Chereads / Unrequited Love (Saka-Citra) / Chapter 8 - Memberi Dukungan

Chapter 8 - Memberi Dukungan

"Apa Saka berbicara macam-macam tadi, selama aku keluar?" Tanya Taksa pada Citra yang sibuk menghapus air matanya.

"Enggak kok, Kak? Kata siapa emang? Kak Saka tadi nemenin aku sebentar, karena grogi, aku memintanya untuk keluar saja," bohong Citra. Dua alis Taksa terangkat mengetahui ucapan Citra adalah sebuah kebohongan belaka.

"Kamu tidak pandai berbohong, Citra. Katakan saja, apa yang dilakukan lelaki itu? Aku akan membalasnya untukmu." Citra cepat-cepat menggelengkan kepala.

"Kakak bawa apa? Wah ada Pir Nashi, Kakak dapat dari mana Pir itu? Inikan nyarinya susah. Sudah lama sekali aku tidak makan Pir ini." Citra mengambil alih plastic yang dibawa Taksa dan membukanya. Sengaja Citra melakukan hal itu untuk mengalihkan pembicaraan. Dia tidak mau Taksa berpikiran buruk pada Saka. Apa lagi jika tahu yang sebenarnya, Taksa akan menegur Saka. Dia tidak mau menambah kebencian Saka padanya.

Dibenci oleh orang yang kita cintai adalah hal yang berat untuk dijalani. Oleh sebab itu, Citra tidak ingin menambah bumbu pertengkaran yang akan memupuk kebencian lebih dalam lagi. "Bisakah kamu jawab pertanyaanku tanpa harus mengalihkan topik utama pembahasan kita?"

Citra mengatur nafasnya. "Kak, tolong." Gurat permohonan tercetak jelas di wajah Citra, tentu saja hal itu membuat Taksa akhirnya mau mengalah.

"Dengarkan aku! Jika Saka bertindak semena-mena sama kamu, jangan sungkan untuk mengatakannya padaku. Dia harus diberi asupan positif agar bisa berpikir Rasional. Kamu paham? Jangan pernah kamu pendam sendiri. Anggap aku sebagai Kakakmu sendiri, karena aku sudah menganggapmu sebagai adikku. Kebetulan memang aku tidak punya adik cewek, jadi aku akan memanjakanmu sebagaimana seorang Kakak kepada adiknya. Jadi bisa kupastikan, aku akan melindungimu semampuku."

Taksa menaruh simpati teramat besar terhadap Citra. Dia begitu kasihan melihat kehidupan Citra yang dipenuhi kekurangan dan kebencian dari orah terkasih. Entah dari mana awalnya, tapi Taksa memiliki keyakinan untuk melindungi gadis itu dari Saka. Mengingat seperti apa sikap Saka kepada Citra, dia tidak ingin Citra bersedih. Mungkin dari keberanian dirinya berkorban demi orang tercinta membuat hatinya tergugah untuk melindungi gadis tersebut.

"Apa kamu sudah paham, Citra?" Merasa tidak mendapat respon dari lawan bicaranya, Taksa mempertegas pertanyaannya.

"Iya, Kak. Siap." Taksa tersenyum puas. Semoga saja dengan begini, dia bisa melindungi Citra yang malang ini dari Taksa. Dia akan membuat Saka bertanggung jawab terhadap hidup Citra. Meskipun tidak sepenuhnya salah Saka, tapi semua terjadi demi menyelamatkan pria itu. Jadi sudah sewajarnya Saka membantu Citra untuk bisa kembali berjalan normal.

Beruntung kecelakaan itu tidak membuat gadis di depannya lumpuh permanen, jadi masih ada harapan besar bagi Citra untuk bisa kembali berjalan normal. "Apa kamu sudah makan siang?" Citra menggeleng. Nafsunya langsung hilang kala mendapatkan bogem suara dari Saka yang menusuk hatinya.

"Ya sudah, sini biar aku bantu kamu makan." Taksa mengambil piring yang berisi nasi serta sayur dan lauk pauk di atas nakas, kemudian menyuapi gadis itu.

"Ayo buka mulutmu!" titah Taksa dan Citra menurut. Dirinya terharu karena masih ada orang yang peduli padanya selain sang Nenek.

"Terima kasih banyak, Kak. Aku tidak tahu jika tidak ada Kak Taksa, akan seperti apa nasibku tadi. Maaf, aku berhutang banyak dengan Kakak," lirih Citra penuh sesal.

"Shuttt, sebagai saudara, tidak ada istilah hutang piutang. Untung saja tadi aku pas lewat, bagaimana kalau aku tidak lewat? Aku tidak bisa membayangkan sesuatu yang buruk menimpamu." Citra tersenyum mendengar ucapan Taksa.

"Terima kasih banyak, Kak. Oya, bagaimana dengan Nenek? Apa Kak Taksa sudah memberi tahu bahwa aku tidak bisa pulang dulu malam ini? Jangan bilang jika aku kecelakaan ya, Kak. Aku tidak ingin Nenek khawatir."

"Kamu tenang saja. aku sudah bilang sama Nenek kalau kamu akan menginap di apartemenku untuk mengepak barang-barang orderan. Karena saking banyaknya orderan jadi mau gak mau aku memintamu untuk membantu mengemas barang-barang. Awalnya sih Nenek tidak percaya, tapi mulutku ini sangat pandai meyakinkan seseorang, jadi beliau akhirnya mengijinkan."

Citra melongo mendengar kebohongan yang disampaikan Taksa pada sang Nenek. Pasalnya, semua barang orderan berada beda komplek dengan rumah Citra dan sang Nenek memang tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan diam-diam oleh sang cucu. Nenek Citra memang tidak pernah tahu menahu mengenai cucunya yang membantu mencari duit dengan berjualan baju serta gamis secara online. Oleh sebab itu, sang Nenek mau tidak mau percaya dengan kebohongan Taksa.

Sempat terkejut saat mengetahui bahwa Citra mencari uang sendiri, padahal orang tua renta tersebut sudah melarangnya. Namun berhadapan dengan orang yang dipikir sang Nenek adalah bos Citra, sang Nenek pun memperbolehkan walau terpaksa.

Citra merasa lega karena Taksa bisa mengatasi dengan baik mengenai Neneknya. Besok saat dia sudah diperbolehkan pulang, barulah dirinya akan menjelaskan semuanya. Biarkan saat ini, sang Nenek mempercayai kebohongan Taksa lebih dahulu.

"Kak!" Panggil Citra. Taksa pun langsung menoleh.

"Ada apa?"

"Boleh aku bertanya?"

"Tentu saja, bertanya tidak bayar maupun dilarang, kan?"

"Tapi ini sedikit pribadi." Taksa menanggapinya dengan anggukan.

"Kak Taksa sudah punya kekasih?"

Taksa memasang wajah datar dari yang tadinya berwajah ramah. Hal itu memacu rasa bersalah Citra. Sepertinya dia mempertanyakan hal yang tidak perlu ditanyakan, tapi dia sangat penasaran. Dia hanya takut jika ada orang yang salah paham nantinya dengan kedekatan mereka. Meskipun hubungannya hanya dianggap sebagai kakak beradik semata.

Ketakutan yang sempat muncul hilang, ada kelegaan saat Taksa merubah ekspresi wajahnya. "Ada. Kenapa? Bahkan aku sudah bercerita banyak tentangmu padanya. Besok mungkin dia ikut menjemputmu."

"Apa dia tidak marah jika Kakak menemaniku di sini dan memberi perhatian lebih padaku?" Aku jadi merasa tidak enakk hati dengan kekasih Kakak." Kini perasaan Citra mulai gelisah.

"Kamu tenang saja. Dia tidak akan cemburu padamu. Dia tahu bagaimana aku begitu mencintainya, seperti kata kebanyakan orang. Aku itu bucin akut padanya. Jadi untuk masalah hati, aku memang tipikal orang yang setia dan hanya satu orang saja yang menjadi ratu dihatiku, tentunya orang yang aku cintai dan mencintaiku." Senyum terukir indah di wajah Citra.

"Alhamdulillah, aku senang mendengarnya. Alangkah beruntungnya kekasih Kakak bisa mendapatkan pria sebaik dirimu, Kak." Taksa menggeleng cepat.

"Ralat, bukan dia yang beruntung mendapatkan aku. Akan tetapi, akulah yang paling beruntung bsia mendapatkan dirinya. Dan kami sudah berencana akan menikah tahun depan jika tidak ada halangan. Doakan kami ya!"

"Pasti, aku akan mendoakan Kakak dengan kekasih Kakak bisa langgeng selalu sampai kepelaminan. Mendapatkan anak cucu yang lucu dan hebat-hebat. Aku akan meminta kepada Tuhan agar kalian diberi umur yang panjang bersama istri, anak dan juga cucu."

Taksa mengacak rambut Citra gemas. Dia bahagia karena sekarang bisa mendapatkan saudara seperti Citra. Meskipun tidak kandung, tapi Taksa begitu sayang terhadapnya. Dia akan mencoba memberikan yang terbaik untuk gadis malang itu. Ya, dia akan membuat Saka mencintai Citra dan mau menikah dengan Citra.