Itu menjadi sebuah senja yang memilukan.
Dengan cahara remang-remang yang menembus dari balik jendela, Dara menghabiskan menit demi menit menangis tanpa suara. Sampai perlahan hari menggelap, dan ruangan tempat mereka berdua berada tidak memiliki apapaun sebagai sumber cahaya.
Nata masih bisa melihat wajah Dara meski mereka diselimuti gulita sekalipun. Nata juga bisa mendengar tiap tarikan napas Dara dengan jelas. Apalagi saat gadis itu menarik napa dalam-dalam saat mencoba untuk menangkan diri agar berhenti menangis secepatnya.
Nata pun bangkit dan meraba-raba dinding, mencari sakelar. Kemudia ruangan mencari benderang begitu lampu sudha dinyalakan.
Dara yang masih duduk di sofa segera menyembunyikan wajah di balik helai-helai rambut yan berjatuhan saat dia menunduk. Dia mengusap wajahnya yang basaha karena air mata.