Ruko yang kini di tempat Elis sebagai pusat kantor bekerja sudah jauh lebih baik dari sebelummya
Setumpuk buku dengan judul.yang berbeda berwana kekuningan sudah lama sekali tak membereskan
Elis menaruh wajahnya di atas tumpukan buku beberapa buku yang sudah terbuka halamannya gadis itu masih belum mau beranjak.
"Kinan katakan sebenarnya siapa lelaki tadi?" tanya Leni meminta penjelasan lelahnya ia sampai ke danau hanya demi mencari Elis mana tidak menelpon lagi saat ia sudah sampai di tepian danau melihat seseorang pria berjas putih. Leni mengeraskan pegangan kertas ingin sekali menimpuk wajah Elis selalu saja Leni berdoa agar di pertemukan pangeran tampan yang mirip-mirip dalam layar kaca aktris dari negara empat musim.
"Apaan sih Len, aku nggak kenal dia loh sama sekali suer." Elis menjetikan jari membentuk huruf v
Leni mendesah kesal ,"Huff pasti sengaja kana biar aku selalu Jomlo katakan deh pasti pria tadi kamu kenal nggak kasihan apa pada temanmu ini."
Mulai lagi Elis tak tahu siapa pria tadi dan mengapa Leni begitu cepat sekali jatuh hati ketika melihat pria ya Dr, Gavin yang Elis hanya lihat dari papan nama itu.
"Buatkan aku kopi deh." Elis menutup buku yang tebal berjilit-jilit
Leni berdecak, "Aku nggak mau sebelum kenalin siapa dia."
"Astaga Len, serius aku nggak kenal, kita saja ketemu pas di danau itu saja kok."
Leni berdecak berkaca pinggang
"Terserah kamu saja deh mau percaya atau nggak, Len, dia orang pekerja dari tadi belum datang." saat Elis ingin melongos pergi ke dapur membuat secangkir kopi akan menghilangkan penatnya meja komputer yang masih belum menyala padahal jam sudah pukul 10.00 harusnya orang yang bekerja akan datang jam 08.00
"Resign gara-gara gaji diberikan kecil pindah tempat kerja kali "
Elis memijat pangkalan hidngnya, "Huff kita memang butuh banyak dana, kan aku Len membawamu karier yang nggak jelas begini," tutur Elis menyesal harusnya sejak awal memberhentikan operasi ruko ini belum lagi sewa tiap bulannya.
Leni menepuk bahu Elis pelan. "Kita kan sama-sama yang rintis lagian kita sudah berjanji akan melewatinya bersama."
"Tapi Len bulan ini ..." ucap Elis terpotong
"Aku mengerti orang tuaku juga sedang di luar negeri mereka mah sebodoh amat sekarang."
Hati Elis tertusuk ribuan jarum tak kasat ia tahu Leni juga sedang apalagi saat ia tetap kekeh akan merintis usaha bersama. Elis yang belum tahu hasil kedepannya bagaimana membawa Leni untuk ikut bersama
"Kita bisa menghematkan, Kinan."
"Maafkan aku Len."
Leni tersenyum ada perasaan menyesal tak mendengarkan kata orang tuanya untuk Ikut. Meninggalkan ruko kecil satu-satunya tumpuan harapan keras kepala Leni mau bagaimana lagi ini pilihannya Leni akan tetap menjalankan bersama Kinanti
"Gimana kontrak naskah kita Len?" tanya Elisa minggu ini ia mengirimkan sampel naskah
Leni mengedikkan bahunya. "Belum ada kabar email pun tak ada yang masuk."
Elis kembali ke dapur membuat secangkir kopi saat ia membuka lemari tempat biasa bumbu dan bahan masakan tersimpan kini stoknya sisa sedikit. Elis menghela napas kemudian gadis itu berjalan mendekati kompor tabung gas
"Yahh sisa dikit lagi gimana caranya bertahan ini."
Leni menghampiri Elis yang kesusahan
"Dari kemarin uang kita nggak cukup kalau beli tabung harganya makin naik saja. "
"Yasudah deh."
"Kinan! Kinan!" ucap Leni heboh memgscrol layar di komputer.
"Balik sini cepat cek IG gih!"
Elis mengerenyitkan dahi gadis itu masih memakai heandset mendengarkan lagu suara Leni tak terdengar.
Leni menarik ujung heandset yang terpasang cantik di telinga Elis
"Ih Len kamu kenapa lepas aku lagi dengar lagu nggak bisa konsen nih."
"Ada ... ada yang lebih penting kamu cek IG sekarang."
Elis mengembuskan napasnya lalu kemudian menaruh kembali heandset itu masih dengan wajah yang santai.
Sementara Leni berseru senang gadis itu terus mengscrol layar matanya tak berpaling sedikitpun
Sebuah aplikasi yang hampir seluruh dunia tahu dan tiap orang miliki. Elis mengklik menunggu gambar apa yang di maksud Leni
"Selamat kepada duo atas pencapaian naskah terpilih dalam lima besar." Elis membacanya suara gadis itu santai
"Oh lima besar," ucapnya santai detik kemudian ia terlonjak kaget mengulangi kembali apa tak salah atau hanya mimpi.
Leni sumringan deratan gigi putihnya "Kita masuk lima besar, Kinan!"
Keduanya berseru senang Leni memeluk Elis kedua gadis itu seperti teletapis yang saling berpelukan Leni menangis haru selama ini mereka mengira tak akan pernah menduduk peringkat
"Na ... nama kita."
Leni mengangguk, "Iya itu nama dan karya kita kita menang."
"Akhirnya kita bisa bayar separuh cicilan dan uang ini. Tapi tunggu sebentar bukannya kemarin karya kita nggak ada masuk rank ya kok sekarang ...." Elis berkata bingung saat kemarin tak ada satu editor yang melirik karya mereka untuk dipromosikan namun sekarang tiba-tiba berada di rank lima besar keajaiban yang luar biasa bahkan pembaca mereka saja tergolong masih hitungan jari.
"Itu namanya rejeki kita besok kita harus temui kantornya katamya mau memberi hadiah." Leni begitu senang gadis itu menangis haru perjuangannya selama ini dan keras kepalanya akhirnya membuahkan hasil
***
Demi merayakan kemenangan yang baru saja dicapai kedua gadis itu memilih makan di luar.
Elis masih tak percaya semuaya namun terjadi di depan mata besok kebetulan ada perayaan perusahaan dari aplikasi yang kebetulan tak jauh dari kota ini.
Elis mengetik beberapa pesan pada Nayla sebelum berangkat ia sudah bilang akan pergi keluar bersama temannya Leni untuk makan sebentar saja atau kalau tidak Adinata akan marah lagi.
"Kamu mau habisin semua nih, Len?" tanya Elis, piring sudah beberapa ada di meja mereka bahkan bertambah lagi
Leni menyeruput minumannya, "Iyalah sebagai bentuk pencapaian luar biasa kita masa nggak di rayain lagian bukan cuman aku yang makan kan kamu juga."
"Iya tapikan mana bisa aku habisin ini." Elis menganga melihat mangkok yang berisi kuah
"Kan kita, yang habisin tenang saja. Aku kuat habisin sih, makasih Mbak!" Leni tersenyum lebar ketika pesannya datang semua
"Udah jangan dipikiran ini aku yang bayar santai aja kenyangan tuh perut " ujar Leni santai menepuk pundak sahabatnya yang masih tak percaya kalau rejeki tak akan kemana itu kata Leni.
"Tapikan coba deh tanya pihak sana apa salah posting atau gimana." Elis rasa mana mungkin karya yang tak seberapa itu bisa menang ditambah lagi tak pernah terlihat hilal akan ada yang menawari promosi
"Sayangku Kinan.yang super overthinking ini mungkin sudah menjadi rejeki kita nggak usah deh pikirin lagi mending kamu makan, nih." Leni menyuap satu sendok makanan pembuka.
"Iya tapikan ...." Elis berkata lalu suapan itu masuk ke mulutnya.
"Jangan dipikirin lagi makan yang banyak kamu kurus banget."