Mata polos gadis kecil itu berkedip, wajah kecilnya bersinar seperti matahari, dan bibirnya terkatup rapat. Begitu imutnya dia berkata, "Taruhan yang adil kan?"
Lu Boran tertegun sejenak, dan sudut bibirnya tidak bisa tidak terangkat. Dia sengaja merendahkan suaranya dan bertanya dengan nada yang dalam, "Jadi, ini baru pertama kali kita bertemu dan kamu sudah sangat tertarik padaku?"Mata yang sedikit menyipit itu hampir terlihat nakal. Lu An hanyaingin tahu bagaimana dia mendapat rumor begitu parah tapi masih bisa sangat populer?
Lu Boran tidak peduli. Adiknya sangat ingin mengetahui kenapa dia mendapatkan rumor buruk sangat banyak, berarti adiknya sangat peduli padanya. Bagaimanapun, adik yang baru pertama kali ini dia temui sudah sangat mengkhawatirkan dia!
Putra tertua segera menyanggupi, "Setuju. Lalu bagaimana jika kamu kalah?"
"Jika aku kalah, aku akan memasakkan kakak makanan enak setiap hari sampai kamu memujiku dan mau menceritakan ceritamu padaku." Gadis itu berjanji, tak takut sama sekali.Sepertinya kekhawatiran adiknya padanya melebihi ekspektasinya!
Baik. Dia tidak akan memuji masakannya sedikit pun, biarkan dia memasak untuknya sepanjang waktu. Putra tertua tersenyum, tapi ada sedikit kelicikan di matanya yang dalam.
Lagi pula, di mata orang luar, dia sangat susah untuk didekati. Kata-katanya seperti emas, sangat jarang dia mengatakan sesuatu, dan ini membuatnya memiliki aura penjahat.
Meskipun dia tidak berpikir begitu, itu pasti lebih dari cukup untuk berurusan dengan adik perempuannya.
Tidak lama setelah dia mencicipi masakan Lu An, raut wajahnya menyiratkan kekaguman. Jelas ini hanya bakso yang digoreng sedikit dan dilumuri dengan saus ikan. Ada juga usus yang ditutupi dengan kulit kentang dan disiram saus brokoli. Kenapa bisa begitu enak?
Kenapa bisa begitu enak? Terlalu lezat sampai tidak akan bisa berhenti makan!!
Lu Boran makan dengan gila-gilaan hingga pipinya menggembung. Wajah tampannya penuh dengan ketidakpercayaan!
Pak tua Lu dengan tenang menaruh bakso ke dalam mangkuk putrinya. Setelah dia mengisi mangkuk kecil untuk putrinya, dia mengambil saus dan menuangkannya dalam mangkuk putrinya. Baru setelah itu dia mulai makan~
Kakak tertua yang masih ingin makan, bertanya dengan heran, "Ayah, apa yang kau lakukan?"
Dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya!
"Hm, kamu bahkan tidak tahu cara berterima kasih setelah makan makanan orang lain. Bahkan tidak ada kata-kata pujian. Tak tahu siapa yang mengajarkan etika seperti ini."
"Mana ada hal lain yang sebaik itu didunia ini?"
Pak tua Lu berkata dengan nada jijik yang samar-samar terdengar. Setelah kata-kata itu diucapkan, dia menatap putrinya lagi, dan wajah yang langsung tersenyum sambil memberi pujian, "Kemampuan An'an sangat bagus! Tanganmu benar-benar diberkati oleh Tuhan. Bahkan sendok pun menari girang di tanganmu!" "
"Aku hampir pingsan karena ini terlalu enak~"
"Apa kamu tahu rasanya ketika malaikat kecil menginjak marshmallow yang lembut?"
Jangan melihat penampilan pak tua Lu yang kasar dan tidak terkendali. Dia dengan ahli memakai metafora yang anggun dalam kata-katanya!
Kakak tertua yang wajahnya terlihat memerah, termangu beberapa saat. Demi bisa memakan masakan adiknya lagi, dia tidak punya pilihan lain selain berucap, "Kemampuanmu, sungguh, hm, cukup… baik!"
Dia mengatakan 'baik' dengan sangat keras. Wajah tampannya terlihat malu dan gugup hingga dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Wajahnya sudah akan berubah menjadi semerah tomat.
"Hahaha~"
Lu An tidak bisa berhenti tertawa. Kakak tertuanya ini, sungguh sangat imut!
"Jadi Kak, apa ini bisa dianggap sebagai kemenanganku?"