Chereads / Surga Mimpi / Chapter 3 - Apa Itu Surga Mimpi?

Chapter 3 - Apa Itu Surga Mimpi?

Berisik.

Aku membuka mata dengan sedikit terkejut. Yang pertama menjadi perhatian adalah kebisingan di sekitar. Tempat ini ... ramai.

Hm?

Bagaimana aku bisa sampai di sini?

Ah, tunggu! Sepertinya aku ingat!

Kalau tidak salah, aku sedang bermimpi dan entah bagaimana ibu datang lalu berusaha membunuhku. Tidak tahu darimana datangnya bola api besar menghantam dari atas kepala.

Apakah aku terbangun?

Aku mengecek sekeliling. Ini bukan kamarku! Di sini aku berdiri di depan sebuah pagar yang terbentang panjang, ada halaman yang luas mirip dengan tempat yang kuimajinasi sebelumnya, dan di dalamnya ada beberapa bangunan besar menjulang. Di mana aku? Aku jelas tidak mengetahui tempat ini!

Mempertajam penglihatan, aku menyadari langit berwarna-warni seperti pelangi. Bentuknya mirip seperti di buku mata pelajaran Astronomi. Aurora?

Hey, mana mungkin aku melihat fenomena alam seperti itu! Aurora dikatakan ada di wilayah dingin. Jadi, apakah aku masih di dunia mimpi?

Aku mencoba mengetes dengan tiga cara tadi. Hasilnya aku tidak bisa bernapas saat hidungku tertutup, jari-jariku normal, dan anehnya jam tanganku mendadak hilang.

Wah, wah, kondisi apa ini? Apakah ini bagian dari Lucid Dream? Ini berbeda dari apa yang kubaca ... atau sebenarnya aku tidak mengetahui banyak.

Anehnya aku sangat tenang walaupun penuh kebingungan.

"Ini di mana sih? Perasaan gue mau ke rumah kok malah ada di sini?" Aku menoleh ke samping untuk melihat seorang gadis yang sedang menggerutu.

Hm, apa dia juga sama bingungnya dengan aku? Di sini memang banyak orang ... eh, apa ini hanya orang-orang buatan di alam mimpi? Semacam NPC? Lalu gadis itu ....

"Kak Arga!" Aku masih sibuk memahami keadaan sekitar sebelum sebuah suara menyita perhatianku. Sebelum bereaksi, aku merasakan seseorang menubrukkan tubuhnya.

Orang yang aku kenal.

"Nata?"

"Iya, ini Nata! Nata senang Kak arga ada di sini juga." Nata menjawab sambil tersenyum, tetapi ia tampak agak sedih.

"Tempat apa ini? Perasaan tadi aku sedang mimpi, tapi tau-taunya ada di sini. Ini bukan dunia mimpi, 'kan? Mana mungkin ada orang lain yang bisa menyelinap masuk ke mimpi orang lain. Eh, atau ini cuma khayalan bukan Nata sungguhan?" Spontan aku menumpahkan rasa penasaranku. Ini karena Nata adalah orang yang aku kenal, jadi aku merasa bebas.

"Nata juga kayaknya mau pergi tidur, tapi gak tau kenapa bisa ada di tempat ini."

Jadi, dia sungguhan dan tidak tahu juga?

Hmm ....

"Ya ampun, gimana bisa gue ada di sini?"

"Benar! Tapi untung ada lo, Ka."

"Kalian juga? Btw, salam kenal. Gue Vanessa."

"Citra. Ya, ini tempat apa sih?"

"Uh, perasaan gue lagi enak-enaknya mimpi."

"LD? Tapi kok gini?"

Yang di sini bukan aku dan Nata saja. Entah mereka orang sungguhan atau sekadar NPC di sini, tapi sepertinya mereka sama seperti kami kalau dinilai dari percakapan mereka.

Menjadi introvert bukan berarti kami diam tanpa tahu apa-apa, tapi kami juga menggunakan diam sebagai pengamat dan pendengar yang bagus.

Aku tidak perlu bertanya pada mereka. Sudah bisa dilihat kalau mereka juga tidak akan bisa menjawab pertanyaanku.

Saat-saat kebingungan inilah, sebuah suara mengejutkan kami semua. Di depan kami muncul sebuah layar yang cukup luas, sanggup menampung pandangan dari sudut pandang mana pun.

Layar itu memunculkan seorang gadis kecil dengan pakaiannya yang agak ... aneh? Lupakan tentang pakaiannya, yang lebih penting siapa dia dan apa urusannya.

<>

<>

"Hah? Dewi? Jangan konyol! Gue gak percaya ini!"

"Tapi tempatnya memang aneh."

"Hmm ... gue ngerasa sebelumnya emang lagi tidur sih."

"Pertanyaan-pertanyaan kalian bisa disimpan nanti, yah. Kalian hanya harus mengikuti aturan dan nantinya kalian akan paham sendiri. Kalian punya ponsel masing-masing. Jika ada yang ingin ditanyakan, pencet saja tombol micropon. Oke?"

Layarnya mati.

Seketika suasana menjadi ricuh. Ada yang masih bertanya-tanya, ada yang langsung percaya, bersemangat, dan menyangkal. Mendengar semuanya, mendadak aku merasa mual.

Jadi, aku menarik tangan Nata pergi sedikit lebih jauh dari mereka.

Aku tidak tahu termasuk yang mana. Memang benar aku dan Nata sedang tidur saat itu dan berniat melakukan Lucid Dream. Tapi dengar-dengar yang lain tidak merasa begitu.

"Menurut Nata nih, yah, Nata percaya aja. Kalau pun yang lain bilangnya enggak lagi tidur, bisa aja mereka gak inget lagi tidur. Normalnya, kan, kita juga gak sadar habis tidur atau mimpi."

Penilaian Nata juga benar sih. Hmm ... jadi bagaimana kami harus menanggapinya, yah?

Penjelasannya terlalu singkat dan ambigu. Orang yang mengaku Dewi atau apalah itu bilang kami punya ponsel. Meraba saku celana dan baju, ternyata memang benar ada ponsel.

"Oh, HP, yah? Hmm ... ah, Nata juga punya."

Ponsel ini seperti ponsel biasa saja. Tapi ini jelas bukan ponsel asli kami.

Ketika kami memegangnya, layar ponsel itu mendadak hidup. Agak sedikit mengejutkan dan yang muncul adalah orang yang sama muncul sebelumnya.

"Pertama-tama, tolong isi data identitas kalian, yah"

Kemudian muncul layar putih mirip dengan kertas identitas yang meminta keterangan nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dll.

Aku masih bingung, tapi aku akan mengisinya.

"  Nama: Arga Salatio

Tanggal lahir: 07 April 2006

Zodiak: Aries

Jenis kelamin: Laki-laki

Status: Pelajar

Usia: 15 tahun

Apakah sudah benar YA/TIDAK?"

Kutekan tombol YA dan konfirmasi berhasil. Selanjutnya masih ada lagi.

"Kalian bisa pilih tiga permintaan. Bebas, kalian bebas minta apa saja. Tapi kalau mintanya ke luar dari tempat ini, aku enggak bakal kabulin, yah."

"Hei, Kak Arga. Ini seru enggak sih? Kira-kira apa yang harus kita minta?" Nata sepertinya bersemangat dan bersenang-senang. Mungkin aku juga harus menirunya.

"Hmm ... aku tidak tahu. Nata emangnya mau minta apa?"

"Benar juga. Apa, yah? Kita harus pikirin mateng-mateng. Ah, Kak Arga jangan sampe kepikiran pengen ngeharem-harem itu, kan, yah?"

"Hahaha ... enggak, aku enggak sampe mikir ke sana kok."

"Kali aja kek cowok-cowok di anime isekai yang ujung-ujungnya malah ngeharem."

Daripada minta dikelilingi banyak cewek, lebih baik aku minta untuk terus bersama Nata seperti saat ini. Aku tidak tertarik pada wanita lain. Hanya Nata, itu sudah cukup.

Sebelum itu, aku sebenarnya punya pertanyaan. Katanya jika kami punya hal yang ingin ditanyakan, klik ikon micropon di ponsel ini. Saat aku mencarinya, aku langsung menemuinya ada di ujung kanan ponsel. Kutekan ikon itu dan muncul lagi Dewi itu.

"Jadi, mau tanya apa?"

Mirip Video Call- kah?

"Aku mau tanya. Seberapa luas tempat ini yang kamu sebutkan Surga Mimpi?"

Ada alasan mengapa aku bertanya sebelum membuat permintaan. Itu juga nantinya akan berhubungan dengan permintaanku.

Katanya ini alam bawah sadar. Apakah tanpa ujung atau ada batasannya seperti bumi?

"Pertanyaan yang bagus. Jawabannya adalah ... tidak terbatas. Karena itu, kalau kalian terpisah dengan teman kalian, kecil kemungkinan bertemu lagi lho."

"Ah, itu bahaya. Nata enggak mau sampe kepisah sama Kak Arga. Gimana kalau kita minta buat tidak terpisahkan? Itu ide yang bagus, 'kan?"

Nata selalu saja membuatku suka padanya. Apapun yang dikatakannya, apapun yang dilakukannya, dia bagai magnet yang membuatku terus tertarik ke arahnya. Dan magnet itu seolah-olah tak mengizinkanku terlepas.

Aku mencoba biasa saja, tapi sejujurnya jantung ini berdetak agak cepat dari biasanya. Tidak mungkin menunjukkan perasaan secara terang-terangan.

Aku juga tidak akan mau terpisah dengan Nata. Meskipun kami bisa bersenang-senang di sini, itu tak ada gunanya jika tidak ada Nata yang biasanya selalu ada di sampingku. Nata adalah sumber kebahagian, cahaya kehidupanku. Aku akan buta tanpanya.

"Huum ... aku juga enggak mau pisah dengan Nata."

Dengan itu, kami sepakat mengisi kolom pertama di bagian permintaan. Selanjutnya apa yang harus kami minta lagi?

Sejujurnya, aku tidak terbiasa dengan situasi seperti. Berharap, meminta untuk dikabulkan karena biasanya hanya kekecawaan yang didapat. Mungkin kali ini berbeda. Namun, tetap saja. Aku tidak tahu apa lagi yang harus kupinta.

"Terus Nata mau apalagi?"

"Apa, yah? Nata enggak tahu nih. Kak Arga?"

Aku menggeleng.

"Gimana buat sisanya kita pikirkan nanti aja? Lihat! Ada ikon pemilihan skill juga." Aku menunjukkannya pada Nata.

Nata tambah bersemangat. Dia sudah meloncat-loncat dengan senyum lebar dan mata berbinarnya.

"Woaaahh ... benar-benar kayak kek di anime-anime. Kalau gitu, kira-kira skill apa, yah, yang bagus?"

Ketika kami mengklik ikon pemilihan skill, muncul deretan yang tampaknya itu skill-skill yang bisa kami pilih. Itu sangat banyak sampai rasanya tanganku tak sanggup menarikulur layar. Tapi yang terbuka hanya level 1, selebihnya dikunci. Oh, sepertinya tidak bisa sembarang memilih, yah? Harus tergantung levelnya.

Sepertinya aku maupun Nata masih di level satu karena yang bisa diklik benar-benar cuma level satu.

Ini keputusan yang sulit. Semuanya tampak menarik dan kami hanya bisa memilih dua saja.

Jenis skillnya tergolong menjadi dua. Dari segi kekuatan dan kecerdasan  Misalnya skill yang bernama Strengthening. Ini semacam peningkatan kekuatan tubuh, mungkin. Tidak ada deskripsi, hanya terjemahan. Contoh skill di bidang kecerdasan seperti skill Matematich. Apakah dengan memiliki skill itu aku yang bodoh matematika ini mendadak pintar matematika? Konyol juga.

Ada yang nama skillnya NPC Buyer. Membaca keterangan, itu adalah jenis skill di mana bisa membeli orang-orang yang diciptakan di dunia ini. Bisa dijadikan untuk teman, bawahan, atau apapun. Semakin berguna jenis NPC-nya, semakin tinggi harganya dan untuk membeli tiap NPC dipotong dari poin.

Tidak semudah itu juga. Masing-masing punya karakter sendiri dan biasanya masih ada tahapan-tahapan lain untuk benar-benar bisa membeli mereka. Katanya, apa yang harus dilakukan akan dikatakan sendiri dari mereka.

Intinya banyak skill yang menarik. Aku kesulitan memilih. Kira-kira Nata bakal pilih skill apa, yah?

"Sudah selesai. Gimana menurut, Kak Arga?" Bahkan Nata sendiri memperlihatkannya tanpa perlu aku berganya.

Skill yang dipilih Nata adalah skill Tireless. Sebanyak apapun Nata bergerak, dia tidak akan merasa lelah. Aku bertanya-tanya apakah kami di alam bawah sadar ini akan merasa kelelahan?

Tapi kalau skill seperti itu saja ada, berarti kami bisa saja kelelahan.

Skill kedua yang dipilihnya adalah Chamelion. Singkatnya ini nama hewan! Lalu apa maksudnya? Karena tidak ada penjelasan, aku hanya menduga-duga ini berhubungan dengan kemampuan bunglon yang bisa menyesesuaikan diri dengan lingkungan. Kemampuan menyamar? Entahlah, ini hanya tebakan.

Sementara Nata sudah tahu apa yang harus dia pilih, aku masih sibuk berpikir.

Ah, aku tidak tahu lagi. Jadi, aku mengklik skill Creation dan NPC Buyer.

Yang nama skillnya NPC Buyer itu sepertinya skill untuk membeli orang-orang yang diciptakan khusus di dunia ini. Namun, untuk apa aku harus membelinya? Apakah aku jenis orang yang sangat kesepian sampai perlu membeli orang untuk menjadi penawar? Entah, tapi aku punya firasat kalau skill ini bisa lebih berguna dari yang terlihat.

Setelah kami sepakat mengklik tombol oke, kali ini muncul opsi baru yaitu pemilihan senjata. Sama seperti skill tadi, level senjatanya tergantung dengan level kami sendiri.

Ada banyak jenis senjata. Mulai dari pedang, tombak, pistol, cambuk, dan masih banyak lagi.

"Uh, apa enggak ada kek sihir gitu? Nata pas Lucid Dream bisa pake kek sihir-sihir gitu."

"Ada. Kamu bisa mengklik ikon Pemandu Sihir, tapi harap pilih senjata dulu, yah."

"Oke, Nata ngerti. Kalau gitu, Nata pilih pedang aja."

"Kukira kamu akan memilih sabit."

"Anjir, nanti Nata malah kek malaikat pencabut nyawa."

Secara menakjubkan, Nata bisa bercanda dengan Dewi itu. Aku tidak akan bisa menirunya. Nata benar-benar sesuatu seolah-olah dia bisa dekat dengan semua orang.

Aku memilih pistol saja. Alasannya karena pedang dan yang lain butuh penguasaan yang lebih berat. Untuk pistol, penggunaannya simple meskipun masih butuh koordinat yang pas jika ingin mengarahkan pada target, tapi masih tidak sesulit menggunakan pedang. Aku hanya perlu menarik pelatuk dan ... DUAR! Begitulah.

Ada bermacam-macam peluru juga. Peluru perunggu, perak, emas, sihir, dan masih banyak lagi. Tapi yang bisa kugunakan hanya peluru perunggu, perak, dan sihir.

Saat aku menekan tombol selesai, muncul pembaruan status seperti ini:

Nama: Arga Salastio

Tanggal lahir: 07 April 2006

Zodiak: Aries

Jenis kelamin: Laki-laki

Status: Pelajar

Usia: 15 tahun

Level: 1

EXP: 1.000

Skill: NPC Buyer, Creation

Senjata: Pistol

Tiga permintaan:

1. Tidak terpisahkan dengan Nata.

2.

3.

"Selamat! Ah, sebelum kalian bersenang-senang, tolong tutup mata kalian."

Aku menutup mata sesuai perintah. Itu seperti sebuah sinyal untuk perjalanan baru kami.

*

TBC