Chereads / Menikahi Tuan Muda angkuh / Chapter 22 - Babak Drama

Chapter 22 - Babak Drama

"Damn it! Sampai kapan pesawatnya akan lepas landas!"

Adinata mengurut kesal sudah berjam-jam pria itu berada di ruang tunggu, pesawat yang seharusnya hari ini tiba di bandara soekarno hatta justru terhalang karena cuaca buruk yang tiba-tiba saja melanda tak memungkin pesawat melakukan penerbangan

"Sampai kapan aku terkurung di sini pasti wanita itu sedang bersenang-senang tidak melihatku memberi hukuman."

Adinata membuka tirai jendela yang langsung dihadapkan pemandangan ibu kota. Cuaca buruk membuat pemandangan sedikit buram ia lalu melemparkan ponselnya di atas kasur lelaki itu mengusap gusar wajahnya harusnya hari ini ia sudah sampai di bandara Indonesia.

Mengapa pikirannya tak sesingkron dulu membiarkan Nayla tetap di indonesia untuk menjaga Elis takut wanita itu kenapa-kenapa.

Adinata melakukan perjalan selama beberapa hari untuk tujuan bisnis ditemani dua sekretaris yanga berada di ruangan berbeda

Adinata mengoceh tak jelas detik berikutnya ponselnya bergetar sambungan telpon akhirnya terhubung

"Ya halo Nayla."

"...."

"Segera telusuri jangan sampai dia melakukannya."

***

Hujan yang cukup lebat tidak memungkin untuk melakukan rencana yang disusun akan dinner di tepi pantai cuaca buruk mengalihkan rencana keduanya.

"Yuhu Kinan!"

"Itu suara Leni, aduh kenapa dia datang nggak tepat waktu sih." Elis bergegas membereskan beberapa peralatan

Matanya melotot tat kalah ketika kertas yang berisi rencananya dengan Marar berada di atas sofa, sementara Leni yang berada di ambang pintu. Astaga dengan bergegas Elis langsung duduk diatas sofa guna menutupi kertas itu

"Kinan! Kamu disitu rupanya aku sampai muter-muter nyariin kamu."

Leni memang di undang langsung oleh Nayla. Leni yang awalnya ragu untuk bertemu dengan Elis bukan karena ia membenci keputusan sahabatnya

"Nih aku bawain buah-buahan untung aja pas nyampe hujannya juga turun."

Elis tersenyum canggung sekaligus was-was kertas itu ia duduki.

Leni duduk di samping Elis matanya menatap takjub sofanya saja terasa berbeda dengan di kontrakannya.

"Len kamu nggak mau minum dulu gitu apa kek," tawar Elis duduknya gelisah

Leni mengeleng pelan ia masih betah dan ingin berbicara dengsn Elis

"Aku sudah minum tadi lagi btw suamimu kemana?" tanya Leni tak melihat tanda-tanda kemunculan Adinata padahal ini hari minggu biasanya kantor akan libur

"Oh itu katanya masih diperjalanan eh Len, kita ke belakang yuk aku pengen buat kue kering sama kamu udah lama kita nggak buat."

"Asik! Iya aku juga jadi rindu buatan kue dari tanganmu."

Saat itu Leni sudah bergegas duluan ke dapur

Elis mengambil kertas tersebut lalu dibuangnya ke bagian bawah sofa

***

Di perjalanan Mawar mengerutu kesal sebab tak ada tanda-tanda gadis kampungan itu akan datang.

"Sampai dia melupakan janjianya awas saja!"

Hujan semakin lebat diluar sana laju mobil perlahan ditepikan cuaca buruk membuat kabut semakin lebat jarak pandang pun juga pendek.

Mawar ingin menelpon seseorang namun tiba-tiba saja dari belakang mobil yang melaju menabrak punggung mobilnya

Elis tersenyum canggung sekaligus was-was kertas itu ia duduki.

Leni duduk di samping Elis matanya menatap takjub sofanya saja terasa berbeda dengan di kontrakannya.

"Len kamu nggak mau minum dulu gitu apa kek," tawar Elis duduknya gelisah

Leni menggeleng pelan ia masih betah dan ingin berbicara dengsn Elis

"Aku sudah minum tadi lagi btw suamimu kemana?" tanya Leni tak melihat tanda-tanda kemunculan Adinata padahal ini hari minggu biasanya kantor akan libur

"Oh itu katanya masih diperjalanan eh Len, kita kebalakng yuk aku pengen buat kue kering sama kamu udah lama kita nggak buat."

"Asik! Iya aku juga jadi rindu buatan kue dari tanganmu."

Saat itu Leni sudah bergegas duluan kedapur

Elis mengambil kertas tersebut lalu dibuangnya ke bagian bawah sofa

***

Di perjalanan Mawar mengerutu kesal sebab tak ada tanda-tanda gadis kampungan itu akan datang.

"Sampai dia melupakan janjianya awas saja!"

Hujan semakin lebat diluar sana laju mobil perlahan ditepikan cuaca buruk membuat kabut semakin lebat jarak pandang pun juga pendek.

Mawar ingin menelpon seseorang namun tiba-tiba saja dari belakang mobil yang melaju menabrak punggung mobilnya

"Shit! Siapai sih!" Dengan marah Mawar menoleh kebalakang sang pemilik mobil juga tak keluar dsri dalam mobilnya Mawar meraih payung lipat lalu keluar

"Hey berhati-hati kalau bawa mobil jangat mengebut cepat keluar kau!"

Jendela mobil itu pelan-pelan terbuka menampakkan seorang wanita

"Sory nggak sengaja," ucapnya dengan nada malas

"Siapa.gadis ini? Sepertinya wajahnya tak asing," gumam Mawar pelan wajah gadis ini tak asing

"Apa? Nih kerugiannya aku bayar." Wanita dengan sombong tak mau meminta maaf mengeluarkan beberapa lembar uang

"Siapa namamu?" tanya Mawar mencondongkan wajahnya ke depan karena diluar hujan lebat

"Kenapa.ngefans ya?" Wanita itu menyombongkan diri lagi

"Aku tanya siapa namamu."

Dengan gaya kasual.gadis itu memutar bola matanya malas, "Selina."

"Apa.kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Siapa elo?" tanya Selina balik, dengan wanita ini memang cukup cantik sepertinya berasal dari orang kaya namun Selina yang kesal tak mengubris itu

"Kenalkan namaku Mawar kita bisa berbicara sebentar bisa buka pintunya?"

Memori ingatan maqar kembali saat pernikahan Adinata dan Elis gadis yang mengaku bernama Selina itu wajahnya tak asing pernah ia lihat gadis itu berada di samping orang tua Elis.

"Cepat katakan mau minta tebusan berapa sih membuang waktu saja."

Mawar tersenyum miring melihat gaya gadis itu berbicara sangat meninggikan dirinya padahal ia tak tahu berhadapan dengan siapa.

"Kenalin namaku Mawar, salah-satu teman Elis."

Selina menatap uluran tangan Mawar lalu kemudian ia ber 'oh' ria

Mawar mengangkat sebelah alisnya sepertinya ada yang salah dengan cara perkenalan awal

"Udah itu aja? Kesini cuman.mau kenalan bahwa kamu temannya pembawa sial itu."

"Maksdumu apa?" tanya Mawar penasaran

Selina tertawa sinis, "Mending nggak usah deh dekat-dekat dengan dia, orangnya cuman bisa nyusahin!. Yah, kita emangsatu atap.sih tapi nggak sudi nyebut dia."

Mawar bertanya-tanya dalam.hatinya memgapa.gadis dihadapannya begitu jengkel ketika menyebutkan nama Elis apa.ada hubungan diantara mereka.

"Saudaramu?" tebak Mawar

Tepat sekali Selina kemudian mengangguk.dengan malas, "Udahlah kalau mau bahasdia mending keluar dari amobilku!"

Mawartersenyum penuh jenaka akhirnya ia bisa menemukan orang yang tepat sepertinya memilki tujuan yang sama.

"Tenang saja aku tak akan menbahasnaya lagi aku netral.tak ada di pihak manapun oh ya sebagai bentuk perkenalan, bagaimana kalau aku mengajakmu belanja?"

Selina awalnya menolak namun mendengar ajakan shopping tentu Selina sangat menyukai itu apalagi gadis yang tadi mau menbayarkan apapun yang dimintanya.

"Okey aku terima."

Dalam hati Mawar tertawa penuh kemenangan satu langkah akan membawa gadis kampungan itu enyah dari kehidupan Adinata, gadis yang berpenampilan mata duitan ini sangat mudah ia bujuk baiklah permainan awal akan di mulai ia akan mendekati perlahan-lahan adik Elis.

"Oh ya boleh aku minta nomor telponmu?"

Selina yang sudah termakan bujukan Mawar akhirnya memberikan nomor ponselnya di sela Selina mengetik, otak Mawar bekerja mencari ide yang bagus untuk memulai permainan

***

"Dah bay-bay Kinan, thanks hari ini waktunya." Leni menenteng dua kantong kresek kue kering yang dibuat bersama Elis tadi rasanya sangat senang menghabiskan waktu bersama

"Hati-hati di jalan Len!"

"Iya, iya, bawel."

Mobil itu keluar dari pekarangan Elis menarik napasnya pelan akhirnya masalah dengan Leni selesai.

"Ah akhirnya hujan juga sudah reda." Elis bergegas untuk ruang tamu mencari selembar kertas tadi yang dibuang ke bawah sofa

"Aku harus menemui Mawar pasti dia menunggu."

"Nona, apa anda bisa membantu saya?"

Saat elis membungkuk mengambil kertas dibawah sofa itu Dayana datang wajahnya pucat sesekali terbatuk

"Dayana, astaga ada apa denganmu duduk." Elis menaruh tangannya di dahi Dayana

"Panas sejak kapan kau demam begini."

"Ohok ... ohok, sejak tadi.

Nona, tubuh saya tak tahan dengan cuaca dingin."

"Kau tetap di sini pelayan yang lain kemana?"

"Mereka berada di rumah belakang, Nona, maaf merepotkan."