"Fuh ujung-ujungnya Cuma disuruh menaruh lamaran, susah juga ya nyari kerja di jaman yang serba susah ini." Fazz menghela nafasnya sambil berjalan kaki di trotoar. "Perasaan putus asa ini sungguh menyiksa batin tapi entah kenapa aku bisa bertahan sampai sekarang."
Saat tengah meratapi nasibnya tiba-tiba saja Fazz bertemu Kasumi di tengah jalan, gadis yang menggunakan penutup mata di mata kirinya itu melambaikan tangannya pada pria bermata biru itu sambil memasang senyum lembut.
"Faaazz!" Panggil Kasumi bersemangat.
"Kasumi?"
"Mau ke mana?"
"Mau mampir ke rumah temen," Jawab Fazz sambil berlalu melewati Kasumi.
Melihat Fazz yang terlihat murung Kasumi pun berlari menghampiri Fazz dan menggenggam tangan pria bermata biru itu, "Hey apa aku boleh ikut?"
"Eh?" Wajah Fazz memerah karena gadis bermata merah itu tiba-tiba saja menyentuh tangannya, "Lembutnya... apakah tangan perempuan selembut ini?" pikir Fazz jantungnya berdebar dengan kencang.
"Gimana kau tidak keberatan kan?" tanya Kasumi sambil menempelkan dada mungilnya ke lengan Fazz.
"Ya ti-tidak masalah!"
🐅🐅🐅
Setelah berjalan kaki selama satu jam akhirnya mereka berdua sampai di sebuah Gerbang Perumahan, di dekat Gerbang Perumahan terlihat seorang Satpam yang sedang berjaga di posnya.
"Permisi," ucap Fazz kepada Satpam yang sedang berjaga, Satpam itu hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu Fazz dan Kasumi pun buru-buru memasuki kawasan perumahan.
Saat berjalan kaki beberapa menit di area perumahan, Fazz dan Kasumi melihat salah satu penghuni perumahan yang sedang memandikan Anjingnya yang berwarna coklat di halaman rumahnya dan di tengah jalan perumahan ada beberapa anak kecil yang sedang menggowes sepedanya.
Melihat anak-anak kecil yang sedang bermain sepeda mengingatkan pria bermata biru itu dengan sepedanya yang hancur tertimpa truk.
"Perumahan ini cukup asri juga ya," ucap Kasumi memecah lamunan Fazz, "Ngomong-ngomong apa aku boleh tahu siapa temanmu itu?"
"Namanya Steve, bisa dibilang dia adalah Sahabatku satu-satunya yang bisa kupercaya, dia itu orangnya jujur dan juga bisa dipercaya."
"Hmm... aku jadi penasaran."
Tiga puluh menit berlalu, akhirnya Fazz dan Kasumi sampai di depan Halaman rumah Steve, namun saat melangkahkan kakinya ke halaman rumah tersebut tiba-tiba saja Kasumi memasang wajah ketakutan.
"Fazz..." panggil Kasumi wajahnya memucat.
"Ya aku merasakannya, baru kali ini aku merasakan energi negatif sepekat ini, tapi jangan khawatir dia itu orangnya baik, mungkin hari ini dia mengalami banyak masalah."
Sambil memberanikan dirinya Fazz dan Kasumi berjalan mendekati rumah Steve, sesampainya di depan pintu rumah, pria bermata biru itu segera mengetuk pintu rumah Steve berkali-kali dan tidak lama kemudian sang pemilik rumah datang membuka pintu sambil memasang wajah mengantuk.
"Fazz?" ucap pria berambut pirang terkejut dengan kehadiran sahabatnya.
"Hey Steve apa kabar!" Fazz menjabat tangan Steve dengan sangat erat, pria bermata biru itu merasa senang bisa bertemu Sahabatnya yang sudah lama ia tidak temui itu, saking senangnya pria bermata biru itu lupa dengan kuantitas energi negatif yang ada di rumah sahabatnya.
"Aku baik-baik saja, hanya kurang tidur, ngomong-ngomong siapa gadis itu, pacar?"
"Bu-bukan, di-dia hanya temanku!"
"Benarkah?" ucap pria berambut pirang itu sambil memperhatikan Gadis berkuncir dua yang sedang bersembunyi di belakang Fazz.
"Hmmm... ayo cepet masuk! Gak enak kan kalo diliat orang yang lewat." Steve mempersilahkan Fazz dan Kasumi masuk, mereka berdua pun memasuki rumah pria berambut pirang itu dan segera duduk di sofa yang terletak di tengah ruang tamu.
Walaupun minimalis rumah Steve terlihat cukup megah, di tengah ruang tamu terlihat sebuah Smart Tv berukuran 40 in.
Steve pergi ke dapur untuk mengambil camilan dan minuman saat Fazz dan Kasumi sedang duduk di sofa mewah berwarna hitam.
"Fazz..."
"Ya?"
"Kau punya teman orang luar negeri?" tanya Kasumi heran, gadis bermata merah itu merasa tidak percaya melihat seorang pengangguran seperti Fazz bisa memiliki teman seorang bule.
"Fufufu dia bukan orang luar negeri, dia itu cuma keturunan kaum penjajah yang dulu pernah mencoba menginvasi Kerajaan kita."
"Eh jadi dia itu campuran antara ras Eden sama British ya?"
"Ya kurang lebih begitu,"
Saat Kasumi mau melanjutkan pembicaraan tiba-tiba nada dering lagu Boyband Korea berdering dari Smartphone Gadis berkepang dua itu, Kasumi pun mengambil Smartphone miliknya dari dalam tas kecilnya dan saat melihat layar ternyata itu panggilan dari Profesor Hugo.
Kasumi pun segera mengangkat panggilan tersebut, "Ya? Ada apa? Hah?! Apa kau bodoh! Baiklah aku akan segera ke situ!" Kasumi menutup teleponnya dengan wajah kesal, sambil menahan amarah Kasumi mengatur nafasnya.
"Kasumi ada apa?"
"Fazz aku pergi dulu ya!"
"Ya hati-hati~"
"Maaf banget ya Fazz tiba-tiba ada urusan mendesak!"
"Ya gapapa woles."
Setelah pamit Kasumi segera pergi keluar dari ruang tamu dengan terburu-buru, Fazz yang ditinggal sendirian lekas mengambil Remote Tv yang ditaruh di atas meja dan menyalakan Tv di depannya.
Fazz terus mengganti Channel Tv namun ia tidak menemukan yang menarik, namun tidak lama kemudian pria bermata biru itu menemukan sebuah acara berita yang sedang memberitakan Raja Ryo yang tengah memantau kegiatan pasar Tradisional bersama para Ksatria Kerajaan Eden.
"Hebat juga ya Raja Negri ini, melakukan hal-hal merepotkan seperti itu ketika tubuhnya sedang digerogoti kutukan penyihir."
Saat Fazz tengah asyik melihat berita di Tv, Steve datang sambil membawa nampan yang di atasnya terdapat sepiring Pasta kering dan beberapa camilan lainnya yang berupa snack keripik kentang dan tiga buah minuman bersoda.
"Fazz kemana gadis itu?" tanya Steve sambil menaruh camilan yang ia bawa ke atas meja.
"Barusan dia pergi, katanya sih ada urusan mendesak."
"Yah sayang sekali, padahal aku ingin mengenal lebih jauh pacar barumu itu," ucap Steve terlihat sedikit kecewa. "Selain itu tumben sekali kau mampir ke rumahku, kalau kesini kau pasti ada perlu denganku kan?"
"Kau selalu blak-blakan ya Steve." Fazz mengambil sekaleng minuman Cola di atas meja, lalu membuka segelnya dengan jari manisnya.
"Tidak usah dianggap serius, sebetulnya aku senang ketika ada teman yang datang meminta bantuanku."
Fazz pun menyeruput minuman Kaleng Cola yang baru saja ia buka lalu setelah minum beberapa teguk pria bermata biru itu berdiri dan beranjak dari tempat duduknya, "Maaf Steve aku mau pergi ke toilet dulu,"
"Habis minum mau ke toilet?"
"Masalah?" ucap Fazz menatap Steve dengan tatapan dingin.
"Tidak apa-apa, silahkan Toilet ada di ruang paling belakang!"
Fazz pun berjalan menyusuri Koridor rumah, sesampainya di dapur tiba-tiba saja Fazz merasakan Aroma busuk seperti bau bangkai yang sudah membusuk berhari-hari.
"Sudah kuduga ada yang tidak beres dengan rumah ini!" Fazz menutup hidungnya karena tak tahan dengan aroma busuk yang menyengat, lalu tidak lama kemudian Fazz melihat sebuah pintu putih yang dipenuhi bercak darah yang telah menghitam. "Sebenarnya aku tidak mau ke toilet, aku hanya penasaran dengan kuantitas energi negatif yang melimpah di rumah ini, dan benar saja..."
Dengan dipenuhi rasa penasaran Fazz meraih gagang pintu yang dilumuri bercak darah yang telah mengering, namun baru saja menarik gagang pintu tersebut tiba-tiba saja Steve muncul di belakang Fazz dengan menggunakan jurus Teleportasinya.
"Fazz apa kau penasaran dengan apa yang tersembunyi dibalik pintu itu?"
Tiba-tiba Fazz merasakan aura membunuh yang sangat kuat sampai-sampai ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
"Apa-apaan ini! Tekanan yang sangat mengerikan!" pikir Fazz panik dan tubuhnya tidak bisa berhenti bergetar.
"Di balik pintu itu terdapat kumpulan karya seni milikku, bila kau sangat penasaran dengan karya seniku, aku akan sangat senang menunjukkannya padamu."
Aura membunuh yang sangat pekat perlahan memudar, Steve pun membuka pintu yang dipenuhi bercak darah yang telah mengering tersebut, dan saat pintu terbuka Fazz melihat sebuah tangga menuju Basement (ruang bawah tanah) yang sangat gelap.
Steve pun menuruni anak tangga dan Fazz pun mengikuti pria berambut pirang itu dari belakang, sambil menahan aroma busuk yang semakin menyengat Fazz menuruni anak tangga yang sangat gelap sambil mengikuti Steve dari belakang.
"Sebenarnya tempat apa ini?"
"Sabar kau akan mengetahuinya nanti."
Setelah berjalan menuruni beberapa anak tangga akhirnya Fazz sampai di anak tangga paling akhir, dan saat Steve menyalakan lampu di ruang bawah tanah tersebut, betapa terkejutnya Fazz melihat ruangan tersebut dipenuhi oleh dekorasi yang terbuat dari tulang belulang manusia, mulai dari bangku, lemari, meja, lantai, dinding, semuanya terbuat dari tulang manusia, dan yang lebih mengerikan terlihat sedikit sisa-sisa daging tipis yang melekat di dekorasi tulang tersebut.
"Apa-apaan ini?!"
"Bukankah semua ini terlihat indah Fazz!" ucap Steve lalu duduk di sebuah bangku yang terbuat dari tulang manusia.
"Ya lumayan." Fazz sengaja berbohong karena ia tahu kalau temannya akan membunuhnya bila dirinya menunjukkan rasa perlawanan.
"Fufufu kau adalah satu-satunya orang yang mengerti selera seniku, itulah yang kusukai dari dirimu Fazz!"
Steve beranjak dari duduknya dan terkekeh sambil menghampiri Fazz, lalu tiba-tiba Steve menghunuskan pisau lipat ke dada Fazz, beruntung Fazz dapat menghindari serangan mendadak itu hanya dengan memiringkan tubuhnya ke samping.
"Kau cekatan seperti biasa ya Fazz," ucap Steve sambil menjilat pisau lipatnya. "Jangan diambil ke hati ya Fazz, aku hanya sedang mengujimu."
"Menguji apanya, untung saja aku bisa melihat pergerakan aliran energi negatif di tubuhnya, bila tidak..." pikir Fazz sedikit kesal.
"Hey Fazz, kau sedang mencari kerja kan, bagaimana kalau nanti malam kau ikut denganku!"
"Hah?"
💀💀💀
(Time Skip)
Sementara itu di Hutan Leher Putus, tepatnya di tengah hutan yang dipenuhi dengan rumput liar dan pepohonan besar, seorang gadis berkepang dua terlihat sedang bersama seorang pria berpakaian seragam Dokter, dan di depan mereka berdua tergeletak seekor Macan tutul yang tubuhnya telah terbelah dua.
"Macan ini, bukannya ini peliharaan pak Hussein yang hilang beberapa hari lalu?"
"Ya kau benar." Jawab Profesor Hugo datar.
"Selain itu," ucap Kasumi dengan nada kesal. "Kenapa kau menyuruh orang yang baru saja kau kenal untuk menjaga anak Bosmu!"
"Itu bukan keinginanku, gadis itu sendiri yang memaksaku untuk menjadikan pria itu Body Guardnya!" bantah Hugo. "Selain itu kukira pria itu tidak akan berani macam-macam selama Gelang Metal beracun itu terpasang di pergelangan tangannya!"
"Kau bodoh ya!" ucap Kasumi menatap Profesor Hugo kesal.
Tidak lama kemudian Kasumi dan Profesor Hugo melihat rombongan bocah Smp berseragam Pramuka yang sedang berjalan menyusuri Hutan bersama tiga Pembinanya.
Lalu salah satu Pembina dari rombongan Pramuka tersebut menyadari keberadaan Kasumi dan Profesor Hugo, menyadari hal tersebut Pembina Pramuka itu pun segera menghampiri mereka berdua.
"Maaf saya dari Smp Barokbok, ada salah satu murid kami yang terpisah dari rombongan, apa kalian berdua melihatnya?" tanya Churu pada Kasumi dan Profesor Hugo.
"Tidak, tapi kebetulan kami juga sedang mencari seseorang," ucap Profesor Hugo. "tenang saja Robot dari Thunder Corporation sedang dalam perjalanan kesini untuk membantu pencarian."
To be Continued....
Arc Mata Kematian dan Makhluk Kegelapan End
Next: Resurrection Arc