Chereads / Surga Mimpi / Chapter 2 - Lucid Dream

Chapter 2 - Lucid Dream

Nata: [Masih belum berhasil, yah?]

Arga: [Belum]

Nata: [Nata udah berhasil sampe 3X lho😎. Dijamin seru bisa Duar, duar, wusss, prang]

Arga: [Iya deh]

Nata: [Tetap semangat, Kak Arga]

Kelihatannya Nata langsung berhasil pada cobaan pertama sedangkan aku sudah berjuang selama tiga hari penuh, tapi hasilnya masih nihil.

Perkembangannya ada. Tetap saja tidak berhasil pada akhirnya. Banyak step-step yang harus kulalui.

Sekarang hampir tengah malam. Mengakhiri percakapan dengan Nata, aku menaruh ponsel di atas nakas. Menarik selimut, memeluk guling dari arah kanan, dan mulai memejamkan mata.

Ritual dimulai.

...

Itu tak mudah!

Kadang-kadang beruntung secara tak sengaja mendapatkannya. Namun, jika ingin benar-benar melakukannya berarti harus melakukan pelatihan rutin.

Mula-mula aku ketiduran. Seharusnya walaupun merilekskan tubuh, intinya jangan sampai tertidur. Biasanya memiliki efek terkena Sleeping Paralyze atau paling dikenal dengan istilah ketindihan. Jangan panik! Bukan berarti diganggu setan dan ada penjelasan medisnya. Ya, memang mudah mengatakannya.

Saat aku ketindihan, aku mengalami panik yang luar biasa. Bayangkan saja bagaimana rasanya dipegang makhluk-makhluk menyeramkan. Jangankan bergerak, bersuara saja tidak mampu. Tubuhku rasanya mati rasa!

Namun, aku tidak menyerah. Aku harus terbiasa melakukan ini!

Ada juga saat berhasil melewati fase ketindihan, aku malah panik ketika sampai di fase Black Hole. Itu tempat yang benar-benar gelap! Aku seperti susah bernapas dan tidak ada pinjakan.

Terakhir kali yang menyebalkan ketika sudah berhasil melewati fase Sleeping Paralyze dan Black Hole, aku memasuki dunia mimpi sesuai imajinasi. Namun, karena terlalu menunjukkan emosi, aku terbangun.

Melelahkan.

Tapi jangan kira aku menyerah! Sedikit lagi aku bisa melakukan Lucid Dream dengan sempurna malam ini.

Aku mulai memejamkan mata sambil mengatur napas dengan ritme teratur. Perlahan, kendurkan semua otot dan jangan biarkan otak memikirkan hal keras, tetapi aku harus memikirkan sesuatu kalau tidak aku akan terlelap.

Misalnya, bayangkan sebuah tangga yang sangat tinggi dan berkelok-kelok tampak seperti tak ada ujungnya. Naik sambil tetap menjaga kesadaran.

1

2

3

4

5

...

Sejauh ini tidak ada apa-apa. Aku berhasil membayangkan tengah menaiki anak tanga tanpa batas. Sampai kapan itu berakhir tergantung dengan kesadaranku.

256

257

258

259

260

...

Kurang lebih lima menit telah berlalu. Napasku masih teratur, tubuhku juga sudah hampir rileks sepenuhnya, kelopak mata seolah-olah tidak ingin lagi terbuka, tetapi aku masih belum masuk ke tahap selanjutnya.

Aku terus menghitung

Pada menit ke sepuluh, pikiranku agak buyar. Tubuhku terasa agak aneh. Kaku, sedikit pegal ... ketika coba digerakkan, ternyata tidak bisa.

Oh, apakah aku telah memasuki fase Sleep Paralyze? Aku yakin tebakanku benar karena ini bukan pertama kalinya.

Ah, jangan terlalu senang dan panik! Ini masih permulaan. Tidak menyenangkan akan berakhir secepat ini.

Ya, aturannya jangan menggerakkan tubuh dengan paksa. Jika digerakkan dengan paksa, tubuh sedikit lebih terbebani dan cenderung terbangun. Kondisi ini ada di antara tertidur dan terbangun. Kau mungkin mengira dirimu masih terbangun, tetapi faktanya kau sudah tertidur. Hanya otak yang masih berkerja.

Satu lagi yang kusadari suasana di kamarku adalah gelap total. Hmm, mungkin ini yang terbaik. Rata-rata orang yang mengalami ketindihan melihat hal-hal menyeramkan.

Aku mencoba tak melawan, tetapi tak membiarkan tubuhku sepenuhnya rileks karena jika tidak, aku akan terlelap.

Beberapa saat berlalu. Aku mengalami hal aneh lainnya. Rasanya tubuhku kehabisan massa atau tidak ada gravitasi di sini. Singkatnya tubuhku melayang!

Sungguh, jika boleh jujur ini agak menyeramkan. Tubuh yang melayang dalam kegelapan, terombang-ambing. Mau dibawa ke mana aku?

Sepertinya aku sudah tahu. Sebelumnya fase ini sudah kulewati dan masuk ke tahap berikutnya.

***

Black Hole.

Itu adalah tempat yang sangat gelap. Tidak ada setetes cahaya pun. Aku juga tidak tahu apakah saat ini ada lantai atau tidak di bawah kaki. Aku tidak merasakan apapun.

Jika aku panik, aku bisa langsung terbangun. Salah satu hal yang perlu diingat melakukan Lucid Dream adalah jangan terlalu menampilkan emosi. Kau bisa terbangun! Tidak masalah sih, tetapi aku ingin menyelesaikannya kali ini.

Saat-saat di ruang kegelapan inilah imajinasi diperlukan. Ya, gunakan imajinasi untuk mengubah ruang kegelapan ini sesuai yang aku mau.

Aku mencoba membayangkan tempat yang sederhana. Padang rumput yang luas, banyak bunga warna-warni tumbuh di sekitar, ada satu pohon besar yang tampak mencolok, burung-burung kecil berterbangan, dan suasana yang tidak panas tidak dingin. Itu adalah fantasi sederhana!

Aku mencoba memfokuskan berimajinasi, mempertajamkan panca indra.

Hembusan angin perlahan menyapa kulit. Aroma harum juga mulai menggelitik indra penciumanku. Kicauan burung tak kalah memenuhi indra pendengaranku. Perlahan tapi pasti, pemandangan gelap gulita berangsur hilang. Setitik cahaya mulai menyebar semakin besar sampai menyilaukan.

Setelah cahaya itu lenyap, yang tersisa hanya pemandangan luar biasa di depan mataku.

Padang rumput yang sangat luas. Beberapa burung kecil berterbangan di langit. Bisa dilihat ada beberapa bunga yang tumbuh acak, tetapi indah dengan warnanya yang menarik. Ada pohon besar yang menjulang tinggi.

Persis!

Ini persis seperti imajinasiku.

Mari kita tes apakah benar-benar sudah masuk ke Lucid Dream atau belum.

Aku melihat jam yang melingkar di tanganku. Katanya waktu di dunia mimpi itu tidak pasti atau bahkan berhenti. Jadi, bisa juga dipastikan dengan memperhatikan jam. Jika jarum jam tidak bergerak atau berputar berlawanan arah, itu bisa dipastikan sedang berada di dunia mimpi.

Jam tanganku menunjukkan jarumnya yang masih terus bergerak. Namun, arahnya berlawanan arah. Sesuai yang aku baca! Tapi masih belum cukup.

Aku memencet hidung lalu mencoba bernapas. Masih bisa! Ya, jika ini dunia nyata, aku tidak bisa bernapas dalam keadaan hidung tertutup.

Terakhir mari lihat kondisi fisikku atau lebih tepatnya tangan. Hasilnya ... aku seperti seorang cacat. Jari-jariku cuma ada empat dan tampak tembus pandang.

Apa artinya?

Tidak usah ditanyakan lagi! Aku sudah berhasil melakukan Lucid Dream.

Ups, hampir saja aku kelepasan bersenang-senang. Itu tidak boleh! Emosi dilarang atau aku akan terbangun dan semuanya dimulai dari awal lagi.

***

Jadi, apa yang harus kulakukan? Di sini imajinasi adalah kekuatan utama. Andalkan kekuatan imajinasi untuk melakukan apapun yang aku mau. Namun, apalagi yang harus kulakukan?

Aku adalah pemula. Jadi, ini adalah wajar untuk termenung sebentar sambil duduk di atas rerumputan.

Ah, rasanya aku benar-benar duduk di atas rerumputan yang nyata. Teksturnya bisa dirasakan.

Saat-saat aku tengah sibuk berpikir, seseorang muncul. Wajah yang familiar, tetapi mengapa rasanya dia menatapku dengan aura pembunuh? Lalu sabit di tangannya benar-benar mengerikan.

"Ibu?"

Sejujurnya aku tidak memikirkan ibu. Namun, ini bukanlah hal aneh. Siapapun bisa menyusup ke alam mimpi seseorang entah itu orang asli atau hanya sekadar NPC di dunia ini.

Bisakah ibu dihilangkan? Aku sedang tidak ingin diganggu di alam mimpi ini. Hmm ... tapi bagaimana ya caranya menghilangkannya? Suruh dia pergi saja? Ah, mari kita coba.

"Pergi!"

Dia bergeming.

Ck, ternyata tak berhasil. Aku seorang pemula dan tidak tahu bagaimana mengusir orang yang tidak diinginkan.

"Dasar anak sialan! Matilah kau menyusul ayahmu secepatnya!"

Aku sontak meloncat. Sabit di tangan ibu tiba-tiba terlempar ke arahku. Sedikit tidak siap, tetapi aku berhasil menghindar serangan.

Ngomong-ngomong, lompatanku lebih jauh dari yang kubayangkan.

Ah, ini bukan waktunya memikirkan itu! Di depan, ibu masih menatapku dengan geram dan mengambil sabitnya kembali.

"Tunggu! Tunggu, Ibu! Apa yang ibu lakukan? Jangan menyerang, Arga!"

Seakan tidak menungguku siap, ibu terus melemparkan sabitnya, mengambil lalu melemparnya lagi dengan brutal. Itu benar-benar mengerikan, tetapi aku berhasil menghindar semua serangannya.

Aku tau ini dunia mimpi! Tapi mengapa aku harus mengalami mimpi buruk? Katanya Lucid Dream adalah tindakan menciptakan dunia mimpi sesuai keinginannya.

Aku tidak ingin ibu ada di sini sambil mengeluarkan aura permusuhan. Walaupun ini bukan dunia nyata, aku tetap masih merasakan takut.

"Aku tidak akan mengakuimu sebagai anakku! Terbakarlah kau anak sialan! Mati!"

Kemudian tiba-tiba ibu menghilang. Sebelum aku bereaksi dengan kehilangan ibu yang tiba-tiba, rasanya di atas kepalaku terasa sangat panas. Panas yang semakin mendekat. Dengan berani, aku mencoba mendongak.

B–BOLA API?!

Perubahan situasi terlalu tiba-tiba. Aku tidak bisa bereaksi dengan tepat. Bola api itu melaju kencang ke arahku. Cahayanya semakin menyilau dan ....

*

TBC