Chapter 37 - Komplain

"Jadi Kak, apa ini bisa dianggap sebagai kemenanganku?" Gadis kecil itu berkedip dengan wajah polos, dia sangat bangga dan bersemangat.

"Hm."

Lu Boran menanggapinya dengan singkat. Tak tahu kenapa adiknya ini sangat tertarik dengan pengalaman dan reputasinya di industri hiburan.

"La, lain hari. Kakak akan meluangkan waktu untuk membicarakan ini denganmu." Lu Boran merasa khawatir, dia takut adiknya ini akan mencari tahu dan melihat semua rumor buruknya.

"Baik~"

Lu An tidak bertanya lebih lanjut, dia berkata, "Ngomong-ngomong, Kakak, apakah kamu sangat lelah akhir-akhir ini?"

"Sepertinya nafsu makanmu kurang baik?"

"Hm?"

Putra tertua terkejut. Mata adiknya benar-benar jeli, hal yang seperti ini pun dia bisa mengetahuinya?

"Begini, hidangan yang kubuat sebenarnya tidak terlalu istimewa. Tapi rasa pahit dari usus ikan meningkatkan nafsu makan dan rasa yang kaya ini akan membuat tubuh yang lelah jadi lebih baik. Kulihat kamu makan sangat lahap, jadi aku berpikir, apa mungkin kamu terlalu lelah sehingga kamu memiliki nafsu makan yang buruk?" Dan matamu ditutupi dengan lingkaran hijau dan hitam kecil.

Namun, benar-benar tidak ada yang bisa dikatakan tentang penampilan kakak tertuanya ini. Dia memiliki aura 'anak nakal'. Dan mengenakan kemeja hitam polos memang membuatnya terlihat seperti penjahat. Kebanyakan orang mungkin berpikir dia mengerikan? Tapi bagi Lu An, kakak tertuanya ini benar-benar imut!

"Begini saja, aku akan memasakkanmu dua lauk lagi untuk kamu makan dengan sup dan nasi. Setelah itu kamu bisa mandi dan tidur nyenyak ketika kamu selesai. Kamu bisa menceritakan tentang pengalamanmu ketika kamu punya waktu?"

Gadis kecil itu tersenyum manis, dia bangkit dan pergi ke dapur lagi.

Putra tertua yang terbengong, "..." Adik peri!

"Tidak tahu bagaimana kamu menjaga dirimu diluar sana, berapa umurmu?"

"Melihatmu seperti ini membuatku kehilangan nafsu makan!"

Setelah mendengarnya, wajah pak tua Lu berubah jelek. Dia melemparkan bakso-bakso yang tadinya ingin dia makan ke depan putra tertua, sebelum dia tersenyum dan berlari ke dapur untuk menyusul putrinya, "Putriku, aku akan membantumu!"

Putra tertua yang tak tahu kenapa ia dibenci hanya bisa mengumpati ayahnya dalam hati. Ayah s*alan, jika dia tidak makan maka aku yang akan memakannya.

-------------------------------------------------------

Di sisi lain, tidak jauh dari rumah bergaya barat dua lantai milik keluarga Lu, di lantai 10 bangunan komersial tepat di seberang halaman keluarga Lu.

Pria muda yang masih mengenakan celana merah dan t-shirt putih itu berdiri di balkon. Dengan memegang teleskop di tangannya, dia menatap rumah di seberang jalan!

Baru saja dia melihat kakak laki-lakinya berbicara dan tertawa dengan si 'adik perempuan' itu di luar saat mereka membuang sampah, Lu Xingran merasa tidak senang!

Terutama saat kakak tertuanya tampak mengulurkan tangan dan menyentuh kepala adiknya itu. Meskipun jaraknya agak jauh tetapi itu membuatnya susah melihat dengan jelas. Dan sangat jelas, kakaknya menyentuh kepalanya, ya kan?

Lu Xingran menggila. Dengan cepat dia meletakkan teleskop dan mengambil ponselnya. Memasukkan kakak kedua, ketiga, dan keempatnya dalam sebuah grup tersendiri, dan mulai mengeluh—-

Putra kelima

[Kakak kedua, ketiga, keempat, berita buruk. Kakak pertama terhasut.] 

Putra kelima

[Cepat lihatlah, pasti wanita itu melakukan sesuatu pada kakak pertama!]

Putra kelima mengambil foto kakak pertama dan adik perempuannya mengeluarkan sampah dan mengirimkannya ke grup. Meskipun foto diambil dari kejauhan dan orang di foto itu sangat kecil. Pria dengan tubuh tinggi dan tenang tetapi memiliki aura iblis tidak diragukan lagi adalah kakak tertua!

Sedangkan adik perempuan di sebelahnya, setengah tubuhnya tertutupi oleh kakak tertua, dan keduanya terlihat sangat dekat. Lu Xingran serasa ingin meledak!

Kakak pertama, kakak pertama!!!

Meskipun kakak pertama suka menindasnya tanpa alasan, menggodanya dan menghinanya, dia akan menjadi orang pertama yang berdiri di depannya setiap kali dia ada masalah. Bagaimana dia bisa membiarkan adik perempuan yang dibesarkan orang lain itu...

Tanpa menunggu balasan dari saudara-saudaranya, dia mengetik lagi dengan cepat—