga semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku tidak bisa jauh darimu mulai sekarang, Rum. Aku cinta kamu" detik berikutnya, Arga memberikan ciuman panas di bibir Arum. Ia sangat suka dengan bibir Arum sekarang. Seperti magnet yang menariknya untuk terus mencium Arum.
"Mmmpphh...aahh..stop Arga" pinta Arum sambil mendesah. Arga malah semakin memperdalam ciumannya. Bergerak ke kanan dan ke kiri untuk mengambil oksigen.
"Mmhhh..aah..Arum. Kenapa semua yang ada di tubuhmu sangat nikmat. Kamu apakan aku heemm?" tanya Arga di sela-sela ciumannya.
Kegiatan panas mereka akhirnya berhenti disaat sama-sama kehabisan oksigen. Arga segera membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Jika tidak, maka kegiatan mereka akan berlanjut pada ronde kedua.
Arum sedang mengeringkan rambutnya. Ia melihat nama Senja di layar ponsel Arga yang sedang berdering. Ia berniat untuk mengangkat telepon itu, namun ia urungkan. Ia tersenyum sinis. Ia merasa menang karena menjadi wanita pertama untuk Arga.
Setelah menikmati sarapan di resto hotel, Arga dan Arum segera pulang ke rumah masing-masing. Arga mengantar Arum ke apartemennya. Ia baru tahu jika Arum ternyata tinggal sendiri di apartemen mewah ini.
"Kamu tinggal sendiri?" tanya Arga menatap Arum yang sedang menyiapkan minuman untuknya.
"Iya. Orang tuaku bercerai saat usiaku 10 tahun. Selama ini aku tinggal dengan nenekku di Semarang. Sejak SMA aku sudah merantau sendiri ke Yogja"
"Kamu sangat mandiri Rum" puji Arga.
"Kamu masih tinggal bersama kedua orang tuamu?" tanya Arum setelah meletakkan minuman di atas meja.
"Iya benar. Aku masih tinggal bersama keluargaku" jawab Arga.
"Kamu tidak ingin tinggal sendiri?"
Arga mengeryitkan dahi, mendapat pertanyaan semacam itu.
"Apakah kamu mau menampungku?" tanya Arga bercanda.
"Tinggallah di sini. Bersamaku" jawab Arum membuat Arga membulatkan matanya tak percaya.
"Setelah apa yang kita lakukan. Tidak masalah kan jika kita tinggal bersama?" lanjut Arum.
Arga tidak bisa menjawab. Ia terlalu kaget akan permintaan Arum. Di lain sisi, ia memang sudah tidak betah di rumah. Selalu mendengar pertengkaran ayah dan ibunya. Membuatnya malas untuk pulang.
"Kamu serius?" tantang Arga.
"Dua rius sayang" jawab Arum sedikit menggoda Arga. Kaki jenjangnya ia naikkan di atas paha Arga.
"Kamu memang sangat ahli dalam menggodaku, Arum".
Detik berikutnya mereka saling bercumbu mesra. Menghabiskan satu hari penuh di ranjang apartemen Arum. Dengan suara erangan dan desahan dimana-mana. Mereka kembali bercinta untuk kedua kalinya. Lagi-lagi, Arga menggunakan pengaman yang ia dapatkan di supermaket tadi sebelum ia ke sini. Sungguh ia benar-benar tidak bisa jauh dari tubuh Arum. Berada di dekatnya saja, membuatnya bergairah. Apakah ia harus pindah ke apartemen Arum??