"Baiklah. Sungguh, ya, Tante. Nanti kabari Aaron segera."
"Ya. Pasti."
Aaron bangkit dari duduknya. Ternyata ini bersamaan dengan terdengarnya suara Savita dari dalam kamar yang hanya ditutup setengahnya.
"Ma ...."
Ya, itu 1 kata singkat yang keluar dari mulut Savita dan terdengar lemah. Benar, sedewasa apapun Savita, saat di titik rendah, ia akan tetap menyebut Mamanya. Maklum, belum menikah juga.
Langsung saja, 2 orang yang sedang menunggu di ruang tengah itu segera masuk kamar. Mereka sama-sama tergopoh-gopoh.
Sampai kamar, keduanya bisa lihat Savita yang tengah berusaha mengambil air minum. Rupanya Mama kalah cepat, sebab Aaronlah yang berhasil membantu Savita.
Aaron bersikap sangat sabar. Ia tidak mengeluh saat Savita perlu waktu lebih banyak untuk bisa memasukkan cairan ke dalam tubuhnya. Tentu saja Mama menyaksikan ini sebagai pemandangan yang menyejukkan.
"Sudah?"