SERIBU TAHUN KEMUDIAN
Salju telah berhenti turun, sekarang adalah musim semi pertama yang hadir di tahun itu.
Seorang gadis manis yang masih menutup kelopak matanya, perlahan membuka hari dengan tangisan yang membuatnya sakit hati.
Dia perlahan bangkit dan duduk di atas kasur sambil memegang bantal yang penuh dengan air matanya kala itu. Dia kemudian menangis dengan histeris, seakan-akan ada sesuatu yang dia lupakan. Tapi apa? Apa? Apa? Dia berpikir beribu kali saat dia bangun dengan mimpi yang sama setiap malamnya.
Mimpi yang membuat dia merasa sakit di sekujur tubuhnya, mimpi yang membuat dia seakan gila.
"Rea, lagi-lagi kau menangis setelah bangun tidur? Oh astaga, anak bunda," kata Bunda Rea yang kala itu baru saja selesai memasak untuknya.
Hatinya sakit, sakit, dadanya sesak. "Oh astaga, lagi-lagi aku memimpikan hal yang sama. Kenapa? Ada apa dengan hidupku ini? Apakah ini gejala sakit jiwa? Sial! Sebaiknya aku turun dan mandi."