Aaron yang sudah khawatir dengan keadaan Savita itu makin panik. Jantungpun berdegup kencang. perasaannya tidak karuan.
Aaron memegang pundak Mama Savita. Agak sedikit memaksa di sini, memaksa agar Mama Savita itu bicara sambil menatapnya.
"Tante, katakan! Ada apa dengan Savita? Kenapa?"
Mama Savita masih larut dalam sedihnya untuk sesaat. Ia lalu berubah, seperti menyiapkan mental untuk mengungkap pada Aaron.
"Savita, Aaron. Dia sama sekali tidak keluar kamar. Kamarnya bahkan dikunci, dan tidak ada jawaban saat kami ketuk pintunya berulang kali."
"Ya, Nak. Ini kami berencana untuk mendobrak pintunya."
Aaron memegang dahinya. Ia bisa rasa kekhawatiran yang sedang menimpa keluarga besar. Sesaat Aaron berpikir tentang jalan keluar yang sebaiknya dilakukan.
"Jangan, Om! Jangan didobrak! Kita akan coba bicara lagi pada Savita. Aaron minta izin, ya."
"Ya, silakan."
"Syukurlah ada kamu, Aaron."