Bibi melenggang meninggalkan semua orang. Ia pergi ke arah dapur, tidak lama kemudian baru kembali dengan secangkir teh khas India di tangannya. Sudah jelas itu untuk satu-satunya tamu di rumah.
"Ini. Silakan, Aaron. Maaf hanya ada ini. Kami semua tidak sempat membuat apapun, karena sibuk dengan Savita."
Aaron tersenyum. Senyum itu amat menenangkan Bibi yang khawatir disebut memberikan suguhan kurang pantas.
"Tidak apa-apa, Tante. Harusnya saya yang mengucapkan terima kasih, karena tante masih sempat-sempatnya membuat minuman, padahal sedang repot dengan kondisi Savita."
"Ini bukan apa-apa. Ayo, diminum."
"Ya."
Aaron meneguk sedikit teh setelah meniup-niupnya. Ia lalu meletakkan lagi teh di tempat semula.
Semua orang tenggelam dalam pikiran mereka yang khawatir. Jadi, untuk beberapa saat lamanya, tidak ada percakapan yang tercipta. Ya, sampai Papa Savita melirik Aaron dan siap mengatakan sesuatu padanya.