VIAN: Memaksa Risa
Seperti biasa malam-malam ku selalu berjalan dengan kesepian. Sungguh sunyi dan sepi sekali yang ku rasakan. Namun hati ku ini jauh lebih sepi ketimbang keadaan di apartemen tuan Dani ini.
Jujur, aku sangat merindukan Niar. Makin hari rasanya aku makin ingin lekas pulang. Makin ingin aku bertemu dengannya. Walau sempat aku memimpikannya dalam beberapa kali. Tapi seperti yang aku katakan, menemuinya dalam mimpi hanya semakin membuatku merindukannya.
"Sedang apa dirimu, Sayang ku. Masuk apa hari ini? Bagaimana di IGD? Masihkah dirimu dirundung duka? Bagaimana aku bisa memberitahu mu bahwa aku baik-baik saja? Niar! Aku sangat merindukanmu"
Wal hasil malam ini aku mengambil sebuah pena dan selembar kertas. Ku dapatkan dari meminta pada bik Sana beberapa waktu yang lalu. Pada selembar kertas itu lah ku tuliskan nama Niar. Seolah aku sedang mengukir namanya dengan pena ini. Seperti aku hendak meluapkan semua rasa rindu dan sayangku padanya.