Chapter 35 - Taruhan

Mata gadis itu memancarkan ejekan. 

"Oh, jadi bagaimana aku harus melakukannya?"

Lu Boran tentu saja mengambil kesempatan untuk meminta nasihat adiknya. Dia ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan adik perempuannya!

"Seperti ini akan mubazir jika kita membuangnya. Kepala, organ dalam, dan bahkan tulangnya juga sangat bergizi."

Dia pernah ada di pulau terpencil, di mana sang protagonis wanita diasingkan dan hampir mati kelaparan! Dan karena itu adalah jiwanya yang bertransmigrasi, dapat dikatakan bahwa wanita yang hampir mati kelaparan itu adalah dirinya.

Saat itu, hari-hari tanpa makanan benar-benar sangat menyiksa. Bahkan tulang pun sudah sangat bagus pada waktu itu

Karena itu, bahkan jika dia tidak akan pernah mengalami penderitaan seperti itu lagi, Lu An masih enggan membuang makanan meski sedikit.

Setelah mencuci ikan yang dibuang oleh kakak tertua, Lu An mengambil pisau dan mulai memasak. Dia memukul-mukul kepala dan tulang ikan lalu menghancurkan ususnya. Untungnya aku tadi membeli banyak sayuran dengan ayah. Lu An memotong sayuran, mencampurkannya dengan ikan yang sudah diolah, dan mengaduk semuanya.Dengan cepat, bakso-bakso berbentuk bulat muncul

Bakso-bakso kecil seperti kelereng itu muncul dari tangan adiknya yang putih lembut. Lu Boran sangat terkejut melihatnya

Kenapa bahan-bahan yang tadinya terlihat jelek dan memuakkan sekarang jadi imut?

Apa ada yang berbeda dengan tangan adiknya?

Bukannya sama-sama tangan?

Setelah baksonya selesai, Lu An mengambil kentang yang dihancurkan kakaknya. Setelah dicuci, dia mengupasnya dan menaruhnya di talenan. Mengambil pisau, siap memotong kulitnya.

"Tunggu! Dik, kulitnya… apa masih mau dipakai?"

Lu Boran, si pecinta kebersihan, tidak bisa tidak menyela. Meski dia tidak mempertanyakan kemampuan masak adiknya, tapi dia meragukan dan merasa jijik dengan kulit kentang kotor itu. 

Kulit kentang itu, sangat hitam dan penuh bopeng! Jelek sekali!

Lu An mengangguk dan menjelaskan, "Meskipun ada sejumlah solanin di kulit kentang, itu bukan masalah besar jika kentangnya tidak bertunas. Nutrisi di kulit kentang lebih banyak daripada dagingnya."

"Ada yang bilang, koki hebat tidak bergantung pada sehebat apa bahan yang dia pakai. Melainkan, meski bahannya tidak bagus, dia masih bisa menggunakannya untuk membuat makanan yang lezat dan unik."

"Aku ingin menjadi koki seperti itu."

Dagu gadis kecil itu terangkat menunjukkan kearoganan.

"Oh?" Lu Boran merasa tertarik.

Selain tahun-tahun dimana ayahnya membesarkannya dengan susah payah, setelah dia terjun ke masyarakat, semua orang yang memasak untuknya selalu menggunakan bahan terbaik. Semua koki takut menyinggungnya sehingga semua bahan dan proses sangat diperhatikan. Namun, terkadang hasil akhirnya masih tidak sesuai dengan seleranya.

Dia satu-satunya yang menggunakan bahan yang dia buang, bahkan mengatakan bahwa dia akan memasak makanan yang lezat dan unik?

"Bagaimana? Apa kakak tertarik? Mau bertaruh denganku?"

Melihat emosi di mata kakaknya, Lu An tiba-tiba memikirkan sesuatu.Mata cerah gadis kecil itu berkilat seperti rubah yang licik, dan dia tersenyum penuh kemenangan. Lu Boran menjadi lebih bersemangat, dengan mata yang sedikit menyipit bertanya dengan acuh tak acuh, "Katakan padaku, taruhan apa?"

"Mudah. Jika aku bisa membuat makanan yang enak dan membuatmu memujinya hanya dengan bahan-bahan ini, kamu harus memberitahuku semua cerita tentang rumor burukmu. Bagaimana?" Dia dengar kakaknya ini punya karakter buruk di dunia industri. Aktingnya biasa saja, dan itulah alasan kenapa direktur malas menggunakannya dan hanya menyuruhnya menjadi penjahat di dramanya.

Lu An sangat penasaran!