Chereads / Sewaktu Bos Mencuci Lima Saudaranya / Chapter 16 - Keahlian Sang Anak Perempuan

Chapter 16 - Keahlian Sang Anak Perempuan

Lu An dengan jujur ​​berkata, "Mungkin karena aku terbiasa bangun pagi saat tinggal di desa, tubuhku jadi terbiasa bangun pada jam tertentu setiap hari. Karena itulah aku selalu berolahraga." Bagaimanapun, dia harus menghargai tubuh sehat yang diperoleh dengan susah payah ini!

"Ayah, apa kamu mau memasak sarapan?" Panci dan masakan berwarna hitam ini bukti yang konkret! 

Pak Tua Lu hanya tergugu malu mengingat panci kehitaman di tangannya. Putriku jangan tanya, jangan tanya lagi, ayahmu tidak bisa mengangkat kepalanya lagi!

"Kamu mau makan apa? Biar aku buatkan."

Lu An tampak tidak terlalu peduli. Dia menyeka keringat dari dahinya, membuang barang-barang aneh itu ke tempat sampah, mengambil panci dan pergi ke dapur.

Pak Tua Lu tidak berani berkata-kata. Jelas-jelas dia yang ingin membuatkan putrinya sarapan!

Tapi dia hanya bisa menjawab, "Apa saja boleh, ayah akan makan apa pun yang dibuat putriku. Aku bukan pemilih!"

"Baiklah! Ayah, apakah kamu suka makan makanan pedas? Rasanya kamu tidak bisa makan makanan pedas terlalu banyak, ya?"

Kebanyakan makanan pedas tadi malam sepertinya dimakan olehnya?

Lu An dengan hati-hati mengkonfirmasi lagi.

Pak Tua Lu dengan cepat berkata, "Bisa makan, bisa makan! Makan makanan pedas sama sekali bukan masalah." Karena putriku menyukainya.

"Oke, aku mengerti." Sebenarnya, masakannya juga tidak terlalu pedas.

Lu An mengingatnya di dalam hati dan kemudian bertanya, "Kalau begitu ayah mandi dan bersih-bersih dulu saja. Ini akan memakan waktu kurang lebih 20 menit. Setelah itu kita bisa sarapan."

Wajah gadis kecil yang tersenyum manis itu memerah setelah berolahraga, seperti sinar matahari yang malu-malu terbangun di pagi hari. 

"Baiklah!"

Pak Tua Lu sangat menantikan sarapan yang dibuat oleh putrinya! Dia segera kembali ke kamar untuk mandi dan bersih-bersih.

-------------------------------------

Di dapur, Lu An menemukan beberapa bungkus mie, sekantong udang beku, sedikit daging sapi, dan beberapa butir telur.

Meski bahannya terbatas, tapi ini sudah lebih dari cukup untuk membuat sarapan. Dia beruntung melihat dapurnya yang lengkap dengan segala macam perlengkapan.

Pertama, Lu An menyiapkan udang, mengiris daging sapi, menyiapkan bumbu-bumbu, dan memasak mie, lalu memanaskan air. Kemudian dia menyiapkan saus untuk memarinasi udang.

Setelah itu dia mengambil mie yang telah dimasak sampai berwarna matang, bilas dengan air, dan tiriskan.

Panaskan wajan, tambahkan minyak, tumis bawang putih, jahe, sedikit cabai, dan irisan daging sapi yang sudah diberi bumbu. Lalu tuang air panas yang sudah disiapkan~

Masukkan semua jenis bumbu dengan benar, sup berwarna keemasan mendidih di atas panci. Didihkan selama beberapa menit dengan api kecil dan masukkan mie.

Taburi dengan daun bawang. Mie daging sapi siap disajikan!

Pada saat yang sama ia juga menyiapkan hidangan kedua. Udang yang telah melunak setelah didiamkan di suhu ruang, digoreng di wajan dengan tambahan sedikit paprika hijau. Warna merah udang yang lembut kontras dengan warna hijau paprika. Tambahkan pula telur berwarna keemasan di sisi lainnya. Dalam waktu kurang dari 20 menit, Lu Xiao dapat melihat meja makan penuh dengan sarapan yang enak. Matanya terbelalak dan dia menelan ludah.

"Pu, putriku, apa ini semua kamu yang memasak? Kamu, bagaimana kamu bisa melakukan semua ini?"

Warna yang begitu indah dan menggugah selera, lebih menggoda daripada hidangan di restoran bintang lima! Pak Tua Lu sampai tidak berani mencoba makanan itu.

Gadis kecil itu tersenyum, "Rasanya biasa saja, dan mungkin tidak seenak yang ayah harapkan. Ayah bisa makan dulu. Nanti aku akan membeli lebih banyak bahan dan memasak untukmu ketika aku punya waktu. Aku akan kembali ke kamar dan mandi."

"Oke! Mandilah, mandilah! Ayah akan menunggumu untuk makan."

Setelah itu, Pak Tua Lu duduk di meja makan, dengan postur yang tegak. Seperti anak kecil yang patuh, memperhatikan sarapan buatan putrinya dengan mata terbuka lebar.

Hmm...

Hmm...

Kubilang tadi aku akan menunggu putriku untuk makan. Tapi bau yang menggoda ini benar-benar membuatku tidak tahan.

"Aah~"

Rasa yang menggugah selera. Daging udang yang empuk dan lembut menciptakan tekstur yang sempurna saat dagingnya digigit!

Apanya yang rasanya mungkin tidak seenak yang diharapkan? Ini saja sudah sangat enak, apa bisa lebih enak lagi?